Sukses

Pertamina dan ConocoPhilips Bersaing Kelola Blok Gas Corridor

Liputan6.com, Jakarta ConocoPhillips dan PT Pertamina (persero) bersaing ketat untuk mengelola Blok Corridor Lapangan Grisik di Sumatera Selatan pasca 2023. Kedua perusahaan menyatakan minat untuk mengelola blok tersebut ke Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Direktur Jenderal Minyak dan Gas (migas) Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengaku, Kementerian ESDM telah menerima proposal dari Pertamina (Persero), untuk mengelola Blok‎ Corridor, pasca habisnya kontrak ConocoPhillips pada 2023.

"Pertamina sudah memasukan proposal pekan lalu,‎" kata Djoko, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (19/9/2018).

Sedangkan ConcoPhillips, sudah melayangkan surat menyatakan minat untuk mengelola kembali Blok Corridor ke Kementerian ESDM.

Rencananya proposal perpanjangan pengelolaan blok yang terletak di Sumatera Selatan tersebut akan dikirim pada pekan depan.

"ConocoPhillips akan memasukkan proposal pekan depan, tapi surat minat sudah," ujar Djoko.

Setelah proposal tersebut diterima, Kementerian ESDM akan melakukan evaluasi penawaran ‎dari kedua perusahaan. Dia memastikan, pemenang Blok Corridor harus memberikan bagian lebih besar ke negara.

‎"Yang dipilih yang menguntungkan pemerintah, tergantung yang lebih bagus proposalnya," tutur Djoko.

Saat ini Blok Corridor dikelola oleh ConocoPhillips, sampai akhir 2018 blok tersebut diprediksi dapat memproduksi gas sebanyak 798 mmscfd. Blok Corridor pun masuk dalam tiga besar produsen gas nasional.

Di blok tersebut, ConocoPhilips memiliki hak kelola 54 persen dan menjadi operator. Selain itu, ada porsi PT Pertamina sebesar 10 persen dan Repsol Energy 36 persen.

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Badan Geologi Temukan Potensi 5 Blok Besar yang Mengandung Banyak Migas

Sebelumnya, Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menemukan potensi lima blok atau wilayah kerja minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia Timur, yang dapat menghasilkan migas dalam jumlah besar.

Dikutip dari situs resmi Kementerian ESDM, di Jakarta, Kamis 13 September 2018, Badan Geologi, Kementerian ESDM, melalui Pusat Survei Geologi telah melaksanakan survei umum geologi migas terhadap 30 cekungan dari tahun 2010-2018.

Survei ini meliputi survei cekungan pada 43 lokasi, shale gas enam lokasi, rembesan mikro lima lokasi, seismik 2D delapan lokasi, serta Passive Seismic Tomography (PST) empat lokasi. Dari kegiatan ini dihasilkan sebanyak 36 rekomendasi WK Migas yang dikeluarkan dari 2015 sampai 2018.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Badan Geologi menggunakan data-data meliputi seismik 2D, Passive Seismic Tomography (PST), rembesan mikro, penelitian GnG, serta metode lainnya, Badan Geologi merekomendasikan lima wilayah di Kawasan Timur Indonesia yang berpotensi untuk ditemukannya lapangan minyak besar (giant field) yaitu Blok Selaru Cekungan Aru-Tanimbar, Blok Arafura Selatan Cekungan Arafura, Blok Boka Cekungan Akimeugah, Blok Atsy, Cekungan Sahul dan Blok Agats Barat Cekungan Sahul.

Pada Blok Selaru telah diidentifikasi dua lead pada Mesozoic deltaic play dengan sumber daya potential P50 untuk skenario gas sebesar 4,8 Trillion Cubic Feet (TCF) dan skenario minyak sebesar 4.060 juta barel.

Berdasarkan hasil akuisisi seismik 2D yang dilakukan Badan Geologi pada tahun 2017 sepanjang 1.600 km di blok Arafura Selatan, telah diidentifikasi dua lead pada Aptian Prograding shoreface play (sudah terbukti pada lapangan-lapangan di Papua Nugini) dan Permian fluvio-deltaic lacustrine pinchout(terbukti di lapangan migas Australia bagian utara). Total sumber daya potential P50 untuk skenario gas sebesar 7.36 TCF dan skenario minyak sebesar 6.144.54 juta barel.

Untuk Blok Boka dan Blok Atsy telah dilaksanakan survei Passive Seismic Tomography (PST) telah diidentifikasi 4 lead pada Jurassic sand play di Blok Boka, dengan total sumber daya potensial P50 untuk skenario gas sebesar 1,1 TCF dan untuk skenario minyak sebesar 930 juta barel.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini