Sukses

Perkuat Stok Pangan, Bulog Mulai Serap Sagu dari Indonesia Timur

Dirut Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) memprediksi sejumlah negara rekan dagang Indonesia bakal mulai menutup keran ekspornya setelah merebaknya Covid-19.

Liputan6.com, Jakarta - Dirut Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) memprediksi sejumlah negara rekan dagang Indonesia bakal mulai menutup keran ekspornya setelah merebaknya Covid-19.

Hal ini tentu berdampak pada Indonesia. Karena itu, segenap pemangku kebijakan sektor pangan harus memutar otak untuk bisa memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri.

“Prediksi kami dengan Covid-19 ini, kami harus punya stok yang maksimal dimana beberapa negara ini sudah mulai menutup, seperti dulu kalau kami bisa impor, di Thailand Vietnam, beberapa negara hari ini mereka sudah mulai membatasi ekspor mereka ke negara-negara lain,” kata dia, dalam RDP virtual dengan Komis IV, Kamis (9/4/2020).

Upaya menjamin stok pangan ditempuh Bulog dengan cara memaksimalkan penyerapan bahan pangan dari dalam negeri. Bahan pangan yang diserap tersebut kemudian mulai dicadangkan untuk kebutuh masyarakat.

Buwas mengatakan, untuk memperkuat stok bahan pangan, pihaknya pun mulai melirik bahan pangan lain selain beras. Sagu, makanan khas di sejumlah wilayah Indonesia timur pun mulai diserap Bulog

“Kami sudah mengelola pangan lain, seperti tadi Sagu kami sudah bekerja sama dengan beberapa komunitas petani di wilayah khususnya di Indonesia timur dimana divisi-divisi daerah kami sudah mulai menyerap sagu untuk kita simpan, kita cadangkan untuk nanti digunakan untuk kebutuhan masyarakat yang mengkonsumsi Sagu. Ini akan kita tingkatkan sesuai dengan kebutuhan nanti,” urai dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jagung

Selain itu, pihaknya juga menyerap jagung dari petani. Buwas mengakui, sesungguhnya pihaknya sudah mendapatkan izin impor jagung sebanyak 100.000 ton. Hanya saja belum digunakan.

“Jagung juga kami kemarin dialokasikan mendapatkan jatah impor 100.000 ton jagung. Namun kami masih mempertimbangkan (impor), karena produksi jagung dalam negeri masih banyak, maka kami belum memutuskan untuk impor dan kami sudah melakukan penyerapan di beberapa daerah, hasil panen jagung dari petani dan itu kami gunakan untuk kebutuhan petani atau peternak-peternak mandiri,” tandasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.