Sukses

Rincian 5 Ruas yang Bakal Uji Coba Sistem Bayar Tol Tanpa Henti

Pemerintah berencana memulai implementasi bayar tol tanpa berhenti atau Multi Lane Free Flow atau MLFF pada akhir tahun ini.

Liputan6.com, Jakarta - Uji coba sistem transaksi nontunai nirsentuh atau Multi Lane Free Flow semakin dekat. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan mencoba sistem bayar tol tanpa sentuh ini di lima ruas jalan tol.

"Kelima tol yang akan dilakukan uji coba adalah Tol Bali Mandara, Tol Jagorawi, Tol Jakarta-Cikampek, Tol Dalam Kota, dan Tol JORR (termasuk Ulujami-Pondok Aren-Serpong)," ujar Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Danang Parikesit dikutip dari ANTARA, Kamis (1/9/2022).

kelima ruas jalan tol tersebut merupakan perwakilan 80 persen dari trafik keseluruhan jalan tol di Indonesia.

Pemerintah berencana memulai implementasi bayar tol tanpa berhenti atau Multi Lane Free Flow atau MLFF pada akhir tahun ini. Pemberlakuan penuh MLFF akan dilaksanakan pada tahun 2023 atau 2024 setelah melalui serangkaian ujicoba dan masa transisi, yang artinya implementasi MLFF tidak akan secara serentak dilakukan pada seluruh ruas jalan tol.

Pentahapan tersebut akan terus dievaluasi berdasarkan tingkat keberhasilan sistem untuk melangkah ke tahap selanjutnya.

Untuk tahap awal implementasi dimulai dengan masa transisi pada beberapa ruas jalan tol, di mana sebagian gardu pada setiap gerbang tol masih dapat menggunakan kartu tol elektronik.

Sistem transaksi nontunai berbasis MLFF menjadi salah satu inovasi baru melalui sistem pembayaran nirsentuh dengan menciptakan suatu efisiensi, efektivitas, aman, dan nyaman dalam penerapan sistem pembayaran jalan tol di Indonesia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Teknologi GNSS

Sistem MLFF ini menggunakan teknologi Global Navigation Satellite System (GNSS) dan melakukan transaksi melalui aplikasi khusus jalan tol di ponsel pintar atau smartphone.

Selanjutnya GPS akan menentukan lokasi yang ditentukan oleh satelit dan proses map-matching akan berjalan di central system. Saat kendaraan keluar tol dan proses map-matching berakhir, sistem akan melakukan kalkulasi tarif.

Penggunaan GNSS banyak diterapkan di negara-negara Eropa Timur termasuk Hongaria. Manfaat lain dari kehadiran sistem transaksi MLFF ini yaitu salah satunya adalah efisiensi biaya operasi dan juga meminimalisir bahan bakar kendaraan.

Dengan adanya penerapan sistem ini pengendara tidak lagi perlu berhenti dan kendaraan dapat terus berjalan seperti biasa, sehingga tidak ada lagi antrian pada gerbang tol dan mempersingkat waktu tempuh dan efisien.

3 dari 4 halaman

Pengendara Wajib Unduh Aplikasi

Sebelumnya, penerapan sistem transaksi tol tanpa kartu dan setop atau Multi Lane Free Flow (MLFF) target mulai uji coba pada akhir 2022 ini.

Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tengah menyiapkan satu lajur tanpa pintu gerbang (gentry tol) di sejumlah ruas, seperti Jalan Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) S, Tol Jagorawi, hingga Jalan Tol Samarinda-Balikpapan.

Dalam pelaksanaan tahap uji coba MLFF ini, akan terdapat 1 gentry tol di masing-masing ruas. Sehingga masih menyisakan gerbang tol yang bisa menerima transaksi via kartu.

Bila sudah terlaksana, pengguna jalan tol nantinya tidak perlu lagi menyiapkan kartu untuk alat pembayaran. Sebagai gantinya, pengguna tol wajib menggunakan aplikasi Cantas, yang akan diluncurkan Desember 2022.

Sistem MLFF ini dalam penerapannya juga harus didukung oleh lembaga pengelola yang berperan sebagai toll service provider, atau electronic toll collection (ETC).

Lantas, teknologi seperti apa yang akan digunakan dalam sistem pembayaran tol tanpa kartu dan henti ini?

 

4 dari 4 halaman

Alternatif Teknologi

Mengutip informasi dari laman Departemen Perhubungan (Dephub), Kamis (1/9/2022), terdapat beberapa alternatif teknologi yang bisa dipakai sebagai ETC seperti yang sudah digunakan negara-negara lain, antara lain:

- Dedicated Short Range Communication (DSRC); merupakan alat yang menggunakan radio frekuensi 5,8 Ghz, sehingga pengguna perlu membeli On Board Unit (OBU), yang menyimpan data identitas dan informasi lain dengan tingkat keandalan 99,95 persen.

- Radio Frequency Identification (RFID); merupakan alat yang menggunakan radio dengan frekuensi (860–960) Mhz, dan pengguna perlu membeli stiker tag RFID sebagai identitas pengguna, dan memiliki tingkat keandalan sekitar 99,5 persen.

- Automatic Number Plate Recoqnition (ANPR); merupakan alat untuk mendeteksi plat nomor, memerlukan akses database plat nomor, tetapi tidak memerlukan OBU.

- Global Navigation Satelite System (GNSS); merupakan OBU untuk melacak posisi pengguna dan tarif dikenakan berdasarkan lokasi pengguna.

- Short Range Communication based on Calm Active Infrared (ISRC) Merupakan teknologi baru yang mirip dengan RFID. Perbedaannya memiliki infrared aktif pada IVU yang dapat memuat semua informasi.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.