Sukses

Jangan Bermimpi Ide Bisnis Datang Tiba-Tiba, Lakukan Ini Jika Ingin Sukses

Ada mitos bahwa sebagai seorang pengusaha, kamu mengalami momen yang cerah, ketika suatu hari kamu bangun (dan) melihat sinar terang lalu berpikir 'Ini adalah ide yang layak untuk dikejar.'

Liputan6.com, Jakarta - Ide bisnis yang hebat tidak akan datang tiba-tiba seperti sambaran petir. Hal ini diungkapkan oleh Catalina Daniels dan James Sherman, penulis dari buku “Smart Startups: What Every Entrepreneur Needs to Know — Advice from 18 Harvard Business School Founders.”

Kedua orang ini menulis buku tersebut setelah mewawancarai 18 lulusan Harvard Business School yang meluncurkan startup ternama seperti Rent the Runway dan Blue Apron.

Salah satu tulisan mereka dalam buku tersebut adalah “tidak ada yang namanya ‘light bulb moment’, yaitu ketika ide yang sudah matang untuk sebuah bisnis tiba-tiba muncul di kepala.”

“Ada mitos bahwa sebagai seorang pengusaha, kamu mengalami momen yang cerah, ketika suatu hari kamu bangun (dan) melihat sinar terang lalu berpikir 'Ini adalah ide yang layak untuk dikejar.' Kamu mengejarnya, menggalang dana, dan menjadi sukses, bla bla bla. Wawancara kami benar-benar mematahkan mitos tersebut,” kata Daniels kepada CNBC Make It, seperti dikutip Sabtu (25/11/2023). 

Daniels dan Sherman, keduanya merupakan investor ventura, serta alumni Universitas Harvard yang mendirikan bisnis. Bagi mereka, konsep “lightbulb moment” mengabaikan waktu dan kerja keras yang sering diperlukan untuk mewujudkan ide bisnis yang sukses.

 

“Banyak calon wirausaha memiliki pandangan romantis bahwa hal itu akan terjadi pada mereka suatu hari nanti, atau hal itu perlu terjadi,” kata Daniels.

“Yah, hal itu tidak terjadi pada pengusaha mana pun yang kami ajak bicara.”

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bagaimana Cara Temukan Ide Hebat?

“Sekitar setengah dari pengusaha yang diwawancarai untuk buku ini, tidak punya ide untuk memulainya,” kata Daniels. Ia menambahkan, mereka hanya tahu bahwa mereka ingin menciptakan sesuatu.

“Josh Hix dan Nick Taranto, salah satu pendiri startup peralatan makan Plated, menggunakan proses “ide yang disengaja” untuk menemukan konsep mereka,” kata Daniels.

“Mereka menghabiskan enam bulan penuh untuk mencari ratusan ide sebelum mereka mendapatkan ide untuk menciptakan Plated.”

“Dalam proses pembuatan ide yang disengaja, kamu perlu mencari hal-hal yang menarik, tren, atau hal-hal yang kamu suka, tetapi tidak ada momen yang menarik,” kata Daniels.

Para pendiri lainnya menggunakan “ide organik”, sebuah proses yang disebut oleh Sherman dan Daniels sebagai proses ketika mereka perlahan-lahan menyadari bahwa mereka dapat membangun bisnis berdasarkan tren atau masalah dalam kehidupan mereka sehari-hari.

“Pada suatu saat dalam hidup mereka, jika dipikir-pikir, mereka dapat menghubungkan semua titik dan pada dasarnya sampai pada sebuah ide yang layak untuk dikejar,” kata Daniels.

 

3 dari 4 halaman

Ide dari Pengalaman Pribadi

Ia mengutip dari Gil Addo, CEO dan salah satu pendiri startup layanan kesehatan virtual RubiconMD, yang neneknya harus berulang kali melakukan perjalanan dari Barbados ke AS untuk kunjungan lanjutan setelah menjalani operasi otak.

“Bertahun-tahun kemudian, saat belajar di India, Addo melihat potensi penghematan biaya melalui konsultasi medis virtual,” kata Daniels.

“Namun dia baru bisa mewujudkan ide bisnisnya sepenuhnya, memanfaatkan masa kecilnya, setelah mendapatkan pengalaman industri dengan bekerja di sebuah perusahaan konsultan perawatan kesehatan.”

“Kamu akan selalu maju dua langkah, mundur selangkah, maju selangkah, kemudian mungkin mundur dua langkah,” kata Sherman.

“Ini adalah sebuah proses, menggerakkan bisnis ke depan dengan cara yang positif, namun hal ini jelas tidak linear.”

 

4 dari 4 halaman

Cara Tahu Ide Bisnis Bisa Sukses

Setelah kamu mengembangkan sebuah ide, Sherman mengatakan lakukan uji kelayakan dengan menggunakan “segitiga ide”. Nilailah berdasarkan tiga kriteria utama:

  • Besarnya peluang: Seberapa besar pasarnya? Teliti secara menyeluruh jenis bisnis yang ingin Anda luncurkan dan pasar yang akan kamu masuki, dan bicaralah dengan calon pelanggan atau klien untuk mendapatkan masukan yang berharga.
  • Keterampilan yang relevan: “Kamu tidak harus memiliki keahlian industri langsung. Namun, harus memiliki keterampilan yang relevan untuk melakukan hal ini,” kata Sherman. Kamu juga harus mempertimbangkan untuk merekrut salah satu pendiri atau karyawan untuk mengisi kesenjangan keterampilan yang penting.
  • Gairah: Kedengarannya sederhana, tetapi jika kamu tidak tertarik dengan ide bisnis sendiri, mengapa pelanggan atau investor Anda harus tertarik?

“Itu akan menjadi motivator dan membawamu maju dalam bisnis dengan naik turunnya emosi,” kata Sherman. “Semangat sangatlah penting. Kamu perlu memancarkan semangat itu saat (kamu) menjual kepada pelanggan, mempekerjakan (karyawan), dan menjual kepada investor.”

Terakhir, terimalah bahwa kemungkinan kegagalan yang kamu alami cukup tinggi. Lalu, tetap bersedia untuk melanjutkan. Kamu harus menjadi seseorang yang “memahami risikonya, dan bersedia mengambil tindakan,” kata Daniels.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.