Sukses

Citigroup Berencana PHK 10 Persen Karyawan

Diskusi PHK ini masih dalam tahap awal, maka jumlah karyawan yang terdampak mungkin berubah dalam beberapa pekan mendatang.

Liputan6.com, Jakarta - Citigroup dilaporkan sedang mempertimbangkan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara signifikan terhadap 10 persen karyawannya.

PHK di Citigroup kali ini merupakan bagian dari upaya reorganisasi CEO-nya, Jane Fraser.

Mengutip Investing.com, Selasa (7/11/2023) diskusi PHK ini masih dalam tahap awal, maka jumlah karyawan yang terdampak mungkin berubah dalam beberapa pekan mendatang.

Selain itu, para eksekutif di Citigroup diperkirakan akan menghadapi PHK melebihi ambang batas 10 persen sebagai bagian dari strategi Fraser untuk mengurangi posisi yang melibatkan banyak tugas, termasuk manajer regional dan co-head.

Terdapat juga potensi risiko bagi staf operasi yang sebelumnya mendukung bisnis yang telah mengalami divestasi atau restrukturisasi.

"Satu-satunya hal yang dapat dia lakukan saat ini adalah pengurangan jumlah karyawan secara signifikan," kata analis di Edward Jones kepada CNBC.

"Dia perlu melakukan sesuatu yang besar, dan saya pikir ada kemungkinan hal itu akan menjadi lebih besar dan lebih menyakitkan bagi karyawan Citi daripada yang mereka perkirakan," ucapnya.

Sebelumnya, pada September 2023 Fraser telah mengumumkan reorganisasi perusahaan dengan mengurangi lapisan manajemen.

Mendekati tahun ketiga di Citigroup, Jane Fraser berupaya merevitalisasi perusahaan yang sahamnya terus merosot. Sedangkan Citigroup berdasarkan aset termasuk bank terbesar ketiga di Amerika Serikat setelah JPMorgan Chase dan Bank of America.

Bank ini memiliki unit perbankan ritel domestik yang jauh lebih kecil dibandingkan pesaingnya. Hal ini dinilai menjadi alasan Citigroup mengalami kesulitan di era krisis keuangan setelah 2008.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Perusahaan Logistik Terbesar Dunia Maersk PHK Massal 3.500 Karyawan

Salah satu perusahaan logistik peti kemas terbesar di dunia, Maersk mengatakan akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 3.500 karyawannya.

PHK massal ini terjadi karena rendahnya tarif angkutan dan permintaan di sektor logistik.

Sebelumnya, pada awal 2023, AP Moller-Maersk telah memangkas 6.500 karyawan sebagai bagian dari langkah-langkah pengendalian biaya yang ketat namun mengatakan bahwa diperlukan lebih banyak PHK.

Melansir BBC, Senin (6/11/2023) Maersk mengungkapkan bahwa labanya anjlok sebesar 92 persen dalam hasil kuartal terbarunya.

Dikatakan bahwa memburuknya harga pengiriman melalui laut mendorong PHK lebih lanjut.

Selain itu, perusahaan logistik asal Denmark tersebut juga mengatakan dalam pembaruan perdagangannya bahwa ada "tekanan signifikan terhadap suku bunga" dalam beberapa bulan terakhir.

“Industri kami menghadapi kondisi normal baru dengan melemahnya permintaan, harga kembali sejajar dengan tingkat historis dan tekanan inflasi pada basis biaya kami,” kata CEO Maersk, Vincent Clerc.

"Sejak musim panas, kami telah melihat kelebihan kapasitas di sebagian besar wilayah yang memicu penurunan harga dan tidak ada peningkatan nyata dalam daur ulang atau penghentian penggunaan kapal,” bebernya.

Hilangnya lapangan kerja akan mengurangi jumlah tenaga kerja global Maersk hingga di bawah 100.000 orang.

Sekitar 2.500 dari 3.500 jabatan terbaru di Maersk juga akan diberhentikan dalam beberapa bulan mendatang, dan sisanya pada tahun 2024.

Diperkirakan bahwa PHK akan menghemat biaya hingga 600 juta poundsterling bagi bisnis Maersk tahun depan, namun belum mengungkapkan lokasi karyawan atau posisi yang terdampak.

3 dari 4 halaman

Maersk Kini Hanya Pekerjakan 103,500 Karyawan

Perusahaan, yang mengendalikan sekitar seperenam perdagangan peti kemas global, telah mengurangi stafnya menjadi sekitar 103,500 dari 110,000 pada awal tahun ini.

Dilaporkan, biaya pengiriman barang telah melonjak pada tahun pertama pandemi Covid ketika lockdown dicabut dan bisnis mulai melanjutkan perdagangan, sehingga meningkatkan pesanan stok mereka.

Permintaan yang tinggi menyebabkan kemacetan dan masalah logistik di pelabuhan Inggris. Ada juga kekurangan peti kemas di Asia, yang turut meningkatkan inflasi.

Namun baru-baru ini, inflasi yang tinggi dan kenaikan suku bunga telah membatasi pengeluaran dan mengurangi permintaan.

Maersk sebelumnya memperingatkan pada bulan Agustus 2023 mengenai penurunan tajam permintaan global untuk pengiriman kontainer melalui laut pada tahun ini.

4 dari 4 halaman

Delta Airlines PHK Karyawan Imbas Biaya Penerbangan Meroket

Maskapai Penerbangan asal Amerika Serikat, Delta Airline melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada beberapa karyawannya dalam upaya memangkas biaya.

Pemangkasan itu terjadi ketika bisnis maskapai Amerika bergulat dengan pengeluaran yang lebih tinggi seperti bahan bakar dan tenaga kerja.

"Meskipun kami belum kembali ke kapasitas penuh, sekaranglah waktunya untuk melakukan penyesuaian terhadap program, anggaran, dan struktur organisasi di seluruh Delta untuk mencapai tujuan yang kami tetapkan. Saah satu bagian dari upaya ini mencakup penyesuaian pada staf perusahaan untuk mendukung perubahan ini," kata Delta dalam keterangannya, dikutip dari CNBC International, Kamis (2/11/2023).

"Keputusan ini tidak pernah diambil dengan mudah, namun selalu dengan hati-hati dan menghormati anggota tim kami yang terkena dampak di keluarga Delta," demikian keterangan maskapai.

Tak Merinci Jumlah Karyawan yang Kena PHK

Delta Airlines tidak merinci berapa jumlah karyawan yang terkena PHK, namun juru bicaranya mengatakan bahwa keputusan tersebut merupakan penyesuaian kecil terhadap posisi perusahaan dan manajemen.

Pekerja garis depan seperti pilot, pramugari, dan mekanik tidak terpengaruh oleh PHK tersebut, kata juru bicara itu.

Para eksekutif baru-baru ini melaporkan permintaan perjalanan yang kuat membantu mereka lebih dari sekadar menutupi biaya.

Delta membukukan laba kuartal ketiga sebesar USD 1,1 miliar, naik hampir 60 persen dari tahun sebelumnya, namun memperingatkan biaya yang lebih tinggi telah mengurangi keuntungannya.

"Pertumbuhan menjadi normal tahun depan, dan kami memperkirakan keandalan operasional akan terus meningkat," kata CFO Delta Airlines Dan Janki saat memberikan laporan pendapatan bulan lalu.

"Hal ini akan memungkinkan kami untuk mengoptimalkan cara kami menjalankan maskapai penerbangan, mengurangi hambatan operasional dan menghilangkan inefisiensi yang diakibatkan oleh intensitas pembangunan kembali," ungkapnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini