Sukses

Gubernur BI Perry Warjiyo: Redam Inflasi Tak Harus dengan Kenaikan Suku Bunga

Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, ada kebijakan lain yang dapat dilakukan untuk menurunan inflasi.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) melihat bahwa upaya penurunan laju inflasi tidak selalu harus dilakukan dengan kenaikan suku bunga.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, ada kebijakan lain yang dapat dilakukan untuk menurunaninflasi.

Hal itu disampaikan Gubernur Perry saat menghadiri Gala Seminar ASEAN 2023: “Enhancing Policy Calibration for Macro Financial Resilience” pada Rabu sore (29/3/2023). 

Adapun kehadiran Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dan Gubernur Bangko Sentral Ng Pilipinas Felipe M Medalla dalam seminar tersebut. 

"Kita tidak mengandalkan aspek hanya pada satu basis kebijakan moneter, dan banyak bank sentral di negara maju yang hanya mengandalkan kebijakan moneter terutama melalui suku bunga," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam seminar yang digelar di Bali Nusa Dua Convention Center 1 (BNDCC 1), Nusa Dua, Bali Rabu (29/3/2023).

"Tidak, kami tidak bisa melakukan itu. Di Indonesia, kita memiliki apa yang kita sebut sebagai kebijakan bank sentral, yang membuat konsensus kebijakan moneter, makroprudensial, serta sistem pembayaran," jelasnya.

Hal ini sangat penting bagi Indonesia, menurut Gubernur BI, di mana kebijakan moneternya diarahkan pada bagaimana mengatasi stabilitas dalam mengatasi krisis keuangan global, dan juga tentang pertumbuhan ekonomi, kita memiliki penguat makro digital yang akomodatif sebagai sistem pembayaran, dan kebijakan lainnya.

Sebagai informasi, BI sebelumnya mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75 persen.

"Kita juga perlu menstabilkan nilai tukar, karena Indonesia sedang dihadapkan pada kondisi keuangan global yang bergejolak. kita perlu menstabilkan nilai tukar untuk memastikan bahwa inflasi terkendali, stabilitas keuangan moneter kita tetap terkendali," beber Gubernur Perry.

Gubernur Perry melanjutkan bahwa, BI juga memastikan bahwa eksportir digunakan untuk memperdalam pasar keuangan. "Jadi, kami sudah menahan diri untuk menggunakan manajemen aliran modal, tetapi kami memperkenalkan lebih banyak instrumen dan mekanisme pasar untuk memastikan deposan eksportir memiliki mekanisme pasar berdasarkan tingkat bunga yang dihargai pada aspek tersebut," tambahnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

The Fed Dongkrak Suku Bunga 25 Bps, Perang Lawan Inflasi Masih Lanjut

Federal Reserve atau The Fed kembali menaikkan suku bunga pinjaman pada Rabu (22/3), karena berusaha mencapai keseimbangan antara membatasi inflasi yang tinggi dan mencegah pergolakan lebih lanjut di sektor perbankan Amerika Serikat.

Kenaikan ini terjadi meski negara itu masih dihadapi krisis di sejumlah bank, salah satunya Silicon Valley Bank dan Signature Bank.

Mengutip Channel News Asia, Kamis (23/3/2023) The Fed menaikkan suku bunga seperempat poin, yang sejalan dengan ekspektasi, mengangkat kisaran target menjadi 4,75-5,00 persen pada akhir pertemuan kebijakan dua hari.

Dalam sebuah pernyataan, The Fed mengatakan perkembangan sektor perbankan baru-baru ini kemungkinan akan menghasilkan kondisi kredit yang lebih ketat untuk rumah tangga dan bisnis serta membebani aktivitas ekonomi, perekrutan dan inflasi.

Federal Open Market Committee (FOMC) yang menetapkan kebijakan menambahkan bahwa "beberapa penguatan kebijakan tambahan mungkin tepat" untuk mengambil sikap yang cukup membatasi untuk menurunkan inflasi.

Kenaikan kali ini juga masih sama dengan besaran suku bunga bank sentral sebelumnya pada bulan Februari, dan menandai kenaikan suku bunga kesembilan berturut-turut.

Sementara Fed telah menyatakan komitmennya untuk menurunkan inflasi, ada kekhawatiran bahwa suku bunga yang lebih tinggi dapat memperdalam gejolak sektor perbankan setelah runtuhnya Silicon Valley Bank.

SVB, untuk memenuhi kebutuhan likuiditas, harus menjual aset yang diperkirakan akan dimiliki hingga jatuh tempo dan bank itu telah kehilangan nilai pasar sementara tarif meningkat.

3 dari 3 halaman

Jerome Powell : Dana Nasabah Aman dari Dampak Krisis Perbankan

Sementara itu, Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan tabungan deposan dalam sistem perbankan sudah aman, menambahkan bahwa pihaknya "siap menggunakan semua upaya sesuai kebutuhan" untuk menjaga sistem tetap aman dan sehat.

Dia juga mengatakan The Fed perlu meningkatkan pengawasan dan regulasi bank, menambahkan bahwa manajemen SVB telah "gagal parah".

"Tetapi pemotongan suku bunga tidak termasuk pada kasus dasar kami", tambah Powell.

Di hari yang sama juga, The Fed memperbarui proyeksi ekonominya, sedikit menurunkan proyeksi pertumbuhan PDB AS di tahun 2023 menjadi 0,4 persen dari 0,5 persen pada Desember 2022.

Proyeksi median untuk suku bunga acuan The Fed pada akhir tahun ini tidak berubah, sementara ekspektasi inflasi naik tipis.

Pengumuman The Fed menyusul keputusan Bank Sentral Eropa pekan lalu untuk menaikkan suku bunga sebesar 0,5 poin persentase.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.