Sukses

KEIN: Deflasi Terjadi Bukan karena Penurunan Daya Beli

Deflasi yang terjadi pada Agustus 2017 ini bukan karena penurunan daya beli.

Liputan6.com, Jakarta - Deflasi yang terjadi pada Agustus 2017 ini bukan karena penurunan daya beli. Hal itu diindikasikan, dari tujuh kelompok pengeluaran, lima kelompok komoditas justru mengalami inflasi atau kenaikan harga. Selain itu, nilai tukar petani pada periode Agustus juga naik 0,94 persen.

“Hal itu menandakan bahwa daya beli di tingkat petani tidak turun,” ujar Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Arif Budimanta seperti dikutip dari keterangan tertulis, Senin (4/9/2017).

Hal serupa juga terjadi pada kelompok masyarakat menengah dan atas. Indikasinya, ucap Arif, antara lain telah terjadi kenaikan padan komponen makanan jadi, sandang, perumahan, dan pendidikan.

Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa pada Agustus 2017, telah terjadi deflasi atau penurunan harga sebesar 0,07 persen.

Deflasi yang terjadi pada 47 dari 82 kota indeks harga konsumen, disebabkan adanya penurunan sejumlah indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan makanan (0,67 persen), kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan (0,60 persen).

Sementara kelompok pengeluaran lainnya mengalami kenaikan. Misalnya, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau, naik 0,26 persen; sandang naik 0,32 persen; kesehatan naik 0,20 persen; perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar naik 0,10 persen; serta komponen pendidikan rekreasi dan olahraga mengalami kenaikan terbesar, yaitu 0,80 persen.

Arif melanjutkan, jika melihat data BPS, sejak Maret 2017 hingga saat ini, inflasi bahan makanan selalu berada di bawah inflasi umum. “Ini berarti laju kenaikan harga bahan makanan lebih terkendali dibandingkan dengan barang-barang lain,” ujar Arif.

Kondisi ini penting, mengingat bahan makanan merupakan kelompok pengeluaran merupakan komponen yang cukup besar berkontribusi terhadap kemiskinan. “Jika harga bahan makanan terkendali, maka tekanan terhadap kemiskinan juga lebih ringan,” ujarnya.

Pada Agustus 2017, inflasi tahunan untuk kelompok bahan makanan sebesar 1,50 persen. Adapun inflasi umum mencapai 3,88 persen. “Mudah-mudahan pemerintah dapat mempertahankan kondisi seperti ini,” katanya.

Lebih lanjut Arif mengungkapkan, jika dilihat data BPS lebih rinci, komoditas yang mendorong terjadinya deflasi pada Agustus 2017 adalah tarif angkutan udara, tarif angkutan antarkota, bawang merah, cabai rawit, bawang putih, ikan segar, minyak goreng dan kelapa.

Menurunnya tarif angkutan udara dan angkutan antarkota karena berakhirnya masa liburan yang terjadi pada Juni dan Juli, sehingga pada Agustus kedua jenis kelompok pengeluaran tersebut turun signifikan.

Sementara penurunan harga komoditas bahan makanan diakibatkan karena Agustus merupakan masa panen raya untuk beberapa komoditas. Sebagai contoh, kata Arif, pada Agustus 2017 terjadi panen raya untuk komoditas bawang merah dan pada bulan itu, Indonesia mampu mengekspor bawang merah ke Singapura dan Thailand.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Harga pangan stabil

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan deflasi yang terjadi pada Agustus 2017 sesuai dengan harapan pemerintah. Hal ini membuktikan jika harga komoditas pangan makin terkendali.

Dia mengungkapkan, selama ini harga pangan yang bergejolak dianggap sebagai penyumbang inflasi terbesar. Namun, dengan deflasi yang terjadi pada Agustus, terlihat jika harga pangan lebih terkendali.

"Ya kan bagus, memang yang kita harapkan dengan sekarang adanya bahwa harga pangan volotile dianggap sebagai sumber dan setelah melakukan upaya seperti harapan BI bahwa volotile food harus distabilkan dan sudah menghasilkan beberapa bulan terakhir ini adalah kestabilan," ujar dia di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (4/9/2017).‎

Oleh sebab itu, lanjut Sri Mulyani, tren rendahnya tingkat inflasi harus terus dijaga. Dengan demikian, ini diharapkan mampu mendongkrak daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi nasional.

"Oleh karena itu, tren sekarang harus dijaga saja, dari sisi inflasi karena itu sangat baik tentu dari sisi lain daya beli harus ditingkatkan sehingga dengan inflasi rendah daya beli naik, ekonomi akan tumbuh lebih sehat," tandas dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.