Sukses

Selop Manten, Bisnis yang Tak Lekang Oleh Waktu

Pelanggan yang memesan berasal dari banyak kota di Indonesia seperti Jakarta, Semarang, Surabaya, Kalimantan hingga Papua.

Liputan6.com, Jakarta - Menjamurnya pertumbuhan toko online saat ini tentu saja berdampak pada keberadaan toko fisik. Ada yang bisa bertahan, namun yang tenggelam juga banyak.

Beberapa toko yang mudah dijumpai adalah toko alas kaki atau sepatu dan salah satu yang bisa bertahan di antaranya adalah Joko Semedi, pengrajin sandal selop handmade asal Yogyakarta.

Pria ini meyakini meski banyak toko yang menjual sendal dan selop modern, usahanya akan bisa tetap berjalan selama pernikahan adat Jawa masih digunakan orang.

“Usaha sandal selop saya ini insya Allah tidak akan mati selama adat Jawa masih digunakan dalam pernikahan,” ujar Joko kepada Liputan6.com, Senin (12/3/2018).

Di rumah usahanya di Mangunegaran KT 11/638, Kraton, DI Yogyakarta, Joko mengatakan, bisnis yang dikembangkannya itu telah berdiri sejak tahun 1950an dan diwariskan oleh sang Ayah kepadanya pada tahun 2006.

“Sejak kecil ayah saya sudah mulai mengenalkan bisnis ini ke saya, jadi tidak pernah belajar khusus bagaimana cara buat selop, semuanya otodidak saja karena sering melihat ayah saya bekerja,” tuturnya.

Tadinya, lanjut pria berusia 50 tahun itu, ia pernah berusaha untuk bekerja sesuai bidang kuliahnya. Joko sempat berbisnis ikan di daerah Banyuwangi dan Situbondo, namun ia kembali menggeluti bisnis turunan membuat sandal ini karena merasa ada tanggung jawab.

“Ya ini saya seperti berkewajiban saja untuk meneruskan usaha orangtua sejak 2006 mengingat banyaknya jasa ayah saya yang sudah mempertahankan bisnis ini dari tahun 19500an. Selain itu, semua saudara juga menunjuk saya, jadi sayang sekali kalau tidak diteruskan apalagi pelanggan sudah banyak,” kata pria lulusan Akademi Perikanan Yogyakarta ini.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Omzet Rp 20 Juta

 

Karena alasan itulah, Joko pun serius menggeluti bisnis sandal selop tradisional tersebut. Dibantu istri serta lima karyawannya, Joko mengerjakan sendiri mulai dari proses pembuatan, memasang lem, memasang payet hingga finishing. Dalam sebulan minimal 200 hingga 300 pasang selop bisa diselesaikannya dengan harga mulai dari Rp 75 ribu – Rp 300 ribu perpasangnya tergantung tingkat kesulitannya.

“Sekarang produk saya lebih variatif supaya pelanggan juga makin senang dan tak beralih ke produsen lain. Hampir rata-rata desainer di Yogya membuat sepatu dan selop ke saya, kalau omzet ya tidak patokan berapa, minimal Rp 15-20 juta mungkin ada setiap bulannya," kata Joko.

Pelanggan yang memesan ke Joko juga berasal dari banyak kota di Indonesia seperti Jakarta, Semarang, Surabaya, Kalimantan hingga Papua.

“Saya sih bersyukur saja, tapi sebenarnya kalau ditanya saya lebih senang terima pesanan dari satu orang per pasang, karena pasti tidak banyak permintaan. Kalau misalnya per orang pesan 2.000 selop ya mungkin agak kewalahan, karena biasanya tiap hari ada saja tamu yang datang terus minta dibikin 5-10 pasang,” terangnya.

Meski begitu, lanjut ayah dua anak ini, ia akan tetap melayani pesanan yang diminta kepadanya.

“Terakhir saya terima pesanan dari Keraton Yogyakarta sebanyak 2.500 pasang selop sepaket dengan blangkon, jarik serta baju. Ini memang rutin dipesan ke saya. Biasanya pihak Keraton memesan untuk memberi tanda mata atau penghargaan kepada para abdi dalem mulai dari tingkat atas hingga bawah,” papar Joko.

 

3 dari 3 halaman

Dipesan Desainer Ternama

Tak hanya itu, selop buatan Joko pun juga sering dipesan dan dipakai oleh para desainer ternama di Yogyakarta serta untuk acara-acara fashion besar.

“Ya udah sering dipakai buat acara kayak Jogja Fashion Week dan beberapa acara fashion show lainnya. Desainer biasanya hanya memesan produk, setelah itu dikasi label brand mereka,” sambung Joko.

Joko yakin, bisnis yang dia kembangkan ini akan dapat bertahan selama ia tetap mempertahankan kualitas dan kedisiplinan waktu dalam proses pengerjaan.

“Ya itu yang utama, selain itu saya juga selalu menganggap konsumen dan klien sebagai saudara, Jadi setiap mereka datang dan pesan ke rumah bukan hanya sekedar jual beli terus putus. Menurut saya jika ada pelanggan yang merasa puas biasanya mereka akan kembali lagi dengan membawa banyak rekan atau keluarganya,” pungkas Joko.

​Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.