Sukses

Ketika Pandemi Bikin CEO Perusahaan Alat Tes Covid-19 Jadi Miliarder

Melihat kesuksesan perusahaan alat tes Covid-19 asal Italia Copan, yang menjadikan sang CEO memegang gelar miliarder.

Liputan6.com, Jakarta - Melonjaknya kebutuhan alat tes Covid-19 di tengah pandemi menjadikan CEO perusahaan Italia Copan, Stefania Triva menjadi miliarder.

Dilansir dari laman Forbes, Senin (7/2/2022) Triva mulai mengamati pembuatan alat tes Covid-19 berupa kapal pengumpul (flocked swab) untuk pengumpulan dan pemindaian sampel biologis - ketika wilayah utara Italia dilanda lonjakan kasus Virus Corona pada 2020.

Kini, produk alat tes usap (swab) Covid-19 yang dibuat oleh perusahaan keluarganya yang berusia 43 tahun, yaitu Copan— menginspirasi ratusan juta produsen alat tes PCR Covid-19 yang saat ini dipakai di seluruh dunia. 

Setelah meningkatkan operasinya semasa pandemi, Copan kini memproduksi 1 miliar alat tes per tahun.

Laba bersih perusahaan itu pun naik hampir lima kali lipat di tahun 2020 menjadi USD 79 juta, dengan pendapatan USD 372 juta.

Kemudian di tahun 2021, penjualan atas tes dari Copan tumbuh menjadi USD 45 juta. 

84 persen penjualan Copan berasal dari alat tes swab yang digunakan dalam setidaknya satu miliar fasilitas tes dan klinik di seluruh dunia sejak awal pandemi.

Namun, angka itu tidak termasuk penjualan produk alat tes Covid-19 mandiri oleh Copan.

Keberhasilan Copan telah menjadikan Stefania Triva, yang memegang 48 persen saham perusahaan Italia tersebut ke dalam jajaran miliarder.

Kekayaannya kini mencapai sekitar USD 1,2 miliar. Sementara lima anggota keluarga pemilik Copan, juga mengantongi kekayaan bersih bernilai USD 1,3 miliar.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Menarik Perhatian Investor

Tak hanya menjadikan Triva miliarder, kesuksesan Copan juga menarik perhatian beberapa investor, meski sang CEO enggan mengungkapkan secara spesifik nama-nama investor itu.

Tetapi Triva, enggan menjual perusahaan milik keluarganya tersebut. "Kami menerima tawaran hampir setiap hari," ungkap Triva.

"Kami berada pada ukuran yang mirip dengan perusahaan lain yang dicari oleh dana investasi," bebernya.

"Ketika perusahaan Anda adalah perusahaan publik . . . hal itu membatasi strategi dan pengambilan keputusan Anda," kata Triva.

"Kami secara finansial solid dan mandiri, dan ini memungkinkan kami untuk tumbuh tanpa mencari pendanaan eksternal," pungkasnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.