Sukses

Pasokan Bertambah, Harga Cabai di Pasar Kebayoran Lama Turun

Pedagang mengeluhkan penjualan yang melemah.

Liputan6.com, Jakarta Kenaikan pasokan menurunkan harga cabai di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Jumat (26/10/2018) ini. Harga komoditas cabai seperti cabai rawit merah, cabai rawit hijau dan cabai merah keriting terpangkas Rp 5 ribu per kilogram (kg).

Hal itu diungkapkan Surati (50), pedagang sayur di Pasar Kebayoran Lama. Dia mengatakan, harga cabai rawit merah yang dijual turun jadi Rp 30 ribu per kg.

"Rawit merah Rp 30 ribu (per kg), baru hari ini. Tadinya Rp 35 ribu (per kg). Stok banyak, tapi pasarnya sepi. Yang biasa beli gede itu penjual makanan doang. Kalau orang (buat) makan mah belinya sedikit, paling Rp 5 ribu," tutur dia kepada Liputan6 com.

Penurunan harga juga terjadi pada cabai rawit hijau dari Rp 40 ribu per kg menjadi Rp 35 ribu per kg. Begitu juga dengan cabai merah keriting, yang terpotong dua hari dari Rp 45 ribu per kg jadi Rp 40 ribu per kg.

Kondisi serupa diutarakan Uus (50), seorang pedagang sayur di pasar yang sama. Ia menyatakan, harga cabai rawit merah di tempatnya sudah dijual Rp 35 ribu per kg sejak kurang lebih sepekan lalu.

"Masih sama (harganya) yang lain juga, udah semingguan. Cabai rawit hijau Rp 35 ribu per kg, kalau cabai merah keriting Rp 40 ribu per kg," ungkapnya.

Sedangkan untuk komoditas sayur lain yakni produk bawang, harganya hingga kini masih standar.

Surati dan Uus menjual bawang merah di harga Rp 25 ribu per kg, bawang putih bulat Rp 25 ribu per kg, dan bawang putih cutting Rp 30 ribu per kg.

Begitu pula dengan tomat dan kentang, yang keduanya tawarkan Rp 10 ribu per kg. Sedikit berbeda dengan kentang, dimana Surati menawarkan kentang Dieng seharga Rp 14 ribu per kg. Sedangkan Uus menjual kentang biasa di angka Rp 12 ribu per kg.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pakai Aplikasi, Panen Cabai Petani Naik 20 Persen

Kemajuan teknologi kini tidak hanya dirasakan oleh masyarakat di perkotaan. Melalui aplikasi Sistem Informasi Pertanian Indonesia (SIPINDO), para petani hortikultura di wilayah pedesaan juga bisa merasakan manfaat teknologi dalam pengelolaan lahan pertaniannya.

Ketua Yayasan Bina Tani Sejahtera, Edwin Saragih mengatakan, dengan memanfaatkan aplikasi, SIPINDO, para petani mampu meningkatkan hasil panen dan mengurangi biaya produksinya. Ini telah dirasakan oleh para petani cabai, tomat dan timun di wilayah Jawa Timur.

"Dari 10 demplot (demonstration plot) di wilayah Jawa Timur, itu ada petani yang hasil panennya meningkat 5 persen, 10 persen, 20 persen. Ada yang (hasil panennya) sama tapi ada penghematan biaya di pupuk," ujar dia di kawasan Tebet, Jakarta, Jumat (12/10/2018).

Dia mengatakan, peningkatan ini karena petani bisa menyiapkan secara lebih akurat kebutuhan benih dan pupuk melalui pemanfaatan aplikasi SIPINDO. Sebab, aplikasi ini menyajikan informasi yang dibutuhkan petani seperti mengetahui tingkat kesuburan tanah agar lebih hemat dalam menggunakan pupuk, serta mendapat informasi mengenai perkiraan cuaca hingga harga dan tren permintaan komoditas di pasaran.

‎"Ini meningkat produksinya karena pemberian pupuknya lebih berimbang. Selama ini petani kan hanya berdasarkan perkiraan, padahal lahannya butuh pupuk jenis tertentu agar memberikan hasil panennya bisa lebih besar," kata dia.

Sejak diperkenalkan pada tahun lalu, aplikasi ini telah dimanfaatkan lebih dari 14 ribu petani di berbagai wilayah. Diharapkan pada akhir 2019, aplikasi ini dapat membantu sekitar 100 ribu petani Indonesia.

"14 ribu itu masih terbilang kecil, mungkin di bawah 5 persen dari total petani, yang jumlahnya jutaan orang di seluruh Indonesia. Jadi potensinya masih sangat besar," ‎ungkap dia.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini