Sukses

Menengok Arah Harga Emas di 2019

Pertimbangan politik dan ekonomi akan mendukung harga emas hingga kuartal pertama 2019.

Liputan6.com, Jakarta - Pada 2018, harga emas harus kalah dari dolar AS. Penurunan harga emas di tahun lalu lebih disebabkan oleh perkasanya dolar AS.

Penyebab dolar AS terus menguat karena munculnya ketegangan geopolitik, perang dagang dan juga kenaikan suku bunga. Ketiga hal tersebut membuat investor lebih menyukai menyimpan dolar AS.

"Emas sebenarnya memulai awal yang baik di 2018. Tetapi dolar AS menganggu karena adanya perang dagang yang membuat yuan melemah," jelas analis ABN AMRO Georgette Boele seperti dikutip dari investingnews, Rabu (2/1/2019).

Sedikit angin segar mulai terlihat di Desember 2018 di mana harga emas naik 5 persen. Analis melihat bahwa harga akan mulai pulih pada 2019.

"Pertimbangan politik dan ekonomi akan mendukung harga hingga kuartal pertama 2019," kata Benjamin Lu Jiaxuan, analis komoditas di perusahaan pialang Singapura Phillip Futures.

Brian Leni, founder of Junior Stock Review, setuju dengan Jiaxuan. Ia mengatakan bahwa Bank Sentral AS tidak akan menaikkan suku bunga seagresif dugaan awal sehingga membuat harga emas sedikit bernafas lega.

"Saya akan mengambil risiko dan mengatakan bahwa mereka tidak akan menaikkan suku bunga lebih lanjut pada tahun 2019," kata Brian.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dolar AS Mampu Taklukan Harga Emas di 2018

Harga emas harus mengalami penurunan tahunan untuk pertama kalinya dalam tiga tahun. Penurunaan harga emas ini lebih disebabkan karena investor berbondong-bondong mengoleksi dolar AS.

Mengutip Reuters, Selasa (1/1/2019), harga emas anjlok karena pelaku pasar lebih memilih untuk menyimpan dolar AS di saat ada ketegangan geopolitik dan perang dagang.

Sementara kebalikannya, logam mulia lainnya yaitu paladium justru mencatatkan kenaikan untuk tahun ketiga didorong oleh permitaan investor yang kuat ditambah dengan defisit yang berkelanjutkan. 

Harga emas di pasar spot berada di angka USD 1.279,41 per ounce pada Senin waktu New York. Angka tersebut berada di jalur untuk mengakhiri 2018 dengan turun hampir 1,8 persen.

Sedangkan untuk kontrak berjangka emas paling aktif turun 4,2 persen pada USD 1.281,30 per ounce.

Sebaliknya, paladium naik hampir 19 persen sepanjang tahun ini, karena defisit global mendorong harga logam tersebut di atas harga emas dalam waktu singkat dalam 16 tahun terakhir.

Sementara itu untuk platinum mengalami penurunan harga kurang lebih 14 persen dalam satu tahun.

Platinum banyak digunakan pada kendaraan diesel yang tidak disukai sejak skandal pelepasan emisi Volkswagen pecah pada tahun 2015. Harga platinum jatuh di bawah paladium dalam satu tahun terakhir ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.