Sukses

Waspada, Indonesia Berpotensi Kena Resesi Parah

Pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan III-2020 minus 1,3 persen sampai minus 1,5 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Eksekutif INDEF, Tauhid Ahmad mengatakan Indonesia akan mengalami resesi yang cukup dalam. Dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan III-2020 minus 1,3 persen sampai minus 1,5 persen.

"Meski lebih baik dibandingkan triwulan kedua, kami perkirakan minus 4 persen dan triwulan ketiga minus 1,3- minus 1,5," kata Tauhid dalam diskusi INDEF bertajuk Mempercepat Geliat Sektor Riil dalam mendukung Pemulihan Ekonomi: Peranan BUMN dalam mendukung pemulihan Ekonomi, Jakarta, Selasa (28/7).

Prediksi ini kata Tauhid berdasarkan asumsi realisasi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) jika masih di bawah 30 persen dalam jangka waktu 5 bulan.

Selain itu beberapa negara lain juga diprediksi akan mengalami resesi seperti Singapura dan Korea Selatan. Resesi di negara-negara tersebut tidak hanya pada triwulan kedua tetapi juga berlanjut hingga triwulan ketiga tahun 2020.

"Jadi negara-negara tersebut sudah mengalami resesi yang cukup berat," kata Tauhid.

Selain itu, Tauhid menilai Thailand, Jepang, Malaysia dan Amerika Serikat juga berpotensi mengalami resesi. Di Jepang misalnya, pada triwulan kedua pertumbuhan ekonominya -4,2 persen. Lalu Amerika Serikat juga diperkirakan terjun sampai minus 27 persen. Sementara Singapura minus 12 persen, Korea Selatan minus 3 persen dan Malaysia minus 9,7 persen.

Resesi yang dialami negara-negara ini pun berdampak pada kondisi perekonomian Indonesia. Apalagi jika mereka merupakan negara mitra dagang Indonesia.

"Kalau kita lihat pemerintah beberapa negara mitra dagang kita sudah mengumumkan resesi," kata dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Korelasi dengan Indonesia

Sebab mereka memiliki korelasi yang kuat dengan Indonesia baik dari sisi perdagangan dan investasi. Termasuk wisatawan yang menyumbangkan devisa negara. Hal ini menjadi penting sebagai pembelajaran dari dampak pandemi Covid-19.

"Mengapa ini penting? Agar kita bisa melihat lesson learn dan dampak dari snowball yang terjadi di negara-negara tetangga kita, apalagi negara mitra dagang," kata dia mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

3 dari 3 halaman

90 Persen Negara di Dunia akan Alami Resesi, Indonesia Termasuk?

Badan Kebijakan Fiskal (BKF) memprediksi 90 persen lebih ekonomi negara di dunia akan mengalami kontraksi pada tahun ini dan berpotensi terjadi resesi. Menyusul bergesernya epicentrum pandemi Corona ke sejumlah negara dengan tingkat penduduk tinggi, seperti Amerika Serikat, Brazil, India, juga Indonesia.

Kepala BKF Febrio Kacaribu mengatakan akibat meluasnya epicentrum Corona mengakibatkan perekonomian global semakin tertekan. Sehingga jika Indonesia berhasil tidak mengalami kontraksi pada tahun ini maka termasuk kategori minoritas.

"Kita lihat secara global epicentrum corona mulai bergeser ke negara padat AS, Brazil, India, dan Indonesia. Akibatnya di tahun 2020 ini bahwa lebih dari 90 persen negara di dunia akan alami kontraksi. Jadi kalau Indonesia berhasil tidak kontraksi maka indonesia masuk sangat minoritas di 2020," kata dia dalam webinar bertajuk Mid-Year Economic Outlook 2020 Selasa (28/7).

Meski demikian, fokus pemerintah lebih ke arah meminimalisir tingkat kedalaman resesi yang terjadi. Apalagi pihaknya memprediksi ekonomi kuartal II 2020 minus 4,3 persen.

Maka dari itu, pemerintah akan berupaya memperbaiki kinerja ekonomi pada kuartal III 2020. Salah satunya dengan meningkatkan serapan program pemulihan ekonomi nasional (PEN). Seperti bantuan sosial (bansos) yang telah mencapai 45 persen dari total dana sebesar Rp203 triliun.

"Ini yang ingin kami dorong supaya ke depan ekonomi bisa tumbuh lebih baik. Terpenting bukan lagi soal resesi, tapi mencegahnya agar tidak terlalu dalam," ujarnya 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.