Sukses

Mentan Syahrul Yasin Limpo Janji Bantu Petani yang Terdampak La Nina

Mentan Syahrul Yasin Limpo menyebutkan, dari seluas 7 juta hektare lebih lahan sawah di Indonesia, diperkirakan hanya sekitar 0,2 persen yang terdampak La Nina.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menyatakan, fenomena anomali iklim La Nina tidak menimbulkan dampak signifikan terhadap produksi pertanian.

"La Nina tentu ada dampaknya tapi tidak besar," ujar Syahrul seperti ditulis Selasa (21/12/2020).

Syahrul menyebutkan dari seluas 7 juta hektare lebih lahan sawah di seluruh Indonesia, diperkirakan hanya sekitar 0,2 persen yang terdampak La Nina.

"Jika dibandingkan dengan 7 juta bahkan 8 juta hektare lahan kita, tidak sampai 0,2 persen. Tetapi hasil deteksi kita masih dalam kendali," ucapnya.

Menurutnya, Kementerian Pertanian akan segera membantu para petani yang terkena dampak La Nina agar mereka dapat memproduksi kembali komoditinya.

Syahrul menambahkan, stok beras nasional untuk kebutuhan hingga awal tahun 2021 diyakini dapat tercukupi. Saat ini Kementan tengah mempersiapkan kebutuhan beras nasional hingga dua tahun ke depan.

"Perintah Bapak Presiden dua tahun ini harus kita persiapkan. Untuk carry over tahun 2021 tentu nanti Bapak Presiden yang akan menyampaikannya. Saya mengatakan kondisinya cukup aman, terkendali," kata dia. 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jelang Puncak Musim Hujan, BMKG Imbau Warga di Beberapa Daerah Waspada

Sebelumnya, puncak musim hujan 2020-2021 di sebagian besar wilayah di Indonesia diprediksi terjadi pada Januari–Februari 2021, yang umumnya bertepatan dengan puncak Monsun Asia.

Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Herizal mengatakan, musim hujan di sebagian besar wilayah di Indonesia diprediksikan akan berlangsung hingga April 2021.

Peningkatan kewaspadaan diperlukan pada daerah-daerah yang diprediksi akan mendapatkan akumulasi curah hujan dengan kriteria Tinggi hingga Sangat Tinggi atau lebih besar dari 300 milimeter per bulan pada Desember 2020– Januari 2021.

"Di antaranya berpeluang terjadi di pesisir barat Sumatera, sebagian besar pulau Jawa, Bali, sebagian NTB, sebagian NTT, Kalimantan bagian barat dan tengah, Sulawesi, sebagian Maluku, sebagian Papua Barat, dan Papua," ujar Herizal, Rabu (9/12/2020).

Herizal mengatakan dengan latar belakang anomali iklim La Nina, meningkatnya aktivitas Monsoon Asia pada bulan Desember ini juga dapat juga disertai oleh beberapa fenomena atmosfer khusus lainnya seperti cold surge (seruakan dingin Asia), gelombang atmosfer ekuator (MJO), dan pertemuan massa udara antar tropis (Inter Tropical Convergence Zona - ITCZ).

Herizal menjelaskan seluruh fenomena tersebut telah diketahui dapat terjadi secara bersamaan maupun sendiri-sendiri, dan mampu memicu curah hujan ekstrem yang berdampak signifikan, diprediksi dapat terjadi dalam periode minggu terakhir Desember 2020-Januari 2021.

"BMKG mengimbau pihak-pihak terkait di Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, ataupun masyarakat yang tinggal di daerah yang berpotensi mendapatkan curah hujan tinggi hingga sangat tinggi, agar mewaspadai adanya ancaman bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor dan banjir bandang. Serta diminta terus memonitor informasi perkembangan cuaca dan peringatan dini dari BMKG," kata Herizal.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.