Sukses

Bintik Matahari Sentuh Jumlah Terbanyak dalam 21 Tahun Terakhir

Jumlah bintik matahari menjadi perhatian oleh ilmuwan lantaran menjadi cara termudah untuk melacak perubahan aktivitas matahari.

Liputan6.com, Jakarta - Matahari seperti 2002. Jumlah bintik matahari yang teramati pada bulan lalu yang tertinggi selama hampir 21 tahun.

Dikutip dari Live Science, ditulis Senin (10/7/2023), itu adalah salah satu tanda yang paling jelas, tetapi dengan cepat mendekati puncak matahari yang dikenal sebagai solar maximum atau titik maksimal, dan itu akan jauh lebih ekstrem dari perkiraan semula.

Pada Juni 2023, 163 bintik matahari muncul di permukaan matahari, menurut the Space Weather Prediction Center. Terakhir kali bintik hitam sebanyak ini berserakan di matahari pada September 2002, ketika 187 bintik matahari teramati.

Ilmuwan sangat memperhatikan jumlah bintik matahari karena ini cara termudah untuk melacak perubahan aktivitas matahari selama kira-kira 11 tahun siklus matahari.

Bercak gelap disebabkan oleh medan magnet matahari yang menembus permukaan matahari, yang hanya terjadi saat medan semakin terjerat saat siklus matahari berlangsung, sebelum akhirnya membalik sepenuhnya untuk memulai siklus berikutnya.

Pada awal setiap siklus matahari saat matahari dalam keadaan paling tenang, dikenal sebagai solar minimum atau titik minimum, hampir tidak ada bintik matahari sama sekali.

Akan tetapi, saat matahari mendekati titik maksimum, jumlah bintik hitam meningkat tajam hingga bintang tertutup olehnya dan mulai menyemburkan api matahari yang semakin sering dan kuat.

Siklus matahari saat ini telah dicatat ke-25 oleh ilmuwan, resmi dimulai pada Desember 2019. Pada saat itu, ilmuwan prediksi siklus tersebut akan mencapai puncaknya pada 2025 dan intensitasnya serupa dengan siklus sebelumnya yang sedikit dibandingkan dengan siklus lain yang tercatat.

Namun, karena siklus matahari 25 telah berkembang, menunjukkan tanda-tanda jauh lebih aktif daripada yang disarankan oleh prediksi awal, dan ahli sekarang percaya hal yang maksimum akan datang dapat tiba lebih awal dan jauh lebih kuat dari pada yang terakhir.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Perkembangan Siklus Matahari

Selama 28 bulan terakhir berturut-turut, jumlah bintik matahari yang diamati lebih tinggi dari nilai prediksi dari perkiraan awal siklus matahari. Misalnya, prediksi untuk Juni hanya 77, kurang dari setengah jumlah bintik matahari yang sebenarnya. Pada Desember 2022, jumlah bintik matahari mencapai angka tertinggi dalam delapan tahun.

Jumlah bintik matahari pada Juni lebih besar dari bulan manapun selama solar maksimal matahari terakhir yang menunjukkan puncak yang akan datang jauh lebih aktif.

Kecenderungan saat ini lebih sejalan dengan siklus matahari ke-23 yang memuncak antara 2000 dan 2001. Selama solar maximum, jumlah bintik matahari tertinggi adalah 244, tercatat pada Juli 2000.

Pada 29 Juni 2023, bintik matahari yang baru muncul 48 jam sebelumnya membengkak dengan cepat menjadi raksasa yang berukuran sekitar 10 kali lebih lebar dari bumi, menjadikannya salah satu bintik matahari terbesar dari siklus matahari ke-25.

 

 

3 dari 3 halaman

Apa Itu Bintik Matahari

Pada 2 Juli, petak gelap raksasa ini mengeluarkan sinar matahari kelas X, tipe terkuat yang dapat dihasilkan matahari yang hantam langsung ke bumi dan menyebabkan pemadaman radio di Amerika Serikat bagian barat dan Samudra Pasifik bagian timur.

Ini adalah tanda solar maksimum matahari semakin dekat dan akan lebih ekstrem dari yang diprediksi. Namun, bintik matahari bukan satu-satunya indikator maksimal yang akan datang lebih kuat dari yang terakhir. Pada Maret, termosfer, lapisan atmosfer bumi tertinggi kedua, mencapai suhu tertingginya selama hampir 20 tahun setelah menyerap kelebihan energi dari badai matahari yang melanda bumi pada awal 2023.

Mengutip laman p2k.stekom.ac.id, bintik matahari adalah bagian dari permukaan matahari (fotosfer) yang dipengaruhi aktivitas magnetis hebat yang akibatkan terhambatnya konveksi, membentuk daerah bersuhu lebih dingin.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini