Sukses

Menkes Senang Jika Harga Rokok RI Mahal

Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi mendesak Kementerian Keuangan untuk menaikkan tarif cukai rokok.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan (Menkes), Nafsiah Mboi mendesak Kementerian Keuangan untuk menaikkan tarif cukai rokok.

 

Pasalnya dia menilai harga rokok saat ini masih tergolong murah sehingga penyesuaian tarif cukai harus kembali dilakukan.

"Saya tetap mendukung kesehatan, biar saja pendapatannya tetap. Jika tarif cukai naik, harga rokok bakal naik dan jadi lebih mahal karena yang bayar cukai kan si perokok," ungkap dia di Jakarta, Rabu (2/4/2014).

Nafsiah menilai, harga rokok saat ini masih terbilang murah. Apalagi pemerintah memastikan bahwa tak akan menaikkan tarif cukai rokok di 2014. Pasalnya ada penetapan pajak baru, sehingga jika ikut dibarengi dengan penyesuaian tarif khawatir akan membebani pabrik rokok kelas menengah ke bawah.    

"Padahal kalau harganya lebih mahal lagi kami akan senang karena penerimaan cukai besar dan mudah-mudahan generasi muda tidak merokok lagi," harapnya.

Di sisi lain, dia sangat menentang keras bagi-bagi rokok dalam aktivitas kampanye para calon anggota legislatif. "Saya tidak setuju, karena bisa merusak generasi muda. Merokok itu merusak kesehatan, masa kita malah buat masyarakat sakit-sakitan," tandas Nafsiah.

Sebelumnya, Direktur Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan DJBC Kemenkeu, Susiwijono Moegiarso mencontohkan, penjualan rokok kelas menengah dan bawah cukup tinggi di daerah pemilihan Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Timur (Jatim) meningkat.

"Ternyata kalau mau masuk kampung (kampanye) ya mesti bawa rokok dan kerudung. Itu paling laris, rokok untuk laki-laki dan kerudung untuk kaum perempuan. Ternyata ini menarik peminat, bukan money politic," papar Susiwijono.

Caleg, menurut dia, rela merogoh pengeluaran puluhan juta rupiah untuk membagikan rokok kepada seluruh masyarakat di beberapa kampung.

"Hitung saja kalau satu bungkus rokok Rp 8 ribu sampai Rp 10 ribu. Makanya yang paling laku penjualan rokok seharga menengah ke bawah karena orang kampung kan yang penting keluar asapnya," pungkas Susiwijono.  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.