Sederet Rencana Ekspansi Harta Djaya Karya Usai IPO

PT Harta Djaya Karya Tbk (MEJA) berencana mendirikan experience center di beberapa lokasi yang strategis.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 12 Feb 2024, 14:21 WIB
Pencatatan saham perdana PT Harta Djaya Karya Tbk (MEJA) pada perdagangan Senin, (12/2/2024). (Foto: BEI)

Liputan6.com, Jakarta - PT Harta Djaya Karya Tbk (MEJA) resmi mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin, 12 Februari 2024. Pada masa mendatang, Harta Djaya Karyatelah merinci sebuah strategi yang bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan bisnisnya.

Direktur Utama PT Harta Djaya Karya Tbk, Richie Adrian Hartanto menjelaskan, rencana tersebut mencakup inisiatif seperti pembangunan workshop baru, dengan fokus pada peningkatan kapasitas produksi perusahaan.

"Selain itu, MEJA berencana untuk mendirikan 'Experience Center' di beberapa lokasi yang strategis, sebagai langkah nyata untuk memperluas cakupan target pemasaran perusahaan," kata Richie dalam keterangan resmi, Senin (12/2/2024).

Seiring dengan upaya perluasan tersebut, MEJA juga memiliki rencana untuk memperkenalkan brand internal yang eksklusif untuk produk furnitur buatannya.

Langkah ini diharapkan tidak hanya akan meningkatkan citra merek Perseroan, tetapi juga memberikan nilai tambah kepada pelanggan dengan menyajikan produk yang unik dan berkualitas tinggi. Adapun langkah perseroan untuk melakukan IPO juga merupakan salah satu langkah nyata mendukung ekspansi tersebut.

Untuk informasi, perseroan memulai masa penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) pada 31 Januari– 6 Februari 2024. Perseroan menawarkan sebanyak 480 juta saham baru atau setara dengan 25,03 persen dari modal disetor setelah IPO. Saham-saham tersebut ditawarkan pada harga Rp 103 per saham, dengan target dana yang terkumpul sebesar Rp 49,44 miliar.

Dana IPO tersebut akan digunakan untuk pembelian aset tetap berupa peralatan kerja kantor, peralatan kerja proyek kemudian sewa bangunan, kendaraan, dan pengembangan sistem informasi. Sebagian besar dana hasil IPO tersebut akan dialokasikan untuk modal kerja seperti pembelian persediaan bahan baku, biaya kontraktor, desain interior, dan pengadaan furnitur.

 

 

 

2 dari 4 halaman

Peluang Perseroan

Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Melalui proses IPO ini, perseroan akan memperoleh sumber daya yang lebih besar untuk mendukung implementasi inisiatif keberlanjutan yang telah direncanakan sebelumnya.

Tak hanya itu, IPO juga memberikan peluang bagi Perseroan untuk membentuk kemitraan strategis yang lebih erat dan merambah pasar industri konstruksi dengan lebih luas. Langkah ini diarahkan untuk memperkuat posisi pasar Perseroan dan menciptakan prospek pertumbuhan jangka panjang yang lebih menjanjikan.

"PT HDK terus berkomitmen untuk memberikan layanan berkualitas tinggi, inovatif, dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan kami. Kami percaya bahwa melalui layanan terintegrasi kami, PT Harta Djaya Karya Tbk akan terus menjadi pilihan utama dalam industri desain dan konstruksi interior," ujar Richie.

 

3 dari 4 halaman

Harta Djaya Karya Tetapkan Harga IPO Rp 103 per Saham

Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpampang di Jakarta, Kamis (10/10/2019). Dari 10 sektor pembentuk IHSG, lima sektor saham berada di zona merah. Pelemahan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya diberitakan, PT Harta Djaya Karya Tbk (MEJA) akan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO).

Pada aksi tersebut, perseroan menawarkan sebanyak-banyaknya 480 juta lembar saham dengan nilai nominal Rp 20 per lembar. Melansir laman e-ipo, Jumat (2/2/2024), Harta Djaya Karyatelah menetapkan harga penawaran final yakni Rp 103 per lembar. Dengan demikian, perseroan akan mengantongi dana segar Rp 49,44 miliar dari IPO.

Sebelumnya, perseroan mematok harga penawaran pada kisaran Rp 100 sampai dengan Rp 103 per saham. Bersamaan dengan IPO, perseroan juga menerbitkan sebanyak-banyaknya 480 juta Waran Seri I atau sebesar 33,39 persen dari total jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh pada saat pernyataan pendaftaran.

Waran Seri I diberikan kepada setiap pemegang saham yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham (DPS) perseroan pada tanggal penjatahan secara cuma-cuma dengan ketentuan bahwa setiap pemegang satu saham baru akan memperoleh satu Waran Seri I.

Setiap satu Waran Seri I memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli satu saham baru perseroan yang dikeluarkan dalam portepel. Waran Seri I adalah efek yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham perseroan dengan nilai nominal Rp 20 setiap saham dengan harga pelaksanaan dengan Rp 115 sampai dengan Rp 125 setiap saham.

Total hasil pelaksanaan Waran Seri I adalah sebanyak-banyaknya Rp 55,2 miliar. Pemegang Waran Seri I dapat melaksanakan Waran Seri I menjadi saham Perseroan setelah 18 bulan sejak Waran Seri I diterbitkan, sampai dengan 6 bulan berikutnya, yang tanggalnya sebagaimana dimuat dalam prospektus yang diterbitkan emiten dalam rangka penawaran umum.

 

4 dari 4 halaman

Dana IPO

Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Perseroan berencana mengalokasikan sekitar 24 persen dana IPO atau sekitar Rp 10,9 miliar untuk pembelian aset tetap berupa peralatan kerja kantor peralatan kerja proyek dan kendaraan.

Kemudian sekitar 4 persen akan dialokasikan untuk sewa bangunan dan kendaraan serta pengembangan sistem informasi dan jaringan.

Sisanya sekitar 72 persen atau Rp 32,7 miliar akan digunakan untuk modal kerja perseroan antara lain namun tidak terbatas untuk pembelian persediaan bahan baku, biaya kontraktor, desain interior dan pengadaan furnitur.

Sedangkan dana yang diperoleh perseroan dari pelaksanaan Waran Seri I, seluruhnya akan digunakan untuk modal kerja Perseroan antara lain namun tidak terbatas seperti pembelian bahan baku, bahan penunjang, biaya produksi dan operasional lainnya.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya