Sukses

Kadin Usul Perusahaan Terdampak Corona Diberi Kelonggaran Pembayaran Kredit

Perusahaan diperbolehkan untuk hanya membayar bunga pinjaman terlebih dulu.

Liputan6.com, Jakarta - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengusulkan agar perusahaan yang terkena dampak virus corona untuk diberikan kelonggaran. Salah satunya dalam hal pembayaran utang kredit.

Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan P Roeslani mengatakan, pihaknya akan mengusulkan hal tersebut kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan perbankan agar memberikan memberi kelonggaran dalam pembayaran utang kredit badan usaha.

Misalnya, perusahaan diperbolehkan untuk hanya membayar bunga pinjaman terlebih dulu. Sedang untuk pinjaman pokoknya diberikan jangka waktu hingga akhir tahun.

"Nah yang kita harapkan makanya tadi saya usulkan juga ke OJK supaya pembayaran-pembayaran ini terutama yang di perbankan ya dibayar bunganya saja dulu, mungkin pokoknya bisa diundur sampai Desember," jelas dia di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (11/3/2020).

Namun demikian, lanjut Rosan, kelonggaran ini hanya ditujukan untuk perusahaan yang memang terkena dampak dari virus corona, seperti perhotelan, maskapai dan event organizer (EO).

"Tapi hanya pada perusahaan yang terdampak dari corona virus ini, supaya tidak terjadi moral hazard juga. Enggak semuanya. ya paling gampang perhotelan, kemudian EO yang bergerak dalam bidang itu, restoran, kemudian airlines. Jadi yang benar-benar terdampak langsung," kata dia.

Rosan menyatakan, usulan ini telah disampaikan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). Selanjutnya juga akan bicarakan dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

"Tadi kita sampaikan ke Pak Presiden, nanti kita akan sampaikan ke OJK juga. Tapi ususlan-usulan itu sudah kami sampaikan," tandas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bahan Baku Impor dari China, Industri Farmasi Kena Dampak Wabah Corona

Covid-19 ganggu suplai bahan baku dari China. Tercatat sekitar 95 persen kebutuhan bahan baku farmasi di Indonesia berasal dari impor. Nilainya mencapai USD 2,5 milyar hingga USD 2,7 miliar per tahun. Terbesar adalah impor bahan baku dari China yang mencapai 60 persen.

Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita, saat kunjungan ke Pusat Riset Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) di Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences, Jababeka, Jawa Barat, Rabu (11/03/2020).

"Industri farmasi menjadi salah satu industri yang terdampak dengan adanya wabah ini, mengingat 60 persen kebutuhan bahan baku berasal dari China," ujarnya.

Kendati demikian, berdasarkan hasil kunjungannya hari ini ke Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences, proses produksi farmasi masih berjalan dengan normal. Sebab, saat ini pemerintah tengah genjot substitusi produk inpor farmasi dengan bhn baku lokal.

"Ada produksi yang dihasilkan atau yang dilakukan dalam kegiatan di Dexa Group ini, yang memang sepenuhnya boleh saya berani katakan hampir mendekati 100 persen itu berkaitan dengan local content, baik bahan bakunya maupun proses produksinya," jelasnya.

Sebelumnya, Dexa Group sebagai perusahaan Nasional telah mengupayakan kemandirian bahan baku farmasi melalui OMAI sejak tahun 2005. OMAI merupakan obat-obatan yang bahan bakunya berasal dari alam Indonesia, sehingga mudah didapatkan dan tidak tergantung dengan impor.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.