Sukses

Harga Minyak Dunia Naik Lebih dari 1 Persen karena Optimisme Permintaan dari China

China mengeluarkan kuota impor minyak mentah gelombang kedua 2023. Angka ini meningkatkan total untuk tahun ini sebesar 20 persen dari waktu yang sama tahun lalu.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia naik lebih dari 1 persen pada perdagangan Senin. Kenaikan harga minyak ini terjadi setelah China membuka kembali perbatasan sehingga mendorong prospek permintaan bahan bakar.

Reli harga minyak dunia ini juga didukung oleh harapan kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) yang tidak terlalu agresif dan pelemahan dolar AS.

Mengutip CNBC, Selasa (10/1/2023), harga minyak mentah Brent naik 1,37 persen menjadi USD 79,65 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate AS ditutup naik 1,17 persen menjadi USD 74,63 per barel.

"Pembukaan kembali ekonomi China secara bertahap akan memberikan dukungan harga tambahan dan tak terukur," kata broker minyak PVM Tamas Varga.

Reli harga minyak di awal pekan ini menjadi permulaan yang baik setelah penurunan minggu lalu yang mencapai lebih dari 8 persen untuk jenis Brent maupun WTI. Ini juga merupakan penurunan mingguan terbesar yang terjadi di awal tahun sejak 2016.

Sebagai bagian dari fase baru dalam perang melawan Covid-19, China membuka perbatasannya pada akhir pekan untuk pertama kalinya dalam tiga tahun.

Di dalam negeri, sekitar 2 miliar perjalanan diperkirakan selama musim Tahun Baru Imlek, hampir dua kali lipat tahun lalu dan 70 persen dari tingkat 2019.

Menurut sumber dan dokumen yang diterima oleh Reuters, dalam perkembangan khusus minyak, China mengeluarkan kuota impor minyak mentah gelombang kedua 2023. Angka ini meningkatkan total untuk tahun ini sebesar 20 persen dari waktu yang sama tahun lalu.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kekhawatiran

Meskipun harga minyak duni naik pada hari Senin, masih ada kekhawatiran bahwa arus besar wisatawan China dapat menyebabkan lonjakan infeksi Covid sementara kekhawatiran ekonomi yang lebih luas juga masih ada.

Kekhawatiran itu tercermin dalam struktur pasar minyak. Baik kontrak jangka pendek Brent dan minyak mentah AS diperdagangkan dengan diskon hingga bulan depan, struktur yang dikenal sebagai contango, yang biasanya menunjukkan sentimen bearish.

Federal Reserve New York mengatakan dalam Survei Ekspektasi Konsumen bulan Desember bahwa rumah tangga AS melihat inflasi jangka pendek yang lebih lemah dan mengharapkan pengeluaran yang lebih sedikit, bahkan ketika mereka memperkirakan pendapatan mereka terus meningkat.

Bank Sentral AS melaporkan bahwa responden survei bulanannya mengatakan mereka melihat inflasi setahun dari sekarang sebesar 5 persen, dari 5,2 persen pada November. Ini adalah perkiraan terendah sejak Juli 2021.

"Data Fed New York ini harus mendukung harga minyak, karena ini menunjukkan bahwa inflasi sedang memuncak," kata Phil Flynn, analis di grup Price Futures.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.