Sukses

HSBC Akuisisi Silicon Valley Bank di Inggris, Cuma Rogoh Kocek Rp 16.471

Bank terbesar di Eropa, HSBC mengungkapkan akan membeli cabang Silicon Valley Bank di Inggris.

Liputan6.com, Jakarta - HSBC mengungkapkan akan membeli cabang Silicon Valley Bank yang berada di Inggris. Langkah itu diakukan untuk mengamankan simpanan dana nasabah perusahaan teknologi Inggris di Silicon Valley Bank.

Mengutip CNN Business, Selasa (14/3/2023) bank terbesar di Eropa itu mengumumkan kesepakatan pembelian senilai 1 euro pada Rp 16.471 pada Senin 13 Maret 2023. Proses pembelian Silicon Valley Bankoleh HSBC ini akan rampung dalam waktu dekat ini.

Dalam sebuah pernyataan, CEO HSBC Noel Quinn mengatakan bahwa akuisisi tersebut berarti bahwa nasabah Silicon Valley Bank Inggris dapat terus melakukan aktivitas perbankan seperti biasa, aman karena mengetahui bahwa simpanan mereka didukung oleh kekuatan, keselamatan, dan keamanan HSBC.

"Akuisisi ini masuk akal secara strategis untuk bisnis kami di Inggris," katanya.

"Ini memperkuat waralaba perbankan komersial kami dan meningkatkan kemampuan kami untuk melayani perusahaan yang inovatif dan berkembang pesat, termasuk di sektor teknologi dan ilmu kehidupan, baik di Inggris dan internasional," tuturnya.

Silicon Valley Bank Mitra Sektor Teknologi 

Diketahui, Silicon Valley Bank merupakan mitra bank utama untuk sektor teknologi di Inggris, dan keruntuhannya induknya di AS membuat para eksekutif teknologi mencari cara untuk mengamankan uang tunai mereka untuk membayar staf dan operasional.

Jika cabangnya di Inggris tidak menarik peminat, Silicon Valley Bank akan dinyatakan bangkrut oleh Bank of England menyusul keruntuhan induknya di AS.

Namun, bank sentral Inggris mengatakan dalam sebuah pernyataan pihaknya "dapat mengonfirmasi bahwa semua uang deposan dengan SVB Inggris aman dan terjamin sebagai hasil dari transaksi ini".

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Susul Silicon Valley Bank, Regulator AS Kini Tutup Signature Bank

Regulator Amerika Serikat menutup Signature Bank yang berbasis di New York pada Minggu 12 Maret 2023, dua hari setelah Silicon Valley Bank ditutup menyusul keruntuhan yang menyebabkan miliaran deposito tertahan.

Melansir US News, Senin (13/3/2023) Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) mengambil alih Signature Bank yang memiliki aset senilai USD 110,36 miliar atau Rp. 1,7 kuadriliun dan deposito USD 88,59 pada akhir tahun lalu, menurut keterangan dari Departemen Layanan Keuangan negara bagian New York.

"Semua deposan Signature Bank dan Silicon Valley Bank akan menjadi utuh, dan tidak ada kerugian yang akan ditanggung oleh pembayar pajak," kata Departemen Keuangan AS dan regulator bank lainnya dalam pernyataan bersama.

Kegagalan Signature Bank mengikuti penutupan Silicon Valley Bank pada 10 Maret, yang terbesar kedua dalam sejarah AS setelah Washington Mutual, kolaps selama krisis keuangan 2008.

Lini Bisnis Signature Bank  

Sebagai informasi, Signature Bank dikenal sebagai bank komersial yang memiliki kantor di New York, Connecticut, California, Nevada, dan Carolina Utara, serta memiliki sembilan lini bisnis nasional termasuk real estat komersial dan perbankan aset digital di AS.

Pada September 2022, hampir seperempat dana yang disimpanannya berasal dari sektor mata uang kripto, tetapi bank tersebut mengumumkan pada bulan Desember bahwa mereka akan menyusutkan simpanan terkait kripto sebesar USD 8 miliar.

