Sukses

BI Rilis Laporan Foreign Exchange Markets Asia Pacific

Laporan Foreign Exchange Markets Asia Pacific mengkaji bagaimana kebijakan stabilisasi menjadi instrumen utama dalam mendukung mekanisme pasar dan stabilitas sistem keuangan.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) merilis laporan Foreign Exchange (FX) Markets in Asia Pacific. Laporan ini merupakan hasil kolaborasi bersama bank sentral negara lain yang tergabung dalam Study Group Bank for International Settlements (BIS).

Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono menjelaskan, laporan ini mengkaji bagaimana kebijakan stabilisasi menjadi instrumen utama dalam mendukung mekanisme pasar dan stabilitas sistem keuangan.

"Selain itu upaya pendalaman pasar lindung nilai dapat membantu menyeimbangkan permintaan valas di masa depan," kata dia dalam keterangan tertulis, Senin (31/10/2022).

Adapun tiga fokus utama asesmen dan opsi kebijakan yang dimuat dalam laporan ini adalah Pertama mengenai pemantauan dan pengawasan pasar valas. Kedua soal perkembangan pasar lindung nilai valas. Ketiga pertimbangan dan kaitan struktur pasar valas dan arus modal.

Analisis pada laporan ini menggunakan metode survei anggota study group, BIS Triennial Central Bank Survey of Foreign Exchange and Over-the-counter Derivatives Markets, sumber sektor resmi lainnya, sumber data komersial, dan studi kasus negara anggota.

Laporan ini juga menuangkan pentingnya dukungan pasar valas spot dan derivatif yang berfungsi dengan baik, agar bank sentral dapat menempuh macro-financial stability frameworks dengan optimal dalam merespons gejolak nilai tukar dan arus modal.

"Untuk itu, instrumen kebijakan yang tepat perlu diterapkan guna membatasi volatilitas di pasar valas sehingga stabilitas makroekonomi dan keuangan tetap terjaga," kata dia. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Rekomendasi Kebijakan

Untuk diketahuik, Study Group tentang Foreign Exchange (FX) Markets Asia Pasifik dibentuk pada April 2021 oleh Kantor Perwakilan BIS untuk wilayah Asia dan Pasifik. Anggota kelompok terdiri dari bank sentral dan otoritas moneter dari Australia, Filipina, Hong Kong SAR, India, Indonesia, Korea, Malaysia, Selandia Baru, Singapura, Thailand, dan Tiongkok, serta pengamat dari Jepang.

Pembentukan Study Group ini difokuskan untuk melakukan asesmen dan menyusun rekomendasi kebijakan guna memperkuat pemantauan di pasar valas dan pengembangan dan pendalaman pasar valuta asing (valas) yang efisien.

Selain itu juga perluasan penggunaan lindung nilai valas yang efisien, dan upaya untuk meredam dampak volatilitas di pasar keuangan domestik.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.