Sukses

Harga Minyak Turun Usai Naik dalam 3 Hari Berturut-turut Akibat Lockdown di Eropa

Harga minyak mentah Brent turun 38 sen atau 0,9 persen menjadi USD 40,85 per barel.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak turun pada perdagangan Kamis, terbebani oleh infeksi virus corona yang terus meningkat dan hasil pemilihan presiden AS masih belum diselesaikan.

Dikutip dari CNBC, Jumat (6/11/2020), harga minyak mentah Brent turun 38 sen atau 0,9 persen menjadi USD 40,85 per barel dan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS menetap 36 sen atau 0,9 persen lebih rendah pada level USD 38,79. Kedua kontrak tersebut melonjak sekitar 4 persen pada hari Rabu.

Komisi eksekutif Uni Eropa menurunkan perkiraan ekonominya pada Kamis pagi, menambahkan bahwa ekonomi tidak akan pulih ke level sebelum virus hingga 2023.

“Itu adalah indikator permintaan yang sangat negatif,” kata Bob Yawger, Direktur Energy Futures di Mizuho.

Italia membukukan infeksi Covid-19 tertinggi dalam satu hari pada hari Kamis, sementara Amerika Serikat melampaui 100.000 infeksi dalam sehari minggu lalu dan menjadi sebuah rekor.

Bank of England meningkatkan stimulus pembelian obligasi karena bersiap untuk kerusakan ekonomi dari penguncian (lockdown) akibat virus corona baru dan risiko Brexit yang membayangi. Bank mengatakan ekonomi Inggris akan menyusut rekor 11 persen selama tahun 2020 secara keseluruhan.

"Ada kelelahan dari pasar karena penguncian yang diperbarui dan upaya serta kerusakan yang harus dilakukan terhadap ekonomi," kata John Kilduff, Mitra di Again Capital LLC di New York.

Lockdown di Eropa akan menghilangkan 1,5 juta barel per hari dari permintaan minyak, Kilduff menambahkan.

Kandidat Demokrat Joseph Biden memperkirakan kemenangan atas Presiden Donald Trump setelah memenangkan dua negara bagian AS yang kritis. Sementara sang petahana dari Partai Republik itu menuduh penipuan tanpa bukti, mengajukan tuntutan hukum dan menuntut penghitungan ulang dalam kontes pahit yang belum diputuskan.

Penghitungan dan tren suara saat ini menunjukkan bahwa Partai Republik siap untuk mempertahankan kendali atas Senat AS, sementara Demokrat akan memegang mayoritas yang tipis di Dewan Perwakilan Rakyat.

Harga minyak telah melonjak pada hari Rabu di tengah meningkatnya ekspektasi bahwa Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya atau yang disebut sebegaia OPEC+ akan menunda untuk mengembalikan pasokan 2 juta barel per hari pada bulan Januari, mengingat permintaan telah dilemahkan oleh Covid-19.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perdagangan Kemarin

Harga minyak melonjak pada penutupan perdagangan Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta). Kenaikan ini terjadi setelah Presiden Donald Trmp keliru mengklaim kemenangan dalam pemilihan presiden (Pilpres) AS.

Kemenangan Trump dipandang sebagai bullish untuk harga minyak karena sanksi terhadap Iran dan dukungannya untuk pemotongan produksi minyak.

Sentimen lain yang mendorong harga minyak pada perdagangan Rabu karena adanya data penurunan yang sangat besar persediaan minyak mentah di AS.

Mengutip CNBC, Kamis (5/11/2020), harga minyak West Texas Intermediate naik 4 persen, atau USD 1,49 ke level USD 39,15 per barel. Sedangkan harga minyak mentah Brent naik 92 sen atau 2,3 persen menjadi USD 40,63 per barel.

Kedua patokan harga minyak memperpanjang kenaikan setelah data menunjukkan persediaan minyak mentah AS turun 8 juta barel pekan lalu karena Badai Zeta memaksa penurunan produksi di Teluk Meksiko selama periode tersebut.

Ekspor minyak mentah mingguan AS turun 1,2 juta barel per hari (bph) menjadi sekitar 2,3 juta barel per hari pekan lalu. Ini adalah penurunan terbesar sejak Januari. Hal ini juga terjadi karena Badai Zeta mengganggu aliran.

Trump secara keliru mengklaim telah menang atas penantangnya dari Partai Demokrat Joe Biden. Trump mengatakan bahwa dia yakin akan memenangkan kontes sebelum beberapa negara bagian menyelesaikan penghitungan suara dalam beberapa jam atau hari ke depan.

“Mungkin kesimpulan terbesar yang dapat ditarik bahwa hanya ada kemungkinan kecil insentif pajak minyak dan gas yang ada akan dihapus di AS. Bahkan jika Biden muncul sebagai pemenang," jelas Kepala Riset Rystad Energy, Artem Abramov.

Harga minyak juga didukung oleh kemungkinan produsen OPEC dan Rusia untuk mempertimbangkan menunda rencana kenaikan produksi OPEC + mulai Januari karena gelombang virus Covid-19 kedua menghambat pemulihan permintaan bahan bakar.

OPEC dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC +, sebelumnya setuju untuk mengurangi pemotongan sebesar 2 juta barel per hari dari 7,7 juta barel per hari mulai Januari.

Lebih banyak lockdown dapat membatasi kenaikan harga minyak. Italia, Norwegia, dan Hongaria telah memperketat pembatasan karena Corona, mengikuti Inggris, Prancis, dan negara lain.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.