Kemudian pada Februari 2023, Signature Bank mengumumkan bahwa chief executive officer-nya, Joseph DePaolo, akan beralih ke jabatan penasihat senior pada tahun 2023 dan akan digantikan oleh chief operating officer bank, Eric Howell.

DePaolo telah menjabat sebagai presiden dan CEO sejak Signature Bank berdiri pada tahun 2001.

3 dari 4 halaman

Kronologi Silicon Valley Bank Bangkrut, Masalah Terbesar Sejak 2008

Silicon Valley Bank (SVB) tengah menjadi sorotan karena mengalami kebangkrutan bank terbesar di Amerika Serikat sejak tahun 2008.

Melansir CNN Business, Senin (13/3/2023) kolapsnya Silicon Valley Bank menyusul serangkaikan kenaikan suku bunga Federal Reserve yang agresif ntuk menjinakkan inflasi.

Langkah itu mendorong biaya pinjaman yang tinggi, melemahkan momentum saham teknologi yang menguntungkan SVB.

Pada saat yang sama, modal ventura mulai mengering, memaksa para pengusaha start up untuk menarik dana yang disimpan di SVB.

Awal runtuhnya SVB mulai terlihat pada 8 maret 2023,  ketika SVB mengumumkan  telah menjual sejumlah sekuritas yang mengalami kerugian.

Disebutkan, ada USD 2,5 miliar atau Rp. 38,4 triliun saham baru yang akan dijual untuk menopang neraca keuangan. Kabar tersebut pun memicu kepanikan di antara pemodal perusahaan ventura utama, mendorong perusahaan pemodal menarik dana dari SVB.

Kemudian pada 9 maret 2023, nilai saham SVB anjlok, dan menyeret sejumlah bank lainnya ikut jatuh. Di hari berikutnya, saham SVB dihentikan dan memberhentikan upaya meningkatkan modal atau mencari pembeli. 

Regulator di California akhirnya menutup SVB, setelah mengalami krisis modal selama 48 jam. Federal Deposit Insurance Corporation kemudian ditunjuk sebagai pengendali, dan mengambil alih simpanan sekitar USD 175 miliar atau sekitar Rp. 2,6 kuadriliun di bank tersebut.

Nasabah ketar ketir 

Situasi di SVB juga telah membuat sejumlah perusahaan Amerika Serikat khawatir akan dana yang mereka simpan di SVB.

"Saya sedang dalam perjalanan ke cabang untuk mencari uang saya sekarang. Mencoba mentransfernya kemarin tidak berhasil. Anda tahu saat-saat di mana Anda mungkin benar-benar kacau tetapi Anda tidak yakin? Ini salah satunya momennya," ungkap seorang pendiri start-up, dikutip dari BBC.

4 dari 4 halaman

Departemen Keuangan AS Pantau Situasi Runtuhnya Silicon Valley Bank

Saat berbicara di Washington pada Jumat, Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan bahwa pihaknya sedang memantau "perkembangan terakhir" di Silicon Valley Bank dan lainnya "dengan sangat hati-hati".

Dia kemudian bertemu dengan regulator perbankan terkemuka, di mana Departemen Keuangan mengatakan dia menyatakan "keyakinan penuh pada regulator perbankan untuk mengambil tindakan yang tepat sebagai tanggapan dan mencatat bahwa sistem perbankan tetap tangguh".

Tak lama setelah pernyataannya, Yellen mengumumkan bahwa pemerintah federal tidak akan memberikan bailout bagi investor Silicon Valley Bank setelah bank itu tiba-tiba tutup.

Namun, regulator keuangan "Khawatir" tentang dampaknya terhadap deposan dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan mereka.

"Selama krisis keuangan, ada investor dan pemilik bank besar sistemik yang ditebus,” ujar Janet Yellen dalam wawancara dengan Face the Nation, dikutip dari CBS News, Minggu (12/3/2023).

"Dan reformasi yang telah diberlakukan berarti kami tidak akan melakukannya lagi. Tapi kami prihatin dengan deposan dan fokus untuk mencoba memenuhi kebutuhan mereka," ia menambahkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini