Heboh Warung Makan Dituduh Getok Harga, Pemiliknya: Jangan Beli Kalau Kemahalan

Sebuah warung makan jadi viral setelah menagih Rp167 ribu untuk sepotong cumi.

oleh Asnida Riani diperbarui 25 Des 2023, 17:00 WIB
Sebuah warung makan di Sabah, Malaysia, jadi viral setelah diduga menggetok harga dengan menghargai 50 ringgit (sekitar Rp167 ribu) untuk sepotong cumi. (dok. Facebook @Hana.Noey85/https://www.facebook.com/Hana.Noey85/posts/pfbid031M3MyzmBwcyFT8HAvJes3XDo7VGZ6Kywxv9Xmfv586qScnqNvrhDbDpqoLsauZnbl)

Liputan6.com, Jakarta - Kasus diduga getok harga kembali muncul di masa liburan. Kali ini, giliran sebuah warung makan di Sabah, Malaysia, yang jadi viral setelah menagih pelanggannya sebesar 50 ringgit (sekitar Rp167 ribu) untuk sepotong cumi, sehingga total harga satu piring lauk itu dengan nasi: 75 ringgit (sekitar Rp250 ribu).

Melansir World of Buzz, Senin (25/12/2023), atas kejadian itu, pemilik warung yang dimaksud meminta maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan, tapi di saat yang sama, ia juga memberi beberapa penjelasan. "Harga selalu ditampilkan, dan Anda tidak wajib membelinya jika dianggap terlalu mahal," sebut dia.

Di unggahan Facebook-nya yang viral, si pemilik warung makan menjelaskan bahwa harga makanan selalu tertera, dan cumi di dalam menu dihargai antara 20 hingga 100 ringgit (sekitar Rp67 ribu--Rp334 ribu), tergantung ukurannya, yang mana beberapa di antaranya hanya dapat diperoleh melalui pesanan khusus.

Ia menjelaskan, "Satu kilogram cumi mentah harganya 38 ringgit (sekitar Rp127 ribu), dan satu kilogram hanya berisi dua hingga tiga buah. Tiga puluh delapan ringgit TIDAK termasuk bahan masakan lain, sewa, gaji karyawan, dan lain-lain."

Pemiliknya menambahkan, ia tidak pernah memaksa pelanggan membayar melebihi kemampuan mereka karena harga makanan selalu terpampang. "Kami memiliki lebih banyak opsi makanan untuk dipilih pelanggan," imbuhnya.

Meski menghadapi banyak tantangan selama 30 tahun menjalankan bisnis, ia berterima kasih pada pelanggan yang terus mendukungnya dan bisnisnya.

2 dari 4 halaman

Tindak Lanjut Insiden

Ilustrasi cumi-cumi. (dok. Pixabay.com/Miguelpereda)

Segera setelah cumi seharga 50 ringgit itu menjadi viral, petugas dari Kementerian Perdagangan Dalam Negeri dan Biaya Hidup Malaysia (KPDNKK) berkunjung ke lokasi untuk mengamati masalah tersebut. Belum ada informasi terbaru lainnya terkait ini.

Sementara itu di Indonesia, aparatur wilayah Cisarua, Kabupaten Bogor, telah mengingatkan para pedagang kaki lima (PKL) di kawasan Puncak untuk tidak menggetok harga makanan dan minuman ke wisatawan selama periode libur Natal dan Tahun Baru.

Camat Cisarua Heri Risnandar mengatakan hal tersebut bisa merusak citra, serta mengurangi kunjungan wisatawan yang makan dan minum di lapak-lapak PKL. "Memang sih satu dua ada yang nakal, tapi nanti imbasnya ke PKL yang lain, kunjungan jadi sepi," kata Heri lapor Tim News per 23 Desember 2023.

Mengantisipasi kasus ini, Heri mengaku sudah meminta paguyuban PKL Cisarua mengingatkan pedagang di kawasan Puncak agar tidak menggetok harga. Apalagi, selama libur Nataru kawasan tersebut dipastikan ramai dikunjungi wisatawan.

 

3 dari 4 halaman

Adanya Daftar Harga yang Jelas

Sejumlah wisatawan menikmati keindahaan alam di Cimory Dairyland, Puncak, Bogor, Jawa Barat, Minggu (31/10/2021). Pelonggaran PPKM dimanfaatkan masyarakat untuk berlibur ke tempat wisata dengan tetap memberlakuan protokol kesehatan COVID-19. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Di sisi lain, Heri juga mengingatkan para konsumen agar tahu diri jika nongkrong di warung. Sebab, getok harga kemungkinan dipicu karena durasi nongkrong tidak sebanding dengan jumlah makan dan minum yang dipesan.

"Si pedagang harusnya mengingatkan dengan cara yang baik ke konsumen. Misal, kalau sudah terlalu lama nongkrong di warung, tawarkan untuk nambah bill. Kalau tidak, ya kasih tahu ada tamu lain. Jangan didiemin, lalu harganya digetok, bukan begitu," jelas Heri.

Heri juga telah menyarankan pada seluruh pedagang untuk membuat daftar harga makanan dan minuman sesuai kesepakatan bersama. Ini supaya pengunjung sejak awal memiliki kepastian berapa harga yang harus dibayar untuk makanan dan minuman.

"Kalau harga masing-masing item sudah disepakati, cantumkan di lembar menu. Lalu, ketika ada yang nongkrong, misal lebih dari dua jam, kenakan service charge atau biaya tambahan. Itu saya sarankan ke mereka," ucap dia lagi.

4 dari 4 halaman

Cegah Parkir Liar

Petugas gabungan mengarahkan kendaraan di pos pemerikasan Ganjil Genap kawasan Gadog, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (18/12/2021). Di masa libur Natal dan tahun baru 2022, Pemkab dan Polres Bogor berencana melakukan sistem ganjil genap guna meminimalisir pergerakan orang. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Kapolsek Cisarua AKP Eddy Santosa juga mengingatkan wisatawan untuk mengecek dan memastikan harga makanan sebelum bersantap di warung-warung sepanjang jalur Puncak. Ini guna menghindari penjual yang mematok harga mencekik selama libur Nataru.

"Kami juga mengingatkan pada para pedagang untuk tidak menggetok harga karena yang rugi mereka sendiri," ucapnya.

Sementara itu, meningkatnya jumlah wisatawan saat libur Nataru berpotensi muncul sejumlah parkir liar di pinggir Jalan Raya Puncak. Demi mencegah terjadi aksi getok harga tarif parkir mobil, Eddy menyebut pihaknya bersama Dinas Perhubungan akan melakukan pemantauan dan pengawasan di lapangan.

"Itu kami bersama Dishub. Sebelumnya sudah lakukan sosialisasi, imbauan. Tapi, dari kejadian sebelumnya. memang itu parkir liar," pungkasnya.

Menteri Koordinator Bidang Pembagunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan ada 107 juta masyarakat yang melakukan mobilitas saat libur Nataru 2023/2024. Ia menyebut jumlah ini naik 143 persen dibanding libur Nataru tahun lalu.

"Tapi lebih tinggi (pergerakan) saat Idulfitri," kata Muhadjir di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, 11 Desember 2023, seperti dilaporkan Tim News.

Infografis Strategi Pengamanan Libur Natal dan Tahun Baru 2023. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya