Sukses

Kilang Arab Diserang Drone, Indonesia Beli Minyak dari AS

Indonesia membeli minyak dari Exxon Mobil, untuk mengantisipasi kekurangan pasokan minyak dari kilang Arab Saudi yang berhenti beroperasi.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia membeli minyak dari perusahan minyak Amerika Serikat Exxon Mobil, untuk mengantisipasi kekurangan pasokan minyak dari fasilitas pengolahan minyak (kilang) Arab Saudi yang berhenti beroperasi, akibat serangan pesawat tanpa awak (drone).

Djoko mengatakan, Indonesia mengimpor minyak dari kilang di Abqaiq dan Khurais sebanyak 110 ribu barel per hari. Saat ini fasilitas tersebut berhenti beroperasi sejak Sabtu (14/9/2019) akibat kebakaran atas serangan drone.

"Karena kilang yang terbakar produksinya stop, mau ditaruh di mana kan,‎" kata Djoko, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (17/9/2019).

Untuk mengantisipasi kekurangan pasokan minyak mentah, pemerintah melalui PT Pertamina (Persero) akan membeli minyak bagian Exxon Moblie Cepu Limmited (EMCL), dari hasil produksi Lapangan Banyu Urip Blok Cepu sebanyak ‎650 ribu barel.

‎"Kita untuk antisipasi kita juga beli crude KKKS yang ada di sini. Exxon," ujarnya.

Menurut Djoko, kontrak pembelian minyak milik Exxon tersebut ‎hanya untuk pengadaan pada September 2019, rencananya pengiriman perdana minyak akan dilakukan pada 20 September 2019.

"Kita kan nanti mau beli minyak Exxon juga Pertamina tanggal 20, pengpalan perdana," tuturnya.

Djoko melanjutkan, rencananya pembelian minyak milik Exxon akan berlanjut pada Oktober 2019, namun sebelum pembelian dilakukan akan dilakukan‎ negosiasi harga terlebih dahulu.

"Ini baru tahap pertama, nanti tahap kedua kita nego harga lagi. Ini harga minyak cenderung naik sedikit kan nanti di nego lagi harganya setelah September‎," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Harga Minyak Melonjak Imbas Serangan Drone ke Kilang Arab Saudi

Serangan drone yang menghantam kilang minyak di Arab Saudi akhir pekan lalu membuat negara tersebut terpaksa kehilangan pasokan minyak.

Insiden yang membuat 50 persen pasokan minyak negara tersebut terhenti itu mau tak mau berdampak pada harga minyak dunia. Mengutip Reuters, Senin (16/09/2019), harga minyak sempat melonjak belasan persen, bahkan mencapai titik tertinggi sejak Mei.   

Dilaporkan, harga minyak jenis Brent berjangka sempat naik hingga 19 persen menjadi USD 71,95 per barel, tertinggi sejak 14 Januari 1991. Sedangkan untuk harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) sempat naik 15 persen ke level tertinggi di angka USD 63,34 per barel, tertinggi sejak 22 Juni 1998.

Hingga pukul 09.40 waktu setempat, harga minyak Brent berada di posisi USD 65,77 per barel, naik 8,4 persen dari posisi sebelumnya.

Begitu pula dengan harga minyak mentah WTI yang melonjak ke posisi USD 59,54, naik 7,88 persen dari posisi sebelumnya.  

3 dari 3 halaman

5 Persen Pasokan Minyak Global Ludes

Secara kronologis, drone yang menyerang fasilitas pengolahan minyak bumi Arab Saudi di Abqaiq dan Khurais tersebut berdampak pada pasokan minyak dunia. Sebanyak 5 persen jatah minyak dunia ludes akibat serangan pada Sabtu (14/09/2019) kemarin.

Kelompok Houthi dari Iran mengklaim bertanggung jawab atas insiden tersebut, meski sempat ada bantahan dari Iran sendiri.

Akibatnya, produksi minyak di Arab Saudi akan terpangkas sekitar 5,7 juta barel perhari, kira-kira 50 persen dari produksi secara keseluruhan.

Imbas dari insiden ini tentu akan terasa ke negara Asia yang bergantung pada minyak Saudi seperti Jepang, China, Korea Selatan, India dan Filipina. Harga energi dan bahan baku akan naik berkali-kali lipat.

Sementara, sebuah sumber menyatakan pemulihan kejadian ini akan memakan waktu berminggu-minggu. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.