Sukses

Harga Minyak Dunia Anjlok 2,7 Persen Jadi USD 96,62 per Barel Dampak Resesi

Fluktuasi harga minyak dunia terus berlangsung sejak konflik Rusia dengan Ukraina dimulai enam bulan lalu.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia terus merosot pada perdagangan Rabu di hingga di atas 2 persen. Penurunan harga minyak dunia hari ini terjadi karena kekhawatiran investor tentang keadaan ekonomi global yang memburuk.

Selain itu, pelemahan harga minyak dunia ini juga tertekan karena prospek kenaikan suku bunga bank sentral, dan peningkatan pembatasan untuk menahan penyebaran Covid-19 di China.

Mengutip CNBC, Kamis (1/9/2022), harga minyak mentah dunia berjangka Brent untuk Oktober yang akan berakhir pada hari Rabu, turun USD 2,69 atau 2,7 persen menjadi USD 96,62 per barel. Pelemahan ini menyusul kerugian pada perdagangan hari Selasa yang mencapai USD 5,78 per barel.

Sedangkan untuk kontrak November yang lebih aktif turun USD 2,70 atau 2,76 persen menjadi USD 95,14 per barel.

Untuk minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 88 sen atau 1 persen menjadi USD 90,78 per barel, setelah meluncur USD 5,37 di sesi sebelumnya di tengah kekhawatiran resesi.

Fluktuasi harga minyak dunia terus berlangsung sejak konflik Rusia dengan Ukraina dimulai enam bulan lalu. Konflik ini telah mengguncang dana lindung nilai dan spekulan sehingga nilai perdagangan menipis.

“Tanda-tanda terbaru dari pertumbuhan yang tersendat-sendat adalah aktivitas pabrik China yang berkontraksi pada Agustus dan ekspansi sektor jasa negara yang lebih lambat dari perkiraan,” kata analis di PVM Oil Associates Tamas Varga.

“Selain itu, baik The Fed dan ECB diperkirakan akan menaikkan suku bunga secara signifikan bulan depan, mungkin sebanyak 0,75 persen dan semua ini membuat investor saham berlari untuk keluar. Minyak akan mengikuti, setidaknya untuk saat ini.” tambah dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kondisi China

Aktivitas pabrik China memperpanjang penurunan pada Agustus karena infeksi Covid baru. Gelombang panas terburuk dalam beberapa dekade dan sektor properti yang diperangi membebani produksi, menunjukkan ekonomi akan berjuang untuk mempertahankan momentum.

Beberapa kota terbesar China dari Shenzhen hingga Dalian memberlakukan penguncian dan penutupan bisnis untuk mengekang wabah Covid-19 pada saat ekonomi terbesar kedua di dunia itu sudah mengalami pertumbuhan yang lemah.

 

 

3 dari 4 halaman

Menahan Penurunan

Beberapa faktor yang menahan penurunan adalah data dari American Petroleum Institute (API) menunjukkan persediaan bensin turun sekitar 3,4 juta barel. Sementara stok sulingan, yang meliputi solar dan bahan bakar jet, turun sekitar 1,7 juta barel untuk pekan yang berakhir 26 Agustus 2022.

Sebanyak 8 analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan penarikan stok bensin hampir tiga kali lipat membuat penurunan 1,2 juta barel persediaan . Untuk persediaan sulingan mereka memperkirakan penurunan sekitar 1 juta barel.

Namun, data API menunjukkan stok minyak mentah naik sekitar 593.000 barel, dibandingkan perkiraan analis yang turun sekitar 1,5 juta barel.

 

4 dari 4 halaman

OPEC+

Faktor lain yang mendukung harga adalah pembicaraan tentang pengurangan produksi oleh anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu, bersama-sama disebut OPEC+. Pertemuan OPEC+ selanjutnya adalah pada pada 5 September 2022.

Tindakan Rusia pada gas alam memberikan dukungan lebih lanjut. Gazprom menghentikan aliran gas alam melalui rute pasokan utama Eropa pada hari Rabu ketika pertempuran ekonomi meningkat antara Moskow dan Brussels.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.