Sukses

Sejarah Kilang Minyak Pertamina Dumai yang Meledak 1 April 2023

Berikut sejarah beroperasinya kilang minyak Putri Tujuh Dumai yang merupakan bagian dari refinery unit II yang alami ledakan dan kebakaran pada 1 April 2023.

Liputan6.com, Jakarta - Kilang Minyak Putri Tujuh Pertamina RU II Dumai, Riau alami kebakaran pada Sabtu malam. 1 April 2023 sekitar pukul 22.40 WIB. Sebelumnya terjadi dentuman keras disertai getaran kuat yang diduga berasal dari Kilang Minyak Putri Tujuh Pertamina RU Dumai, Riau.

Dikutip dari Antara, ditulis Minggu (2/4/2023), warga sekitar kilang minyak yang berada di Kelurahan Jaya Mukti dan Tanjung Palas berhamburan keluar rumah. Ratusan warga berdesakan di pintu gerbang kilang minyak untuk melihat kondisi sekitarnya.

Penjagaan kilang minyak Pertamina Dumai langsung diperketat oleh petugas kepolisian dan TNI untuk memblokir warga yang mendekat.

Mengutip Kanal Bisnis Liputan6.com, kebakaran di kilang minyak Pertamina Dumai bukan yang pertama terjadi. Sebelumnya, kilang minyak Putri Tujuh juga alami kebakaran hebat pada Minggu, 16 Februari 2014 sekitar pukul 21.45 WIB yang diduga akibat pipa bocor. Kebocoran itu diduga sebabkan bunyi ledakan dan semburan api di heater 211 kilang minyak.

Bicara mengenai kilang minyak Putri Tujuh Dumai ini, berbagai produk bahan bakar minyak (BBM) dan Non BBM telah dihasilkan dari kilang tersebut dan Sungai Pakning. Dari kilang minyak tersebut telah didistribusikan ke berbagai pelosok tanah air dan manca negara.

Sejarah Kilang Minyak

Terkait sejarah kilang minyak BBM ini, dikutip dari laman Pertamina, kilang minyak Putri Tujuh Dumai dan Sungai Pakning beroperasi sejak 1971. Kilang ini bagian dari refinery unit UU Dumai dan Sungai Pakning telah menjadi kilang kebanggaan nasional sehingga program peningkatan peningkatan kehandalan kilang dan peningkatan kualitas informasi dan komunikasi menjadi penting.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pembangunan Kilang Minyak di Dumai

Mengutip dari laman unikom.ac.id, pembangunan kilang Pertamina Refinery Unit II Dumai ini dilakukan mulai 20 April 1969. Saat itu, pembangunan ini kerja sama antara Pertamina dengan Far East Sumitomo Sloye Kaisha, kontraktor asal Jepang. Kilang tersebut dikukuhkan dalam surat keputusan direktur utama PT Pertamina (Persero) Nomo r 334/Kps/DM/1967.

Untuk pelaksanaan teknis pembangunan dilaksanakan oleh kontraktor asing yaitu Ishikawajima-Harima Heavy Industries (IHHI) untuk melakukan pekerjaan konstruksi pembuatan jilang crude destilatiopn unit (CDU) dan fasilitas penunjang pembangkit utama atau utilities. Sedangkan Taesei construction co melakukan pekerjaan konstruksi pembuatan fasilitas penunjang konstruksi kilang.

Untuk unit pertama yang didirikan yaitu crude distillation unit (CDU/100) yang selesai pada Juni 1971. Unit ini dirancang untuk mengolah minyak mentah jenis Sumatera Light Crude (SLC) berkapasitas 100 ribu barel per hari.

Selanjutnya pada 14 Agustus 1971, kilang tersebut menjalani uji coba. Pada 9 September 1971, Presiden Soeharto meresmikan kilang minyak yang bernama Kilang Putri Tujuh.

Saat itu, produk yang dihasilkan dari kilang ini antara lain naphta, kerosene, solar/automotive diesel oil (ADO), bottom product berupa 55 persen  volume low sulphur wax residu (LSWR) untuk diekspor ke Jepang dan Amerika Serikat (AS).

 

3 dari 4 halaman

Perluasan Kilang Minyak

Seiring perkembangan ekonomi dalam negeri dan kebutuhan BBM makin tinggi, pemerintah pun membangun kilang baru yang berfungsi mengolah LSWR menjadi bahan bakar siap pakai. Kilang baru ini diberi nama hydrocracker unit.

Perluasan kilang pun dilakukan pada 2 April 1980 dengan ditandatanganinya persetujuan perjanjian kerja sama antara Pertamina dengan Universal Oil Product (UOP) dari Amerika Serikat dengan kontraktor utama technidas reunidas centunion dari Spanyol berdasarkan lisensi proses dari UOP.

Pembangunan sarana penunjang seperti pipa penghubung kilang lama dan baru, gedung laboratorium, gudang fire dan safety, perkantoran dan perumahan karyawan dikerjakan oleh kontraktor-kontraktor Indonesia.

Pengawasan proyek dilakukan oleh TRC dan Pertamina dibantu oleh konsultan CF Braun dari Amerika Serikat. Usai proyek perluasan selesai dibangun, Presiden Soeharto meresmikan pada 16 Februari 1984.

4 dari 4 halaman

Produk Pertamina dari Refinery Unit II

Adapun produk pertamina RU II yang dihasilkan dan dinikmati masyarakat antara lain:

BBM dan BBK

Terdiri dari 6 jenis produksi yang dihasilkan antara lain:

  • Aviation Turbine Fuel
  • Minyak bakar
  • Minyak Diesel
  • Minyak Solar
  • Minyak Tanah
  • Non BBM

Terdiri dari tiga jenis produksi yang dihasilkan antara lain:

  • Solvent
  • Green Coke
  • Liquid Petroleum Gas (LPG)
  •  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.