Sukses

Investor Korsel Minat Bangun Pabrik Baterai Mobil Listrik di Indonesia

Dampak larangan ekspor nikel, investor nyatakan minat bangun pabrik baterai mobil listrik di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Dampak dari pelarangan ekspor nikel yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah mulai dirasakan, para pelaku usaha di Korea Selatan dan Cina menyatakan minatnya membangun pabrik di Indonesia.

Menteri Koordinator Bidang Kemaririman Luhut Binsar Padjaitan mengatakan, pada pertemuan dengan LG Chemical di Seoul beberapa hari lalu, sejumlah pengusaha mengatakan sedang mempertimbangkan pengembangan fasilitas produksi lithium battery di Indonesia

Seiring melonjaknya harga nikel, beberapa perusahaan juga sudah berniat membangun pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) di Indonesia.

"Setelah mendengar rencana Indonesia untuk menerapkan pelarangan ekspor biji nikel efektif Januari 2020 dan juga setelah harga nikel di pasar global yang terus naik,” kata Luhut, dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Senin (23/9/2019).

Tetapi menurutnya, LG Chemical masih belum menentukan mitra dengan perusahaan, ada kemungkinan dengan Cina atau Volkwagen, perusahaan pembuat mobil Jerman yang sekarang sedang mengembangkan produk mobil listriknya.

Ini mendukung rencana pemerintah mengembangkan kendaraan listrik. Sebagaimana diketahui, bahan baku baterai mobil listrik adalah nikel dengan kadar di bawah 1,4 persen yang saat ini masih diekspor.

"Mobil listrik juga menggunakan aluminium dan carbon steel seperti untuk bagian casis-nya, mesin dll. Dengan demikian kita berharap penerimaan pajak akan meningkat dan membuka lebih banyak lapangan kerja,” jelasnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Di sela-sela kunjungannya ke Expo tersebut, Luhut sempat bertemu dengan Wakil Ketua Komisi Pembangunan Nasional dan Reformasi Cina (NDRC) Ning Jizhe.

Ning menyampaikan, dampak peraturan baru ini juga dirasakan oleh negaranya yang 50-75 persen pasokan nikel bergantung pada ekspor dari Indonesia.

Pada pertemuan itu, Luhut meminta Ning untuk menyampaikan keberatan Indonesia atas Cina atas penerapan kenaikan bea masuk antidumping terhadap produk baja stainless asal Indonesia.

Ning berjanji untuk menindaklanjuti. Di lain pihak, Ning meminta Menko Luhut untuk membantu percepatan pembangunan kereta api cepat Jakarta-Bandung. Luhut mengatakan akan menyampaikan kepada pemerintah RI. Progres proyek kereta cepat Jakarta-Bandung hingga saat ini mencapai 28 persen.

Selain itu kedua pemimpin membicarakan kemungkinan-kemungkinan investasi di Indonesia. Luhut mengusulkan agar proyek-proyek investasi tersebut juga melibatkan investor United Arab Emirates.

Ning mengatakan UEA bukan mitra yang asing untuk negaranya, karena Cina telah membangun beberapa proyek infrastruktur di sana dan merasa puas dengan apa yang telah mereka kerjakan bersama.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.