Sukses

Gawat, Gara-Gara Rusia Harga Pangan Bisa Melambung dan Jutaan Orang Kelaparan

Rusia baru-baru ini menarik diri dari kesepakatan ekspor gandum dalam Black Sea Grain Initiative. Penarikan Rusia dari kesepakatan pada Senin, 17 Juli 2023 mengancam akan menaikkan harga pangan bagi konsumen di dunia dan dapat membuat jutaan orang kelaparan.

Liputan6.com, Jakarta Rusia baru-baru ini menarik diri dari kesepakatan ekspor gandum dalam Black Sea Grain Initiative. Penarikan Rusia dari kesepakatan pada Senin, 17 Juli 2023 mengancam akan menaikkan harga pangan bagi konsumen di dunia dan dapat membuat jutaan orang kelaparan.

Lantas, apakah keputusan yang dilakukan Rusia tersebut akan memicu kenaikan inflasi dunia?

Merespon hal ini, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memprediksi hal tersebut kemungkinan akan mempengaruhi kenaikan inflasi dunia. Namun, tidak akan terlalu signifikan kenaikan inflasinya.

"Apakah ada pengaruh biji-bijian dari rusia? mungkin akan terpengaruh tapi tidak terlalu signifikan bahkan harga komoditas global cenderung menurun dengan pertumbuhan ekonomi global," kata Perry Warjiyo dalam konferensi pers RDG Juli 2023, Selasa (25/7/2023).

Sebelumnya, pasca Rusia menarik diri dari kesepatan ekspor gandum, harga gandum secara global melonjak hampir 9 persen pada hari Rabu (19/7), dan berada di jalur untuk mencapai level tertinggi dalam tiga pekan mendatang.

Hal ini dikarenakan ketegangan di Eropa meningkat menyusul keputusan Rusia menarik diri dari kesepakatan penting yang memungkinkan ekspor biji-bijian dari Ukraina.

Harga Jagung

Selain harga gandum, harga jagung berjangka juga naik hampir 2 persen lebih tinggi karena para pedagang khawatir akan krisis pasokan makanan pokok yang akan datang.

Sebagai informasi, kesepakatan Laut Hitam – awalnya ditengahi oleh Turki dan PBB tahun yang lalu, memastikan jalur yang aman bagi kapal yang membawa biji-bijian dari pelabuhan Ukraina.

Kesepakatan Laut Hitam telah diperbarui tiga kali, tetapi Rusia telah berulang kali mengatakan akan menarik diri, dengan alasan terhambat dalam mengekspor produknya sendiri.

Selama akhir pekan, Presiden Rusia Vladimir Putin mengindikasikan bahwa dia tidak akan memperbarui pakta tersebut, dengan mengatakan bahwa tujuan utamanya - untuk memasok biji-bijian ke negara-negara yang membutuhkan - "belum terealisasi".

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Harga Gandum Langsung Meroket, Drone Rusia Gempur Pelabuhan Ukraina

Sebelumnya, Harga gandum kembali naik tajam pmenyusul serangan drone Rusia di pelabuhan Ukraina di sungai Danube. Akibat serangan itu, satu silo biji-bijian di pelabuhan Reni terkena dan rusak parah, menurut sebuah gambar dan video geolokasi yang beredar.

Melansir CNN Business, Selasa (25/7/2023), harga gandum berjangka di Chicago Board of Trade melonjak 8,5 persen menjadi USD 7,57 per gantang, dan jagung berjangka naik 4,7 persen menjadi USD 5,52 per gantang.

Pedagang khawatir tentang pengetatan pasokan menyusul batalnya kesepakatan biji-bijian Laut Hitam pekan lalu, dan serangkaian serangan pesawat tak berawak Rusia terhadap infrastruktur pelabuhan Ukraina.

Kesepakatan itu, yang awalnya ditengahi oleh Turki dan PBB tahun yang lalu – telah memastikan jalur yang aman bagi kapal yang membawa biji-bijian dari pelabuhan Ukraina.

Menurut pakta PPB, sejauh ini pakta tersebut memungkinkan ekspor hampir 33 juta metrik ton makanan melalui pelabuhan Ukraina.

Sebelum perang, Ukraina merupakan pengekspor gandum terbesar kelima secara global, terhitung 10 persen dari ekspor, menurut Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan.

Indeks harga pangan global yang disusun oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada Maret 2022, tetapi terus turun sejak saat itu.

Presiden Rumania Klaus Iohannis mengatakan dalam sebuah postingan di Twitter pada Senin (24/7) bahwa serangan terhadap pelabuhan di Danube menimbulkan "risiko serius bagi keamanan di Laut Hitam," menambahkan bahwa masalah itu akan mempengaruhi "transit biji-bijian Ukraina dan keamanan pangan global. 

3 dari 4 halaman

Harga Gandum

Meski inflasi di berbagai negara sudah menunjukkan penurunan, ketegangan geopolitik masih mendorong kenaikan bahan makanan, salah satunya gandum.

Melansir CNN Business, Kamis (20/7/2023) harga gandum secara global melonjak hampir 9 persen pada hari Rabu (19/7), dan berada di jalur untuk mencapai level tertinggi dalam tiga pekan mendatang.

Hal ini dikarenakan ketegangan di Eropa meningkat menyusul keputusan Rusia untuk menarik diri dari kesepakatan penting yang memungkinkan ekspor biji-bijian dari Ukraina.

Selain harga gandum, harga jagung berjangka juga naik hampir 2 persen lebih tinggi karena para pedagang khawatir akan krisis pasokan makanan pokok yang akan datang.

Di sisi lain, kesepakatan itu "penting" untuk menurunkan harga pangan di seluruh dunia, yang melonjak setelah perang Rusia Ukraina pecah pada Februari tahun 2022 lalu.

"Keputusan Rusia untuk menangguhkan partisipasi dalam Black Sea Grain Initiative akan memperburuk kerawanan pangan dan membahayakan jutaan orang yang rentan di seluruh dunia," kata Adam Hodge, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS.

 

4 dari 4 halaman

Ketegangan Rusia dan Ukraina

Ketegangan antara Rusia dan Ukraina juga meningkat pada hari Rabu (19/7), membatasi kemungkinan kesepakatan untuk mengekspor komoditas penting melintasi Laut Hitam untuk dimulai kembali.

Sebagai informasi, kesepakatan Laut Hitam – awalnya ditengahi oleh Turki dan PBB tahun yang lalu, memastikan jalur yang aman bagi kapal yang membawa biji-bijian dari pelabuhan Ukraina.

Namun, kesepakatan itu akan berakhir hari ini (tengah malam waktu setempat di Istanbul, Kyiv dan Moskow).

Sejauh ini, kesepakatan tersebut memungkinkan ekspor hampir 33 juta metrik ton makanan melalui pelabuhan Ukraina, menurut data PBB. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini