Tradisi Ziarah Kubur Jelang Ramadhan, Apakah Ahli Kubur Senang Diziarahi?

Dalam pelaksanaannya, ziarah kubur boleh dilakukan kapan saja. Tak ada waktu khusus. Namun, banyak muslim yang berziarah kubur menjelang Ramadhan dan menjadi tradisi yang selalu dilakukan setiap tahunnya.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 06 Mar 2024, 20:30 WIB
Sepekan jelang datangnya bulan suci Ramadan, umat muslim biasanya melakukan beberapa tradisi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Ziarah berasal dari bahasa Arab yang berarti berkunjung. Secara istilah, ziarah diartikan berkunjung ke makam orang yang sudah meninggal dunia, kemudian dikenal dengan istilah ziarah kubur.

Aktivitas ziarah kubur biasanya diisi dengan dzikir, tahlil, pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an, dan ditutup dengan doa. Hikmah ziarah kubur adalah mengingatkan kita pada kematian dan kehidupan setelah di dunia, yakni akhirat. 

Berdasarkan sejarahnya, ziarah kubur sempat dilarang oleh Rasulullah SAW pada masanya. Namun kemudian, larangan tersebut dicabut. Rasulullah SAW bersabda,

كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا 

Artinya: “Dahulu saya melarang kalian berziarah kubur, tapi (sekarang) berziarahlah kalian.” (HR Muslim).

Dalam pelaksanaannya, ziarah kubur boleh dilakukan kapan saja. Tak ada waktu khusus. Namun, banyak muslim yang berziarah kubur menjelang Ramadhan dan menjadi tradisi yang selalu dilakukan setiap tahunnya.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Mendengar dan Menjawab Salam

Orang-orang berdoa saat memperingati 17 tahun musibah gempa dan tsunami di Taman Peringatan Tsunami Siron di Siron, provinsi Aceh (26/12/2021). Sejumlah warga mendatangi Kuburan Massal Siron untuk memenjatkan doa saat peringatan 17 tahun musibah gempa dan tsunami Aceh 2004. (AFP/Chaideer Mahyuddin)

Bicara soal ziarah, ada sebuah kisah seorang sahabat bernama Abu Razin bertanya kepada Rasulullah.

“Wahai Rasul, jika aku mau berjalan lewat kuburan orang-orang meninggal, adakah ucapan yang dapat aku sampaikan ketika melewati mereka?” tanya Abu Razin, dikutip dari NU Online, Selsa (5/3/2024).

Kemudian Rasulullah SAW pun menjawab dengan meminta ucapkan salam sebagai berikut.

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ يَا أَهْلَ الْقُبُوْرِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُؤْمِنِيْنَ، أَنْتُمْ لَنَا سَلَفٌ وَنَحْنُ لَكُمْ تَبَعٌ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لَاحِقُوْنَ

Artinya: “Salam keselamatan teruntuk kalian, wahai ahli kubur dari orang-orang muslim dan mukmin. Kalian adalah pendahulu bagi kami. Dan kami adalah pengikut kalian. Sesungguhnya kami insya Allah akan menyusul kalian.

Abu Razin kembali bertanya kepada Rasulullah SAW, “ Memangnya mereka mendengar?”

Rasulullah SAW pun menjawab, “Mereka mendengar, namun tidak bisa menjawab. Hai Abu Razin, tidakkah engkau rida ucapanmu dijawab malaikat sebanyak mereka?”

Menurut As-Suyuthi, maksud “Mereka tidak mampu menjawab” adalah menjawab dengan jawaban yang tak terdengar oleh orang hidup. 

3 dari 3 halaman

Apakah Ahli Kubur Gembira Ketika Diziarahi?

Orang-orang berdoa saat memperingati 17 tahun musibah gempa dan tsunami di Taman Peringatan Tsunami Siron di Siron, provinsi Aceh (26/12/2021). Tsunami Aceh pada 2004 merenggut nyawa lebih dari 170.000 orang di Indonesia saja. (AFP/Chaideer Mahyuddin)

Ketika ahli kubur menjawab salam yang mendatanginya, lantas apakah mereka gembira dengan datangnya para peziarah? Soal ini telah dijelaskan oleh Ibnu Hajar Al-Haitami dalam kitab Irsyadul ‘Ibad.

آنس مَا يكون الْمَيِّت فِي قَبره إِذا زَارَهُ من كَانَ يُحِبهُ فِي دَار الدُّنْيَا 

Artinya: “Sesenang-senangnya mayat di alam kubur adalah ketika diziarahi oleh orang yang dicintainya semasa di dunia.”

Bayangkan saja, orang yang masih hidup pun saat didatangi orang yang dicintainya akan senang. Apalagi ini orang yang sudah meninggal, ditambah dengan bacaan doa-doa agar diberi ampunan dan mendapat rahmat-Nya. Wallahu a’lam.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya