Sukses

Kemnaker Gaet Perguruan Tinggi Hadapi Tantangan Pasar Kerja

Kementerian Ketenagakerjaan terus meningkatkan kolaborasi dengan perguruan tinggi dalam menghadapi tantangan pasar kerja dan perubahan teknologi yang membutuhan adaptasi, sehingga daya saing tenaga kerja di Indonesia mampu menyokong ekonomi saat menghadapi bonus demografi (aging society).

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Ketenagakerjaan terus meningkatkan kolaborasi dengan perguruan tinggi dalam menghadapi tantangan pasar kerja dan perubahan teknologi yang membutuhan adaptasi, sehingga daya saing tenaga kerja di Indonesia mampu menyokong ekonomi saat menghadapi bonus demografi (aging society).

Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan Anwar Sanusi mengatakan, kolaborasi dengan semua pihak menjadi pondasi penting bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dalam jangka panjang.

“Kolaborasi yang erat dari berbagai pemangku kepentingan dapat memberikan manfaat maksimal untuk menghadapi tantangan dalam pengembangan SDM Indonesia,” kata Sekjen Anwar dalam sambutannya pada acara Focus Group Discussion (FGD) antara Kemnaker dengan Universitas Gadjah Mada (UGM), di Convention Hall Fisipol UGM, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Rabu (31/1/2024).

Lebih lanjut, Anwar menyebut ada beberapa isu strategis yang bisa menjadi pintu masuk kolaborasi kelembagaan diantaranya melalui penguatan Balai Latihan Kerja (BLK), yang bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerja terampil serta memahami teknologi dan pengetahuan baru yang semakin berkembang.

Isu selanjutnya yakni, perguruan tinggi bisa memberikan masukan strategis terkait dengan internalisasi perubahan dinamika ketenagakerjaan ke dalam kebijakan di masa depan.

Selain itu, isu berikutnya yang tak kalah penting adalah dengan menjadikan magang bagi mahasiswa sebagai mekanisme untuk mengenalkan generasi muda terhadap dunia kerja.

“Melalui magang diharapkan mahasiswa dapat memahami lebih dalam akan dunia kerja,” ujar Sekjen Anwar.

Demikian, Anwar meminta melalui forum FGD kerja sama potensial antara UGM dan Kemnaker dalam pengembangan dan penguatan BLK, kebijakan etenagakerjaan, program Internship/Magang untuk mahasiswa dan fresh graduate dapat terwujud.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Menaker: Transformasi BLK Jadi Kunci Kurangi Kesenjangan Keterampilan

Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah mengatakan, transformasi Balai Latihan Kerja (BLK) dapat mengurangi kesenjangan keterampilan (skill gap) antara pemberi kerja yang mewakili kebutuhan industri dan para pencari kerja.

Oleh karena itu, Kemnaker terus berupaya mengurangi skill gap tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan Kemnaker adalah dengan melakukan transformasi BLK berupa link and match ketenagakerjaan.

"Pelatihan harus didesain menjawab kebutuhan pasar kerja. Itu yang kami lakukan. Makanya kami terus melakukan transformasi," kata Menaker seusai membuka Dialog Nasional bertajuk "Kolaborasi untuk Pelatihan Vokasi dan Produktivitas", di Jakarta, Rabu (31/1/2024).

Adapun upaya lain yang dilakukan Kemnaker, yaitu melalui Forum Komunikasi Lembaga Pelatihan dengan Industri (FKLPI) yang terdapat di balai-balai vokasi.

FKLPI berfungsi sebagai jembatan atau wadah komunikasi antara Lembaga Pelatihan Kerja, khususnya BLK dengan industri dengan mempertimbangkan potensi ekonomi daerah, perkembangan dunia usaha dan teknologi, serta kebijakan-kebijakan pembangunan daerah dimana BLK beroperasi.

"Karena di situlah kita tahu kebutuhan dunia usaha dan dunia industri. Kemudian mengajak dunia usaha dan dunia industri mengajak bersama-sama mendesain pelatihan agar sesuai dengan kebutuhan mereka," ujar Menaker.

 

3 dari 3 halaman

Untuk Atasi Kesenjangan Ketrampilan

Lanjut Menaker, saat ini urgensi untuk mengatasi kesenjangan keterampilan secara global semakin tinggi. Penuaan populasi, globalisasi, perubahan iklim, maupun digitalisasi akan menimbulkan kesenjangan keterampilan.

Menurutnya, adanya kesenjangan keterampilan akan menyebabkan produktivitas rendah, turnover tinggi, dan kurangnya inovasi. "Hal ini berdampak pada timbulnya ketidakpastian secara sosial-ekonomi yaitu seperti semakin tinggi biaya hidup dan berpotensi menimbulkan krisis sosial," pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini