Sukses

Tantangan Ekonomi RI yang Diprediksi Tumbuh Membaik pada 2019

BI memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan berkisar antara 5-5,4 persen. Inflasi sekitar 2,5-4,5 persen.

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) optimistis prospek perekonomian Indonesia tetap baik di tahun depan. Ini lantaran ditopang stabilitas ekonomi yang tetap terjaga.

"Kami optimis bahwa kedepan prospek ekonomi Indonesia tetap baik. Yang ingin kami lakukan adalah menjaga daya tarik pasar keuangan tetap baik yang pada giliranya bisa support pembiayaan dari CAD," ujar Kepala Grup Asesmen Ekonomi Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Firman Mochtar di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (11/12/2018).

BI memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan berkisar antara 5-5,4 persen. Inflasi sekitar 2,5-4,5 persen.

"Adapun defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) kami harapkan turun sebesar 2,5 persen dari pertumbuhan ekonomi," ujarnya.

Sementara itu, lanjut dia, BI memperkirakan pertumbuhan kredit perbankan antara 10-12 persen dan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh di level 8-10 persen.

Kendati demikian, Firman mengakui, tahun depan perekonomian Indonesia masih menghadapi beberapa tantangan. Itu antara lain rebalancing komoditas global akibat langkah The Fed dalam melakukan normalisasi kebijakannya.

"Terakhir fate fund rate (FFR) naik 2,5 persen dan kami perkirakan masih akan naik. Desember ini pasar sudah pricing naik sekali. Adapun di 2019 FFR kemungkinan akan naik 2 sampai 3 kali lagi," paparnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tantangan Lain

Tantangan kedua, kata dia, kondisi pertumbuhan ekonomi dunia yang diprediksi melandai. Demikian pula dengan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang diprediksi lebih rendah dari tahun ini karena ekspansi fiskal yang melambat.

"Efeknya apa? Commodity price tidak tumbuh setinggi dari tahun sebelumnya, termasuk di 2019 tetap akan dipengaruhi oleh commodity price. Harga minyak dunia juga masih volatile," ujar dia.

Adapun untuk mengurangi dampak global terhadap perekonomian Indonesia, ada dua hal yang menurut Firman harus dicermati. Pertama terkait lalu lintas perdagangan dan kedua terkait pasar keuangan RI.

"Dua chanel yang harus Indonesia perlu cermati yaitu pertama trade chanel yakni potensi ekspor dan impor RI dan kedua financial chanel yaitu kemungkinan proses aliran modal global masuk ke domestik," tandasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.