Sukses

Dapat Pembiayaan, Petani Sawit Diminta Membangun Pabrik

Pembangunan pabrik sawit sendiri nantinya akan berada di Provinsi Kalimantan dan di Riau.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan menggelar rapat koordinasi (rakor) bersama Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) di Kantornya, Jakarta. Rapat tersebut membahas mengenai perkembangan sawit petani Indonesia.

Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Apkasindo Riau, Gulat Manurung mengungkapkan, dalam rapat yang dipimpin langsung Menko Luhut membahas tawaran pembiayaan program peremajaan sawit (replanting) dari Bank Pembangunan China, China Development Bank (CDB) dan United Nations Development Programme (UNDP). Tawaran tersebut diperuntukan untuk mendorong kesejahteraan petani Indonesia.

"Jadi dalam rangka ini Pak Luhut menawarkan dari CDB sekarang ditawarkan lagi dari UNDP untuk bantuan terhadap petani dalam bentuk business to business," jelas dia di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Jakarta, Kamis (12/7/2018).

Dari dua tawaran tersebut, kata dia yang dimungkinkan untuk diambil adalah dari UNDP. "Jadi pilihan itu ada dua kayaknya kata pak menko ini yang paling cepat itu adalah UNDP ditawarkan langsung dalam tiga hari cepat," imbuh dia.

Gulat mengatakan, tawaran pembiayaan itu nantinya akan dipergunakan untuk membangun pabrik kelapa sawit. Sebab petani tidak akan sejahtera kalau tidak memiliki pabrik.

"Karena pabrik hanya dimiliki oleh swasta. Harga tetap dikontrol sama mereka. Jadi pak menko bilang ada solusi dan tidak ada jalan, bangun pabrik kalian (Apkasindo) dari UNDP, akan bekerjasama bagaimana caranya agar dibantu. Untuk saat ini kita akan bentuk tim kecil. Kalau bisa tahun ini sudah berdiri itu sangkin semangatnya pak menteri," bebernya.

Rencananya, pembangunan pabrik sawit sendiri nantinya akan berada di Provinsi Kalimantan dan di Riau. "Kalau satu pabrik 30 ton per jam itu kan kurang lebih Rp 120 miliar dalam artian 20 persen saham petani ya sisanya pinjaman," tandasnya.

2 dari 2 halaman

Importir China Beli 1,2 Juta Ton Kelapa Sawit Asal Indonesia

Sentimen perang dagang tidak mempengaruhi ekspor Indonesia ke China. Hal ini dibuktikan dengan penandatanganan kontrak pembelian produk kelapa sawit dan turunannya untuk setahun ke depan antara eksportir dari Indonesia dan importir dari Negeri Tirai Bambu tersebut.

Duta Besar Indonesia untuk China, Djauhari Oratmangun mengatakan, ‎total kontrak pembelian yang ditandatangani sebesar 1,21 juta ton atau setara dengan USD 726 juta.

Kontrak tersebut dilakukan oleh beberapa perusahaan Indonesia dan China antara lain PT Wilmar Nabati Indonesia, Cofco China, Yihai and Kerry Investment Co. Ltd., dan lainnya. 

"Sekitar 1 juta ton hasil dari kontrak pembelian kelapa sawit dan turunannya ini berasal dari perkebunan sawit di Sumatera," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (12/7/2018).

Djauhari menyampaikan, Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar dunia saat ini. Kelapa sawit terus memberikan dampak yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. 

"Kebutuhan dan permintaan kelapa sawit yang semakin meningkat dari China, dapat dipenuhi Indonesia. Sehingga pengusaha China dapat mempercayai kemampuan akan kualitas dan kuantitas produk kelapa sawit Indonesia dan turunannya," kata dia.

Â