Sukses

Harga Minyak Merosot Usai Trump Ancam Naikkan Tarif Impor Produk China

Keputusan Trump buat harga minyak mentah AS anjlok.

Liputan6.com, New York - Setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ancam menaikkan tarif barang-barang China pada Minggu lalu, selain akan berdampak pada kelanjutan perang dagang antara AS dan China, hal ini juga akan berdampak pada harga minyak pada Senin, 6 Mei 2019.

Minyak mentah berjangka milik West Texas Intermediate (WTI) AS berada pada USD 60,44 per barel pada 0032 GMT, angka ini turun USD 1,50 per barel atau 2,4 persen dari kesepakatan akhir mereka.

Sementara harga minyak mentah milik Brent berada pada harga USD 69,34 per barel. Angka ini turun 2,1 persen atau USD 1,51 per barelnya dari pertemuan terakhir antara AS dan China.

Melalui akun twitter pribadinya, Trump mengatakan akan menaikkan secara drastis tarif untuk barang-barang China pada Minggu ini. Tentunya, hal ini menarik turun pasar keuangan global termasuk harga minyak mentah berjangka.

The Wall Street Journal melaporkan jika China sedang mempertimbangkan untuk membatalkan semua pembicaraannya dengan AS terkait kesepakatan akan perang dagang yang terjadi.

"Trump telah mengambil palu godam ke walnut pagi ini dengan mengancam akan menaikkan tarif sebanyak 25 persen sebanyak USD 525 miliar. Tentunya ini mengejutkan barang-barang China pada Jumat ini," ujar Jeffrey Halley, analis pasar senior di pialang berjangka OANDA di Singapura, seperti dilansir pada laman CNBC, Senin (6/5/2019).

Selain itu, akan ada tanda-tanda kenaikan yang terjadi lebih lanjut dalam output dari Amerika Serikat mengingat produksi minyak mentah telah melonjak lebih dari 2 juta barel per hari (bph) sejak awal 2018 ke rekor 12,3 juta bph. Inilah yang membuat AS menjadi produsen minyak mentah terbesar di dunia di atas Rusia dan Arab Saudi.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Trump Ancam Naikkan Tarif Impor Barang China 25 Persen

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan, tarif impor barang China senilai USD 200 miliar akan meningkat menjadi 25 persen pada Jumat.

Hal ini terjadi di tengah klaim pemerintah kalau pembicaraan perdagangan dengan Chinaberjalan baik dalam beberapa minggu terakhir.

Awalnya tarif impor China diterapkan 10 persen. Selain itu, Trump juga mengancam akan menaikkan tarif pada awal tahun tetapi menunda keputusan itu setelah China dan AS sepakat untuk duduk dalam negosiasi perdagangan.

Trump pun mengancam akan mengenakan tarif 25 persen terhadap impor barang China senilai USD 325 miliar.

Trump mengatakan, pembicaraan perdagangan dengan China terus berlanjut tetapi bergerak terlalu lambat ketika Beijing mencoba kembali bernegosiasi.

Lewat akun media sosial Twitter, Donald Trump menulis status kalau selama 10 bulan, China telah membayar tarif sebesar 25 persen senilai USD 50 miliar untuk teknologi dan 10 persen pada barang lainnya senilai USD 200 miliar.

Pembayaran ini sebagian tanggung jawab atas hasil ekonomi kami yang luar biasa. 10 persen akan naik hingga 25 persen pada Jumat. USD 325 miliar barang tambahan yang dikirim kepada kami oleh China tetap tidak dibayar, tetapi akan segera dengan tingkat 25 persen.

Tarif yang dibayarkan ke AS berdampak kecil pada biaya produk, sebagian besar ditanggung oleh China. Kesepakatan perdagangan dengan China berlanjut, tetapi terlalu lambat. Karena mereka berusaha untuk menegosiasikan kembali. Tidak!.

Berdasarkan data AS impor barang dari China sebesar USD 539,5 miliar dan defisit perdagangan mencapai USD 419,2 miliar pada 2018. Jika Trump menindaklanjuti ancamannya, hampir semua barang yang diimpor dari China ke AS akan hadapi tarif.

Pada Jumat pekan lalu, Wakil Presiden AS Mike Pence menuturkan, Trump tetap berharap dia bisa mencapai kesepakatan dengan China.

Gedung Putih menyatakan, perundingan terbaru telah membuat Beijing dan Washington semakin dekat untuk satu kesepakatan.

"Diskusi tetap fokus untuk membuat ke arah kemajuan besar pada masalah struktural penting dan menyeimbangkan kembali hubungan perdagangan AS-China," tutur Press Secretary Sarah Sanders, seperti dikutip dari laman CNBC, Senin (6/5/2019).

Adapun poin penting antara AS dan China adalah pencurian kekayaan intelektual dan transfer teknologi paksa.

Ada juga ketidaksepakatan tentang apakah tarif harus dihapus atau tetap sebagai mekanisme penegakan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.