Sukses

Rupiah Sentuh 15.182 per Dolar AS pada Jumat Pagi

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih betah di kisaran 15.100 per dolar AS. Sentimen eksternal mendominasi menekan laju nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih betah di kisaran 15.100 per dolar AS. Sentimen eksternal mendominasi menekan laju nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg pada Jumat pagi (5/10/2018), rupiah dibuka melemah tipis 10 poin ke posisi 15.189 per dolar AS dari penutupan perdagangan kemarin 15.179. Pada pukul 08.48 WIB, rupiah berada di kisaran 15.182 per dolar AS. Jumat pagi ini, rupiah bergerak di kisaran 15.182-15.193 per dolar AS.Rupiah sudah melemah 12,01 persen sepanjang tahun berjalan 2018.

Melihat data Reuters, rupiah menguat tipis terhadap dolar AS. Rupiah berada di kisaran 15.175 per dolar AS dari penutupan kemarin di posisi 15.178 per dolar AS.

Rupiah merosot terhadap dolar AS dinilai dipengaruhi sentimen eksternal yang mendominasi. Hal itu terutama dari kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve. The Federal Reserve menaikkan bunga acuan 25 basis poin menjadi 2,25 persen pada 26 September 2018. Selain itu, dolar AS makin menguat terhadap mata uang negara lain. 

Meski demikian, ada sejumlah faktor membuat rupiah makin tertekan pada beberapa hari ini. Ekonom Senior Raden Pardede menuturkan, ada dua faktor membuat rupiah merosot terhadap dolar AS. Pertama, perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China belum ada penyelesaian. Kedua negara dinilai tetap teguh dengan pendiriannya. Ditambah ada sentimen China melakukan manuver di Laut China Selatan. "Selain perdagangan, politik (AS-China) tidak baik,” ujar Raden saat dihubungi Liputan6.com.

Raden mengatakan, akibat perang dagang AS-China dikhawatirkan dapat menekan pertumbuhan ekonomi China. Hal itu juga berdampak terhadap ekonomi Indonesia.

"Dampak ke Indonesia cukup signifikan. Penurunan pertumbuhan ekonomi China dapat menekan ekonomi Indonesia 0,27 persen,”"kata Raden.

Kedua, harga minyak dunia makin menguat. Meski harga minyak turun pada Kamis waktu setempat, harga minyak mentah Brent sudah sentuh posisi USD 84,58 per barel dan harga minyak WTI di posisi USD 74,33 per barel. Raden mengatakan, harga minyak dunia menguat menjadi sentimen negatif untuk negara pengimpor minyak termasuk Indonesia.

Akan tetapi, menurut Raden, rupiah tidak melemah sendirian. Dolar AS menguat berdampak terhadap sejumlah mata uang negara lainnya. "Bukan hanya rupiah tetapi juga mata uang negara lain. Kita tidak bisa melawan mata uang dunia yang menguat," tutur dia.

Oleh karena itu, Raden mengharapkan Bank Indonesia dan pemerintah dapat waspada dan berjaga-jaga untuk menjaga nilai tukar rupiah. Salah satunya, Pemerintah diharapkan dapat menjaga anggaran dengan baik. Sedangkan BI bisa menjaga volatilitas pergerakan rupiah.

"Pemerintah disiplin jaga anggaran dengan tidak mengeluarkan anggaran yang tidak perlu. Jaga kepercayaan investor luar negeri apalagi dalam negeri," kata dia.

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Rupiah Tembus 15.179 per Dolar AS pada Perdagangan Kemarin

Sebelumnya, nilai tukar rupiah belum mampu menguat pada perdagangan Kamis pekan ini. Nilai tukar rupiah masih berada di posisi 15.100 per dolar Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan data Bloomberg, Kamis sore 4 Oktober 2018, nilai tukar rupiah berada di posisi 15.179 per dolar AS. Pada pembukaan perdagangan, rupiah melemah ke posisi 15.120 per dolar AS dari penutupan perdagangan kemarin 15.075 per dolar AS.

Sepanjang Kamis pekan ini, rupiah bergerak di posisi 15.120-15.191 per dolar AS. Nilai tukar rupiah melemah 11,98 persen terhadap dolar AS sepanjang 2018.

Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menunjukkan rupiah berada di posisi 15.133 per dolar AS atau melemah 45 poin pada 4 Oktober 2018 dari periode perdagangan 3 Oktober 2018 di posisi 15.088 per dolar AS.

Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede menuturkan dolar AS kembali menguat terhadap seluruh mata uang dunia. Ini didorong penguatan indeks dolar AS usai rilis data ekonomi AS yang positif antara lain penyerapan tenaga kerja di sektor swasta yang meningkat menjadi 230 ribu pada September dibandingkan bulan sebelumnya.

Data positif itu memperkuat assesmen bank sentral AS kalau kondisi pasar tenaga kerja terus membaik ditandai dengan rendahnya pengangguran AS dan pengeluaran rumah tangga AS meningkat serta investasi.

Ditambah kekhawatiran kenaikan harga minyak dunia akan dorong penguatan dolar AS serta keluarnya dana asing dari pasar negara berkembang. Josua menuturkan, bank sentral di negara berkembang akan perketat kebijakan moneternya.

"Jika nilai tukar rupiah masih cenderung melemah, BI diperkirakan berpotensi menaikkan kembali suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada kuartal IV 2018 dan 75 basis poin pada 2019 sehingga dapat tekan defisit transaksi berjalan," kata Josua saat dihubungi Liputan6.com.

Dalam jangka pendek, Josua perkirakan nilai tukar rupiah di posisi 15.000-15.250 per dolar AS.

Mengutip laman Antara, kurs dolar AS makin perkasa. Bahkan mencapai tingkat tertinggi dalam 11 bulan terhadap yen dan mata uang utama lainnya pada perdagangan Kamis pagi.

Dolar AS menguat dipicu data positif terbaru AS dan komentar Ketua the Federal Reserve Jerome Powell yang dianggap sebagai hawkish.

Dolar AS reli dalam perdagangan overnight menyentuh 114,55 yen, tingkat tertinggi sejak awal November 2017. Kenaikan di atas 114,735 yen akan membawa mata uang dolar AS ke level tertinggi sejak pertengahan Maret 2018.

Sentimen positif untuk dolar AS, Ketua The Federal Reserve Jerome Powell menuturkan, bank sentral dapat menaikkan suku bunga di atas perkiraan pengaturan netral karena ekonomi AS yang sangat positif terus tumbuh.

Selain itu juga didorong dari berita indeks aktivitas non-manufaktur Institute for Supply Management (ISM) untuk AS melonjak 3,1 poin menjadi 61,6 bulan lalu, angka tertinggi sejak Agustus 1997.

Laporan ketenagakerjaan Nasional ADP juga menunjukkan pembayaran upah pegawai swasta melonjak sebanyak 230 ribu pekerjaan pada September, kenaikan terbesar sejak Februari.

"Dolar AS menguat bersamaan dengan kenaikan imbal hasil surat utang jangka panjang menjelang lapangan pekerjaan non-pertanian pada Jumat 5 Oktober 2018 mungkin capai 115,00 yen,” ujar Masafumi Yamamot, Kepala Strategi Valas di Mizuho Securities, seperti dikutip Reuters.

 

 Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.