Sukses

Harga Minyak Jatuh ke Level Terendah Sejak 18 Tahun Terakhir

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 24 sen atau 1,19 persen menjadi USD 19,87 per barel.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak jatuh ke level terendah dalam lebih dari 18 tahun terakhir pada perdagangan Rabu (Kamis waktu Jakarta). Hal ini di tengah laporan menunjukkan kelebihan pasokan yang terus-menerus dan jatuhnya permintaan karena penguncian (lockdown) global terkait virus corona akan terus menekan harga.

Badan Energi Internasional (IEA) pada Rabu memperkirakan 29 juta barel per hari (bph) memenuhi permintaan minyak April ke level yang tidak terlihat dalam 25 tahun terakhir dan mengatakan tidak ada pengurangan produksi yang dapat sepenuhnya mengimbangi penurunan minyak jangka pendek yang dihadapi pasar.

Dikutip dari CNCB, Kamis (16/4/2020), harga minyak mentah Brent turun USD 1,91 atau 6,45 persen ke level USD 27,69 dan meninggalkan kenaikan sebelumnya.

Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 24 sen atau 1,19 persen menjadi USD 19,87 per barel, terendah sejak Februari 2002.

Menurut data dari Administrasi Informasi Energi AS, hingga 10 April persediaan meningkat sebesar 19,2 juta barel. Analis yang disurvei oleh FactSet telah memperkirakan kenaikan 12,02 juta barel.

"Tidak ada perjanjian layak yang dapat memotong pasokan yang cukup untuk mengimbangi kerugian permintaan jangka pendek seperti itu," kata IEA dalam laporan bulanannya.

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pemotongan Pasokan

Penurunan harga dan permintaan telah mendorong produsen global untuk menyetujui pemotongan pasokan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), bersama dengan Rusia dan produsen lainnya, atau yang dikenal sebagai OPEC+ telah bermitra dengan negara-negara produsen minyak lainnya seperti Amerika Serikat.

Pejabat dan sumber dari negara-negara OPEC+ mengindikasikan IEA, pengawas energi untuk negara-negara paling maju di dunia, dapat mengumumkan pembelian minyak untuk penyimpanan hingga beberapa juta barel untuk mendukung kesepakatan.

Tetapi pada Rabu, tidak ada pembelian IEA yang terjadi. Namun Amerika Serikat, India, Cina dan Korea Selatan telah menawarkan atau mempertimbangkan pembelian tersebut, tambah IEA.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.