Sukses

Jokowi: Siapapun Pemimpinnya Terserah, Tapi Program Harus Dilanjutkan Supaya Ada Kontinuitas

Jokowi mewanti-wanti tantangan kedepannya tidak mudah. Semua negara diakuinya sedang mengalami tantanngan besar, yakni ketidakpastian.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut program-program di Indonesia yang telah dijalankan selama beberapa tahun terakhir perlu untuk terus dilanjutkan. Menurutnya, program ini bisa menjadi antisipasi berbagai masalah yang mungkin bisa menghadang ke depannya.

Ia menginginkan, dengan adanya keberlanjutan program, akan bisa mengakselerasi pertumbuhan ekonomi. Dengan begitu, tujuan Indonesia maju bisa dapat dicapai.

"Pemimpinnya siapapun terserah, tapi yang dilanjutkan adalah programnya supaya ada kontinuitas, supaya ada keberlanjutan," katanya dalam peringatan HUT ke-50 tahun HIPMI, Jumat (10/6/2022).

"Jangan sampai pemimpin satu sudah mengerjakan tak dilanjutkan oleh pemimpin berikutnya, itu yang bahaya. Dan selalu kalau seperti itu terus itu mulai dari TK terus, sudah ke SMP sudah ke SMA ganti pemimpin mulai lagi dari TK lagi, kapan kita sampai ke lulus universitas?" tambahnya.

Ia mewanti-wanti tantangan kedepannya tidak mudah. Semua negara diakuinya sedang mengalami tantanngan besar, yakni ketidakpastian.

"Jangan sampai juga karena nanti ada perhelatan pemilu dan pilkada ketidakpastian itu tambah lagi. Kita ini sudah betul-betul semua kepala negara saya pastikan pusing semua," katanya.

"Urusan pemulihan ekonomi karena pandemi belum selesai belum rampung ditambah lagi perang Ukraina, jangan sampai tambah lagi kira urusan di dalam negeri, kita jaga bersama-sama," tuturnya.

Tantangan Inflasi

Lebih lanjut Jokowi menyampaikan ketidakpastian yang menghadang salah satunya terkait inflasi. Ia pun menyebut adanya tantangan ini mebuat proyeksi pertumbuhan ekonomi diturunkan oleh bank dunia.

Bank Dunia menurunkan proyeksi ekonomi dari 6,6 persen di 2022 menjadi 3,4 persen. Namun, capaian baik bisa didapatkan Indonesia dengan tumbuh 5,01 persen.

"Gak ada negara G20 yang tumbuh 5,01 persen," tegasnya.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Waspada Inflasi

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, menyampaikan dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi 2021, bahwa sampai Juli 2021 inflasi di hampir seluruh daerah di Indonesia terjaga rendah diangka 1,52 persen Year on Year.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan inflasi yang rendah bukan hal yang menggembirakan. Hal ini karena hal tersebut mengindikasikan turunnya daya beli masyarakat akibat pembatasan kegiatan.

"Alhamdulillah di Kuartal II-2021 kita mampu tumbuh 7,07 persen YoY dengan tingkat inflasi yang terkendali di angka 1,52 persen YoY. Angka inflasi itu jauh dibawah target inflasi 2021 yaitu 3 persen, tetapi kita juga tahu bahwa inflasi yang rendah juga bisa bukan hal yang menggembirakan," kata Jokowi dalam Rakornas, Rabu (25/8/2021).

Oleh karena itu, meski perekonomian negara semakin membaik dan inflasi terjaga rendah. Jokowi menegaskan di kuartal III-2021 tetap harus waspada dalam mengatur keseimbangan dan mengendalikan pandemi covid-19.

"Di kuartal ketiga 2021, kita juga tetap harus waspada, tetap harus hati-hati mengatur keseimbangan antara kesehatan dan ekonomi, mengatur rem dan gas penyebaran covid-19 tetap harus kita kerjakan, harus bisa kita kendalikan dan masyarakat yang rentan harus bisa kita lindungi," ujarnya.

Tingkatkan Daya Beli

Jokowi mendorong agar daya beli masyarakat bisa terus ditingkatkan, supaya bisa mendorong sisi demand (permintaan) serta bisa menggerakan pertumbuhan ekonomi kedepannya ke arah yang lebih baik.

"Daya beli masyarakat terus ditingkatkan yang akan ini mendorong sisi demand permintaan serta bisa menggerakkan mesin pertumbuhan ekonomi," tegasnya.

3 dari 3 halaman

BPS: Inflasi Mei 2022 Capai 0,4 Persen

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sebesar 0,4 persen pada Mei 2022 atau adanya kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 109,98 pada April menjadi 110,42.

“Pada Mei 2022 ini terjadi inflasi sebesar 0,4 persen atau terjadi peningkatan IHK dari 109,98 pada April menjadi 110,42,” kata Kepala BPS Margo Yuwono dikutip dari Antara, Kamis (2/6/2022.

Margo menjelaskan penyumbang inflasi pada Mei yang sebesar 0,4 persen (mtm) ini utamanya berasal dari tarif angkutan udara, telur ayam ras, ikan segar, dan bawang merah.

Dengan terjadinya inflasi pada Mei, maka inflasi tahun kalender Mei 2022 terhadap Desember 2021 sebesar 2,56 persen dan inflasi tahun ke tahun (yoy) Mei 2022 terhadap Mei 2021 sebesar 3,55 persen.

Margo menuturkan inflasi pada Mei 2022 yang sebesar 3,55 persen (yoy) ini merupakan yang tertinggi sejak Desember 2017 sebesar 3,61 persen (yoy).

Ia mengatakan dari 90 kota IHK terdapat 87 kota yang mengalami inflasi pada Mei 2022 dan dua kota mengalami deflasi.

Dari 87 kota yang mengalami inflasi, inflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan sebesar 2,24 persen dan terendah di Tangerang dan Gunungsitoli masing-masing sebesar 0,05 persen.

Inflasi di Tanjung Pandan yang sebesar 2,24 persen didorong oleh komoditas ikan kerisi dengan andil terhadap inflasi sebesar 0,53 persen, air kemasan 0,31 persen dan angkutan udara 0,28 persen.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.