Sukses

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2022 Diramal 4,3 Persen, Begini Hitungannya

Indef memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2022 hanya sebesar 4,3 persen

Liputan6.com, Jakarta Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2022 hanya sebesar 4,3 persen. Prediksi tersebut lebih rendah dari target pemerintah yang optimis tumbuh 5,2 persen di tahun depan.

Peneliti Indef, Rizal Taufikurahman mengatakan pihaknya memiliki beberapa alasan terkait prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih rendah dari pemerintah. Salah satunya, perkiraan yang dibuat pemerintah disusun pada pertengahan tahun 2021, sedangkan Indef melakukan prediksi dengan mempertimbangkan beberapa hal.

"Makanya dalam hitungan kami munculnya angka 4,3 persen," kata Rizal dalam diskusi bertajuk: Bagaimana Nasib Ekonomi Indonesia di Tahun 2022?, Jakarta, Jumat (24/12).

Sebenarnya kata Rizal sebagian besr indikator yang digunakan Indef tidak berbeda dengan yang digunakan pemrintah. Hanya saja, pihaknya menggunakan berbagai faktor-faktor lain berupa kebijakan pemerintah, kondisi terkini dalam negeri dan dunia global. Semisal penerapan UU Harmonsasi Peraturan Perpajakan yang sebagian besar sudah berlaku di tahun depan.

"Kita tidak hanya menggunakan faktor basis ekonomi pada umumnya tapi juga faktor-faktor yang memang saat ini dengan isu dan kebijakan yang akan terjadi baik di tahun depan atau yang sudah berjalan," kata dia.

Tak hanya itu, dia menyebut pertumbuhan ekonomi selama tahun 2021 hanya tumbuh sekitar 3 persen. Lebih rendah dari prediksi pemerintah yang memperkirakan perekonomian tumbuh di angka 4 persen.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Optimisme Pemerintah

Memang kata Rizal, umumnya pertumbuhan ekonomi meningkat drastis bila pandemi sudah bisa dikendalikan. Hal ini sejalan dengan harapan dan optimisme pemerintah. Namun, dia mengingatkan, kondisi Indonesia berbeda lantaran ada beberapa hal yang membebani meroketnya perekonomian nasional.

"Setelah pandemi ini loncatannya besar dengan kondisi negara itu tidak banyak dibebani APBN dengan rasio utang," kata dia.

Apalagi sebelum pandemi terjadi belanja pemerintah dalam APBN lebih besar dari pendapatan yang dikumpulkan. Sehingga pada saat terjadi pandemi, beban utang negara malah berlipat ganda dari kondisi sebelumnya.

"Sekarang ini malah 2 kali lipat belanjanya dari sebelumnya," kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.