Sukses

33.476 Unit PJU Tenaga Surya hingga PLTS Dibangun di 2022, Telan Biaya Rp 483 Miliar

Pemerintah melalui Kementerian ESDM di tahun 2022 menargetkan akan dibangun sebanyak 33.476 unit Barang Milik Negara (BMN) Infrastruktur dengan anggaran sebesar Rp 483 miliar.

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah melalui Kementerian ESDM di tahun 2022 menargetkan akan dibangun sebanyak 33.476 unit Barang Milik Negara (BMN) Infrastruktur dengan anggaran sebesar Rp 483 miliar.

Hal itu disampaikan Kepala Pusat Pengelolaan Barang Milik Negara, Sekretariat Jenderal Kementerian ESDM Sumartono, dalam bincang bersama DJKN, Jumat (22/7/2022).

Disisi lain, dia menjelaskan, terdapat beberapa jenis program penyediaan BMN infrastruktur EBT yakni penyediaan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE), Penerangan Jalan Umum (PJU), pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terpusat, PLTS Rooftop, dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH).

“BMN Infrastruktur tersebut didistribusikan kepada pihak-pihak yang membutuhkan melalui skema alih status penggunaan, hibah, dan/atau penyertaan modal pemerintah pusat. Skema pengelolaan BMN ini sesuai Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 2014 sebagaimana diubah dengan PP nomor 28 tahun 2020,” kata Sumartono.

Dalam kurun waktu 6 tahun (2016 s.d. 2021), penerima manfaat dari BMN Infrastruktur EBT antara lain ada tujuh. Pertama, PLTS Terpusat telah diberikan kepada 21 pemerintah provinsi (pemprov) dan 31 pemerintah kabupaten/kota (pemkab/kota).

Kedua, PLTS Rooftop telah diberikan kepada 33 pemprov, 25 pemkab/kota, 18 pondok pesantren, 6 satuan kerja KESDM, dan 8 kementerian/lembaga (K/L). Ketiga, LTSHE telah diberikan kepada 364.315 rumah tangga.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

PJU Tenaga Surya

Keempat, PJU Tenaga Surya telah diberikan kepada 33 pemprov dan 217 pemkab/kota. Kelima, PLTMH telah diberikan kepada 12 pemkab/kota.

Keenam, PLT POME (Palm Oil Mill Effluent) telah diberikan kepada 4 pemkab/kota. Ketujuh, biogas Komunal telah diberikan kepada 8 pemkab/kota dan 6 pondok pesantren.

“Selain 7 jenis BMN Infrastruktur EBT di atas, Pemerintah juga sedang melaksanakan program pemasangan paket Alat Penyalur Daya Listrik (APDAL) bagi masyarakat yang berada di wilayah desa yang belum terjangkau jaringan listrik,” katanya.

APDAL adalah piranti penyimpanan dan penyaluran energi listrik berbasis baterai yang dapat diisi ulang pada stasiun pengisian energi listrik.

Hal ini merupakan amanat presiden untuk memfasilitasi listrik kepada 433 desa yang tersebar di 4 provinsi yakni Provinsi Papua, Papua Barat, Maluku dan Nusa Tenggara Timur.

Demikian, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Kemenkeu bersama Ditjen EBTKE KESDM, akan terus berkomitmen mempercepat pendistribusian BMN Infrastruktur kepada pihak penerima untuk mensukseskan target bauran energi baru terbarukan sebesar 23 persen pada tahun 2025.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Pertamina Mulai Bangun PLTS Berkapasitas 2,25 MWp di Kilang Plaju

Pertamina mulai membangun proyek pengembangan pembangkit listrik tenaga Surya (PLTS) di Kilang Plaju. PLTS ini akan memiliki kapasitas 2,25 MWp yang akan menyuplai listrik ke Gedung kantor serta perumahan.

Pembangunan ini diawali dengan seremonial groundbreaking pada Senin kemarin oleh Direktur Logistik dan Infrastruktur PT Pertamina (Persero), Mulyono yang didampingi oleh Chief Executive Officer Pertamina NRE Dannif Danusaputro, Direktur Perencanaan Strategis dan Pengembangan Bisnis Pertamina NRE Fadli Rahman, dan Direktur Sumber Daya Manusia & Penunjang Bisnis PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) Isnanto Nugroho, yang mewakili Direktur Utama PT KPI.

Mulyono mengatakan, Pertamina menargetkan kontribusi pembangkitan energi hingga sebesar 200 MW di tahun 2022, dengan groundbreaking PLTS di area RU III Plaju ini sebagai salah satu katalis dan bukti komitmen Pertamina dalam melaksanakan business practice yang memiliki carbon footprint lebih sustainable ke depannya.

"Terdapat dua potensi besar dari segi ekonomi dan lingkungan, dari instalasi PLTS 2,25 MWp di area Kilang Plaju," kata dia dalam keterangan tertulis, Kamis (16/6/2022).

Dari segi ekonomi, diharapkan bahwa instalasi PLTS dapat mengurangi beban pengoperasian gas turbine dan konsumsi natural gas di refinery, sehingga secara fuel economy kita menargetkan terciptanya cost saving sebesar 5.000 USD/tahun dan jumlah penghematan konsumsi gas sebesar 6.000 Ton/tahun.

Dari segi lingkungan, PLTS Kilang Plaju diproyeksikan untuk turut berkontribusi dalam mengurangi emisi karbon sebesar 2.000 Ton/tahun. Sehingga ditinjau dari besarnya kedua potensi, baik itu dari segi ekonomi dan dampak terhadap lingkungan, PLTS Kilang Plaju diharapkan menjadi pioneer alternatif pembangkitan energi di lokasi operasi Pertamina Group.

PLTS RU Kilang Plaju juga direncanakan menjadi showcase pada event G20 yang akan digelar di Indonesia akhir tahun 2022.

“Kami berharap bahwa ke depannya akan semakin banyak inisiatif bisnis yang mengedepankan profitability, sustainability dan sinergi antar Pertamina Group, yang dapat terus digulirkan untuk mengakselerasi bisnis Pertamina dan mendukung program dekarbonisasi pemerintah,” ungkap Mulyono.

4 dari 4 halaman

PLTS Ground Mounted

Dalam proyek ini, Pertamina NRE akan menjadi pihak yang menyediakan PLTS di Kilang Plaju. PLTS yang akan dibangun adalah PLTS ground mounted dengan kapasitas 2,25 MW di lahan seluas sekitar 2,2 hektar milik Kilang Plaju.

Transisi energi melalui pemanfaatan PLTS di lingkungan kilang diawali dengan penandatanganan Nota Kesepahaman antara Pertamina NRE dengan KPI pada Maret 2021. Hingga saat ini Pertamina NRE telah memasang PLTS di dua kilang, yaitu Kilang Cilacap dengan kapasitas 1,34 MWp dan Kilang Dumai dengan kapasitas 2 MWp.

“Transisi energi wajib dilakukan dengan komitmen bersama, hari ini bisa dilihat bahwa komitmen kolaborasi antar Pertamina Group sangat efektif demi mendukung mandat pemerintah dalam meningkatkan bauran energi,” tutur Dannif pada kesempatan yang sama.Melalui PLTS 2,25 MWp ini, potensi penurunan emisi yang bisa dilakukan mencapai 2.500 ton per tahun. PLTS ini ditargetkan mulai konstruksi pada Juli 2022.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.