KRL Impor Asal China Seharga Rp 783 Miliar Siap Beroperasi Mei 2025

PT Kereta Commuter Indonesia atau KAI Commuter sepakat membeli KRL baru dari China senilai Rp 783 miliar. Namun, 3 trainset itu baru bisa datang di Indonesia pada 2025, tahun depan.

oleh Arief Rahman Hakim diperbarui 06 Feb 2024, 19:30 WIB
Calon penumpang saat menaiki KRL Commuter Line di Stasiun Jatinegara, Jakarta, Senin (2/1/2023). Pemerintah pusat mengalokasikan subsidi pada kebijakan tarif yang sudah berlaku sekitar lima tahun terakhir sehingga pengguna KRL di Jabodetabek hanya perlu membayar Rp3.000 untuk 25 km pertama, dan Rp1.000 untuk setiap 10 km berikutnya. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta PT Kereta Commuter Indonesia atau KAI Commuter sepakat membeli KRL impor China senilai Rp 783 miliar. Namun, 3 trainset itu baru bisa datang di Indonesia pada 2025, tahun depan.

Corporate Secretary KAI Commuter Anne Purba menjelaskan, pengiriman KRL baru dari China dilakukan secara bertahap. Kemudian, perlu menjalani uji coba lebih dulu sebelum dioperasikan memgangkut penumpang.

Dia menegaskan, seluruh rangkaian KRL impor bisa datang di 2025 mendatang. Padahal, mengacu rencana awal, KRL baru impor itu bisa tiba tahun ini.

"Tidak mungkin di tahun 2024, (baru tiba) 2025. Jadi datang pertama itu 13,5 bulan datang, nyampe di Indonesia untuk yang impornya, ditambah nanti kita akan melakukan uji sepanjang 4.000 km," ucap Anne di Kantor Pusat KAI Commuter, Jakarta, Selasa (6/2/2024).

Proses pengiriman 36 kereta atau 3 trainset itu dilakukan bertahap dengan target 15 bulan sejak penandatanganan kontrak pembelian antara KAI Commuter dan CRRC Sifang Co., Ltd. Kemudian, masuk uji operasi sekitar 1 bulan di dalam negeri.

Beroperasi Mei 2025

Setelah itu, baru bisa digunakan untuk melayani penumpang. Jika dihitung sejak kesepakatan pembelian di Januari 2024, maka KRL baru taru baru bisa dioperasikan pada Mei 2025.

"Targetnya itu kalau 13,5 bulan, targetnya adalah lulus uji dulu yang 4.000 km. Tapi targetnya itu kita sekitar 15 (tiba keseluruhan trainset) dan di bulan ke-16 sudah bisa melayani penumpang, jadi ada sertifikasi dari DJKA (Direktorat Jenderal Perkeretaapian) Kemenhub," jelasnya.

 

2 dari 3 halaman

Alasan Pilih China

Sebanyak 29 unit rangkaian kereta rel listrik (KRL) wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) yang akan berhenti beroperasi periode 2023-2024, berpotensi menganggu layanan transportasi publik di masyarakat. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, Kereta Commuter Indonesia (KCI) buka suara terkait keputusannya untuk memilih mendatangkan kereta rel listrik (KRL) baru impor asal China dibandingkan Jepang maupun Korea Selatan.

Diketahui, PT KCI telah menandatangani kontrak kerja sama pengadaan tiga rangkaian KRL impor bersama CRRC Sifang Co., Ltd di Beijing, China pada 31 Januari 2024.

Vice President Corporate Secretary KCI Anne Purba mengatakan alasan KCI memilih untuk mendatangkan tiga rangkaian KRL impor baru karena China lantaran faktor harga. Dia menyebut, KRL baru impor dari sisi harga lebih kompetitif dibandingkan Jepang maupun Korsel.

Anne mencatat, total nilai pengadaan 3 (tiga) rangkaian KRL baru impor oleh CRRC Sifang, China Rp 783 miliar. Meski demikian, dia tidak menyebutkan harga KRL impor baru buatan Jepang maupun Korsel.

"Jadi, kalau kami memberitahu dari sisi harga juga cukup kompetitif, berarti manufaktur lain lebih tinggi. Karena pihak produsen (Jepang - Korea) ini menyampaikan adanya perubahan rekomendasi teknis dan pembiayaan yang diajukan dari proposal sebelumnya," ujar Anne dalam acara Konferensi Pers di Stasiun Juanda, Jakarta Pusat, Selasa (6/2/2024).

 

3 dari 3 halaman

Spesifikasi Teknis

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menolak usulan PT KCI untuk mengimpor rangkaian kereta bekas dari Jepang serta meminta perseroan membeli produk dalam negeri dari PT Industri Kereta Api. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Selain harga, alasan KCI memilih KRL baru impor buatan CCRC Sifang terkait spesifikasi teknis. Di mana KRL impor buatan China tersebut dapat memenuhi spesifikasi teknis dan waktu pengiriman (time delivery) yang sesuai dengan persyaratan dan harga yang kompetitif dibandingkan produk lainnya.

"Jadi, kita mempertimbangkan juga dari sisi spesifikasi teknis ya, selain harga tadi," bebernya.

Anne mengatakan, tiga rangkaian KRL impor China tersebut akan tiba di Indonesia sekitar 13,5 bulan setelah penandatanganan nota kesepahaman. Meski demikian, tiga KRL baru impor buatan asal China tersebut harus melalukan rangkaian tes uji coba oleh DJKA Kemenhub dan pihak terkait.

"Kan ada tes uji sertifikasi, seperti harus melalui 4.000 kilometer dulu," beber Anne.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya