Sukses

UPJA Tani Baru Manfaatkan TR4 dan Transplanter untuk Percepat Tanam

Ajakan Kementerian Pertanian untuk melakukan percepatan tanam direspons Kelompok Unit Pelayanan Jasa Alat Mesin Pertanian (UPJA) Tani Baru,

Liputan6.com, Jakarta Ajakan Kementerian Pertanian untuk melakukan percepatan tanam direspons Kelompok Unit Pelayanan Jasa Alat Mesin Pertanian (UPJA) Tani Baru, yang berada Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Kelompok ini melakukan pecepatan tanam dengan memanfaatkan alsintan, traktor roda 4 dan transplanter.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan percepatan tanam adalah strategi untuk mengantisipasi terjadinya krisis pangan.

“Ada dua tantangan buat pertanian. Pertama adalah pandemi Covid-19 yang sedang kita hadapi. Dan kedua ancaman kemarau panjang yang bisa berdampak pada krisis pangan. Sebagai antisipasi, kita harus melakuan percepatan tanam untuk mendukung ketahanan pangan nasional,” tuturnya.

Sementara Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy, mengatakan untuk membuat produksi pertanian menjadi lebih maksimal dibutuhkan alsintan.

“Penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan) adalah ciri petani maju, mandiri dan modern. Tuntutan yang dihadapi sekarang adalah meningkatkan produktivitas. Dan itu bisa dilakukan dengan alsintan. Dengan alsintan proses olah lahan dan tanam bisa lebih cepat,” katanya.

Pecepatan tanam yang dilakukan UPJA Tani Baru sendiri mendapat pendampingan dari penyuluh pertanian Ni Komang Suardani yang bertugas di Kostratani BPP Sausu, Kabupaten Parigi Moutong. Pengolahan lahan maupun penanaman padi yang dilakukan semuanya mengunakan alat mesin pertanian (alsintan), baik itu traktor roda empat dan alat tanam padi (Rice Transplanter).

“Penggunaan alsintan membuat pekerjaan lebih cepat selesai. Jumlah orang yang dibutukan untuk kegiatan tanam juga tidak banyak, sehingga meminimalkan interaksi orang-orang di lahan dan tetap menerapkan protokol kesehatan,” tuturnya.

Sementara Ketua UPJA Tani Baru I Wayan Darmawan menjelaskan, pihaknya telah melakukan olah tanah untuk persiapan penanaman padi di lahan seluas 25 hektare (ha) dari jumlah lahan yang ada seluruhnya.

“Pengolahan untuk persiapan tanam dilakukan karena mengoptimalkan potensi air yang ada di daerah kami. Kalau terlambat kosekuensinya gagal panen,” ujar Wayan Darmawan.

 

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini