Sukses

Harga Emas Berpotensi Tertekan pada Pekan Ini

Liputan6.com, New York - Harga emas diprediksi melemah pada pekan ini didorong dolar AS dan coba level support. Hal itu berdasarkan survei mingguan Kitco.

Dari hasil survei kitco, responden baik dari main street dan analis di wall street sepakat kalau harga emas berpotensi melemah. Kitco menyebutkan ini untuk ketiga kalinya terjadi pada 2018, baik responden main street dan analis di wall street ramal harga emas akan tertekan.

Sekitar 18 analis mengikuti survei. Sekitar sembilan analis atau 50 persen menyebutkan harga emas akan tertekan. Sedangkan enam orang menyebutkan atau 33 persen meramal harga emas naik. Sedangkan tiga analis atau 17 persen melihat harga emas bergerak sideway.

Sementara itu, sekitar 868 responden yang ambil bagian survei main street. Sekitar 446 responden atau 51 persen ramal harga emas tertekan. Sedangkan 319 responden atau 37 persen menyebutkan harga emas akan naik. 103 responden atau 12 persen melihat harga emas sideways.

Sebelumnya harga emas turun satu persen pada pekan lalu. Harga emas sentuh posisi USD 1.228,70 per ounce.

"Saya tetap melihat harga emas melemah. Banyak pelaku pasar mencari posisi bawah. Saya tidak melihat alasan (fundamental) untuk reli harga emas," ujar Presiden Direktur Phoenix Futures and Options, Kevin Grady, seperti dikutip dari laman Kitco, Senin (23/7/2018).

Sementara itu, Analis SIA Wealth Management, Colin Cieszynski menilai, dolar AS dapat menekan harga emas.

"Meski harga emas dapat sentuh titik terendah dalam beberapa minggu ke depan, emas tidak jenuh jual," kata dia.

Analis LaSalle Futures Group Charlie Nedoss melihat harga emas akan coba tes posisi USD 1.200.

"Jika Anda melihat perbedaan suku bunga, bank sentral lain akan berjalan satu arah dan AS akan beralih ke yang lain. Ini cenderung mendukung dolar AS sehingga bebani emas," ujar Nedoss.

Sedangkan Analis IG Chris Beauchamp mengatakan harga emas akan menguat ke posisi di atas USD 1.265 per ounce. Direktur Pelaksana RBC Wealth Management, George Gero menilai, harga emas berpotensi menguat dalam jangka pendek. Ini seiring pelaku pasar beli emas untuk imbangi posisi yang tertekan.

Berbeda dengan prediksi analis lainnya, Ralph Preston, Principal Heritage West Financial melihat, harga emas akan konsolidasi sehingga dapat mendorong harga emas menguat. Direktur ForexLive Adam Button pergerakan harga emas akan dibantu dolar AS berhenti menguat.

"Trump tidak akan hentikan Federal Reserve dari menaikkan suku bunga, tetapi ia menilai suku bunga rendah membuat penguatan dolar AS butuh waktu, dan itu seharusnya jadi alasan untuk beli emas,” kata Button.

Adapun data ekonomi pada pekan ini relatif sepi. Pada pekan ini hanya ada data penjualan rumah dan manufaktur. Jelang akhir pekan baru ada rilis data ekonomi antara lain pesanan barang tahan lama, produk domestik bruto (PDB) AS pada kuartal II. Diperkirakan ekonomi AS tumbuh empat persen.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Harga Emas Menguat pada Jumat Pekan Lalu

Sebelumnya, harga emas naik pada perdagangan Jumat usai mencetak level terendah dalam satu tahun pada perdagangan sehari sebelumnya. Pendorong kenaikan harga emas adalah komentar dari Presiden AS Donald Trump soal suku bunga.

Mengutip Reuters, Sabtu 21 Juli 2018, harga emas harga emas di pasar spot naik 0,7 persen ke level USD 1.230,89 per ons pada pukul 1.40 siang waktu London. Sedangkan harga emas berjangka AS ditutup naik USD 7,10 atau 0,6 persen ke level USD 1.231,10 per ounce.

Harga emas turun hampir 1 persen pada minggu ini dan pada perdagangan Jumat mampu naik tipis. Jika dihitung dari awal Mei, harga emas telah turun 10 persen.

Dolar AS yang lebih kuat membuat emas lebih mahal untuk pembeli dengan mata uang lainnya. Suku bunga yang lebih tinggi cenderung meningkatkan dolar AS sehingga peluang untuk mendapatkan untung dari emas juga mengecil.

Harga emas mampu menguat usai Presiden AS Donald Trump kembali mengejutkan publik lewat kritikannya atas kenaikan suku bunga acuan. Padahal, tidaklah lumrah apabila presiden mengkritik independensi bank sentral.

Kekesalan Trump akibat melihat pengaruh kenaikan suku bunga terhadap ekonomi, padahal pemerintahannya sudah bekerja keras.

Sebelumnya, penasihat ekonomi Trump Larry Kudlow sudah lebih dulu mengkritik The Fed dengan harapan pihak bank sentral memperlambat kenaikan suku bunga. Gubernur the Fed Jerome Powell mengaku tidak khawatir terhadap "tekanan" dari Gedung Putih.

"The Fed memiliki tradisi panjang dalam melaksanakan kebijakan yang independen dari segala kekhawatiran politik," kata dia.

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.