Sukses

Dinilai Efektif, Program Kartu Prakerja Ditiru Negara Lain

Dalam pertemuan UNESCO di Marrakesh, Maroko, Program Kartu Prakerja dipilih sebagai program yang digunakan untuk menghadapi tantangan the future of work.

Liputan6.com, Jakarta - Keberhasilan program Kartu Prakerja di Indonesia mencuri perhatian dunia, termasuk Pemerintah Belanda yang tertarik terhadap program tersebut. Bahkan program Kartu Prakerja dinilai bisa menjadi percontohan dan diterapkan di negara-negara berkembang lainnya.

Hal itu disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara Temu Raya Alumni Program Kartu Prakerja bersama Presiden RI Joko Widodo, yang dilaksanakan Hybrid, di Sentul International Convention Centre, Bogor, Jumat (17/6/2022).

“Dalam pertemuan di Davos Menteri Labor dari Belanda dengan Perdana Menteri juga mengatakan kartu Prakerja mereka ingin melihat dan ini bisa direplikasi di negara-negara berkembang yang lain bapak presiden,” kata Menko Airlangga.

Program Kartu Prakerja adalah salah satu program Government to People (G2P) yang paling masif ada dibandingkan di negara lain.

Airlangga juga melaporkan kepada Presiden Joko Widodo, dalam pertemuan UNESCO di Marrakesh, Maroko, Program Kartu Prakerja dipilih sebagai program yang digunakan untuk menghadapi tantangan the future of work yang terkait dengan transformasi digital, green economy yang membutuhkan tenaga adult lifelong learning.

“Dari hampir seluruh negara yang memaparkan yang paling siap dan sudah operasional Insyaallah dari Indonesia melalui kartu prakerja,” ujarnya.

Selama dua tahun pelaksanaannya, Program Kartu Prakerja saat ini telah mencapai gelombang ke-32 dan memiliki lebih dari 12,8 juta penerima manfaat yang tersebar di 514 kabupaten/kota se-Indonesia, dan 95 persen telah menerima insentif.

Dari data yang tercatat, penerima Kartu Prakerja 56 persen tinggal di desa, 49 persen adalah perempuan dan sekitar 3 persen adalah penyandang disabilitas.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Ekosistem

Menurut Menko Airlangga, keberhasilan Program Kartu Prakerja adalah menggabungkan supply dan demand, sehingga seluruhnya dibentuk dalam ekosistem yang terus bergerak secara dinamis menggunakan database dan AI.

“Juga berterima kasih kepada Mitra dari Bank BNI 46 Pak Presiden. Seluruhnya ini ekosistem yang bergabung dengan BNI 46. Kartu pra kerja didukung oleh 171 lembaga pelatihan, 6 platform digital, 6 mitra pembayaran, 3 portal kerja dan 8 perguruan tinggi sebagai penilai dan pemantau,” ujarnya.

Selain itu, pasar yang dibentuk dari pelatihan Prakerja selama 2 tahun pasarnya ini adalah pasar pelatihan yang nilainya sekitar Rp 6 triliun selama 1 tahun. Sebelum kartu prakerja muncul, pasar ini kosong tidak ada pasar yang menangani digital education.

Lanjutnya, dari yang mengikuti Krtu Prakerja 30 persen yang sebelumnya menganggur kini telah bekerja atau berwirausaha, dan 90 persen itu peningkatan kompetensi produktivitas dan meningkatkan daya saing.

Kemudian, 66 persen menggunakan sertifikasi Krtu Prakerja untuk mendapatkan pekerjaan, 27 persen dari penerima belum pernah punya rekening tetapi 27 persen memilih menggunakan e-wallet, sehingga ini menjadi bagian dari program inklusi keuangan.

“Dari bantuan dana yang diberikan Rp 600.000 untuk 4 bulan, 92 persen untuk membeli pangan dan 70 persen untuk modal usaha,” pungkasnya.

3 dari 4 halaman

12,8 Juta Orang Akses Program Kartu Prakerja Sejak 11 April 2020

Sebelumnya, Program Kartu Prakerja sudah diikuti oleh 12,8 juta orang di 514 kabupaten/kota dan 34 Provinsi. Program ini dimulai di awal pandemi Covid-19 tepatnya pada 11 April 2020 hingga gelombang 32 yang ditutup pada minggu lalu atau pada tengah Juni 2022.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, sebagian besar dari jutaan peserta Program Kartu Prakerja tersebut merupakan masyarakat yang sulit mendapatkan akses program pemerintah secara langsung.

“Mereka adalah orang-orang yang seringkali kurang terwakili, namun berhasil dijangkau oleh Program Kartu Prakerja,” kata Airlangga di Jakarta, Jumat (17/6/2022).

Kartu Prakerja tidak hanya sebatas memberikan kesempatan masyarakat atau pekerja meningkatkan kemampuan dan keahlian. Melainkan juga mendorong inklusif keuangan bagi masyarakat yang berada di piramida bawah.

Data menunjukkan, sebanyak 93 persen peserta program memilih menggunakan e-money. Lalu sebanyak 28 persen peserta baru mengenal rekening bank atau e-money melalui Program Kartu Prakerja.

Airlangga mengatakan program Kartu Prakerja menjadi pembayaran Government to People atau G to P pertama yang consumer centric dengan proses transparan dan mulus. Sebab insentif diberikan ketika pengguna menyelesaikan kursus dan memberikan testimoni.

"Sehingga menjadikan Kartu Prakerja sebagai program transfer tunai bersyarat dimana penerima dapat memilih metode mana yang mereka sukai, baik transfer bank atau e-wallet,” jelas Airlangga.

4 dari 4 halaman

Pelatihan Efektif

Para peserta menggunakan insentif tersebut untuk keperluan sehari-hari seperti membeli makanan, membayar tagihan, serta menambah modal untuk usaha kecil.

Hal ini kata Airlangga menunjukkan program Kartu Prakerja telah melindungi masyarakat dari dampak pandemi Covid-19, sekaligus mempromosikan pengetahuan dan kewirausahaan.

Selain itu, implementasi program ini telah melahirkan munculnya skema pelatihan yang efektif. Dalam ekosistem Kartu Prakerja, terdapat lebih dari 150 penyedia pelatihan yang menawarkan lebih dari 1.000 kursus pelatihan.

Mulai dari pemasaran, entri data, pembukuan, layanan pelanggan dan sebagainya. Salah satu kursus pelatihan pilihan yang paling favorit yaitu keterampilan dasar komputer untuk kantor.

Dia menambahkan, berdasarkan hasil survei evaluasi yang dilakukan Manajemen Pelaksana sejak 2020 program Kartu Prakerja telah menjangkau masyarakat secara inklusif.

Diantaranya dapat menjangkau 3,3 persen penyandang disabilitas, 14 persen penerima yang belum tamat atau lulusan SD, 56 persen tinggal di desa, 2,9 persen Purna Pekerja Migran Indonesia. Selain itu program ini diikuti 49 persen perempuan, dan 90 persen dari penerima program tidak memiliki pekerjaan saat mendaftar.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.