Sukses

Sri Mulyani Prediksi Indonesia Belum Keluar dari Jurang Resesi di Awal 2021

Kementerian keuangan memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal I-2021 bakal berada di dalam range antara minus 1 persen hingga minus 0,1 persen

Liputan6.com, Jakarta Kementerian keuangan memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal I-2021 bakal berada di dalam range antara minus 1 persen hingga minus 0,1 persen. Proyeksi ini lebih baik jika dibandingkan posisi pertumbuhan sepanjang 2020 yang minus 2,07 persen. Dengan demikian, Indonesia belum keluar dari resesi dalam waktu dekat.

"Kita berharap sih sebetulnya bisa mencapai zona netral, tapi kita masih mendekati minus 0,1 persen," kata Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN Kita, Edisi Maret, Selasa (23/3/2021).

Bndahara Negara itu menyampaikan, proyeksi pertumbuhan itu didasari dari kegiatan ekonomi di Indonesia yang sudah mulai menunjukkan adanya pemulihan. Hal ini seiring jumlah kasus Covid-19 menurun ke level 5.000 dibandingkan sebelumnya mencapai 12 ribu.

Dia mencontohkan beberapa aktivitas di lokasi perdagangan bahan pokok dan sektor farmasi sudah mengalami pemulihan pada Maret 2021. Bahkan aktivitas perbelanjaan ritel dan transportasi juga menunjukkan perbaikan sejak awal tahun.

Sri Mulyani menyebut indeks penjualan ritel sempat turun pada Februari 2021, namun indeks keyakinan konsumen membaik dibandingkan bulan sebelumnya, sehingga diharapkan membaik pada Maret 2021.

Dari sisi investasi, Bendahara Negara itu melihat adanya perbaikan sektor konsumsi semen pada Februari. Hal sama juga terjadi perbaikan komoditas besi dan baja mulai tumbuh positif.

“Tren ini tampak pada pertumbuhan impor dua komoditas tersebut sebesar 0,2 persen. Penetapan modal tetap bruto (PMTB) mesin juga tumbuh positif pada Februari, yang impornya tumbuh 17,7 persen. Dengan tanda-tanda ini pemulihan ekonomi diharapkan semakin kuat," ucapnya.

Dengan berbagai kondisi aktivitas tersebut, dirinya memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih kisaran 4,5 persen sampai 5,3 persen pada tahun ini. Adapun lembaga-lembaga global seperti OECD, IMF dan Bank Dunia, memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masing-masing kisaran 4,9 persen, 4,8 persen dan 4,4 persen.

“Proyeksi OECD meningkat dari sebelumnya sebesar empat persen. Fitch juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,3 persen tahun depan,” tukasnya.

Dwi Aditya Putra

Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pemerintah Anggarkan Belanja Negara Rp 2.750 Triliun Demi Dongkrak Ekonomi Nasional

Pemerintah menganggarkan belanja negara Rp 2.750 triliun untuk pendorong pertumbuhan ekonomi di tengah pandemi Covid-19. Dana tersebut tentunya berasal dari pajak yang disetorkan oleh masyarakat melalui pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT).

"Ketika kita mengisi Surat Pemberitahuan Tahunan dengan benar, lengkap, dan jelas maka kita membantu negara, kita ikut serta membiayai Rp 2.750 triliun keperluan pemulihan ekonomi," kata Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara, Jakarta, Senin (22/3/2021).

Dari anggaran Rp 2.750 triliun, pemerintah memfokuskan sebesar Rp 700 triliun untuk Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). "Hampir Rp 700 triliun yang sangat spesifik kita pantau secara detail pelaksanaannya sebagai program pemulihan ekonomi nasional," jelas Suahasil.

Dengan adanya keperluan tersebut, Suahasil mengajak para wajib pajak untuk ikut membantu menyukseskan melawan pandemi Virus Corona. Sebab, setiap rupiah yang disetorkan untuk pajak ikut berkontribusi untuk pemulihan ekonomi.

"Situasi pandemi Ini membutuhkan kegotongroyongan kita, kebersamaan kita untuk bisa menanggulangi (pandemi). Luar biasa kebutuhan yang diperlukan oleh negara," jelasnya.

Suahasil menambahkan, pelaporan SPT menjadi bagian dari perjuangan memastikan bahwa masyarakat Indonesia bisa terlindungi dari virus Covid-19. Sementara, negara memberikan dukungan sehingga setahap demi setahap kegiatan ekonomi bisa terbuka kembali.

"Kepada group WhatsApp yang ibu/bapak jadi anggota, ingatkan saudara-saudara kita semua ini saatnya kita membantu negara pada saat pandemi menyelesaikan kewajiban pelaporan SPT pajak, dan kemudian membayar pajak yang terutang jika memang masih ada yang belum dilengkapi," tandasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.