Sukses

Pendapatan Kapal Cantrang Vs Non-Cantrang, Lebih Besar Mana?

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) masih mengizinkan kapal cantrang di bawah 30 Gross Tonnage (GT) untuk berlayar.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) masih mengizinkan kapal cantrang di bawah 30 Gross Tonnage (GT) untuk berlayar. Izin untuk berlayar ini sampai pemilik kapal mampu beralih kepada alat tangkap ikan yang ramah lingkungan.

Cantrang sendiri selama ini dikenal oleh nelayan sebagai alat tangkap yang murah secara modal biaya dengan hasil tangkap yang menjanjikan.

Lalu, bagaimana perbandingan hasil tangkap serta pendapatan antara kapal cantrang dan non-cantrang?

Warnadi (46), Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Kabupaten Tegal menyatakan, alat tangkap ikan non-cantrang seperti gillnet, cumi dan purse seine, secara pendapatan itu sangat berbeda jauh jika dibandingkan dengan kapal cantrang.

"Kalau bicara pendapatan, itu sangat luar biasa besar selisihnya. Pakai cantrang itu hitungannya miliaran rupiah, kalau kita (nelayan tradisional) enggak pakai miliar," jelas dia di Tegal, seperti dikutip Sabtu (3/2/2018).

"Soalnya, cantrang bisa narik ikan dalam jumlah besar, sementara nelayan tradisional cuman dikit," tambah dia.

Warnadi lalu mengkalkulasikan lewat hitungan angka terkait hasil pendapatan tersebut. "Kalau lelang, kita dapat sekitar Rp 400 juta. Dengan perbekalan Rp 150-200 juta, masih ada sisa Rp 200 juta," jelasnya.

"Kalau cantrang enggak pernah Rp 400 juta dapatnya, minimal Rp 1 miliar. Makanya, pendapatan mereka relatif lebih banyak," ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Harga Alat

Secara harga alat tangkap, Warnadi menuturkan, cantrang jauh lebih murah dibanding gillnet dan purse seine. 

"Cantrang itu jaringnya murah, sekitar Rp 25 juta. Kalau purse seine sampai Rp 400 juta, gillnet malah sampai Rp 1 miliar," terangnya.

Dia juga mengungkapkan, pendapatan bersih Rp 200 juta itu adalah hasil dirinya beserta nelayan tradisional lain melaut dalam kurun waktu satu bulan.

"Saya dan kawan-kawan biasa berlayar mulai dari Laut Jawa, Kalimantan sampai Natuna," pungkas Warnadi.

3 dari 3 halaman

Data Nelayan

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti melakukan pendataan dan verifikasi kapal bermuatan alat tangkap, seperti cantrang dan sejenisnya di Tegal, Jawa Tengah (Jateng). Pendataan ratusan kapal tersebut akan terus berlangsung selama beberapa pekan ke depan di wilayah Pantai Utara Jawa (Pantura) Jawa.

Susi mengatakan, kegiatan ini merupakan bentuk tindaklanjut kesepakatan dari pertemuan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan perwakilan nelayan di Istana pada dua pekan lalu.

"Tim khusus sudah mulai bergerak sejak Kamis kemarin, untuk melakukan pendataan, verifikasi, dan validasi kapal cantrang dan semacamnya di kota ini (Tegal).

Langkah ini bertujuan untuk mengetahui jumlah, serta ukuran kapal yang dimilki oleh para nelayan dan pelaku usaha," ungkap Susi di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tegal Sari, Tegal, Jumat 2 Februari 2018.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.