5 Alasan Nilai Tukar Rupiah Bakal Berdiri Gagah di 2023

Jika dibandingkan dengan mata uang negara tetangga, rupiah juga masih jauh perkasa.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Feb 2023, 20:10 WIB
Bank Indonesia (BI) yakin bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tetap akan perkasa di 2023. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) yakin bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tetap akan perkasa di 2023. Keyakinan ini setelah melihat realisasi di awal tahun sekaligus stabilitas sistem keuangan sekaligus kondisi ekonomi nasional. 

Nilai tukar rupiah mampu berdiri gagah jika melihat kondisi per 15 Februari 2023. Lewat unggahan media sosial Instagram @bank_indonesia, rupiah mampu menguat 2,39 persen dibandingkan dengan level akhir Desember 2022.

Jika dibandingkan dengan mata uang negara tetangga, rupiah juga masih jauh perkasa. Terlihat mata uang Filipina hanya mampu naik 0,99 persen. Sedangkan dilanjutkan Thailand hanya menguat 0,85 persen. Bahkan mata uang ringgit Malaysia hanya naik sebesar 0,27persen.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, rupiah tak bakal tumbang karena didukung 5 faktor fundamental yang akan menjadi kunci menguatnya Rupiah.

“Bank Indonesia tidak menargetkan level, melainkan memberikan direction bahwa Rupiah akan menguat.” kata Perry dikutip pada Kamis (23/2/2023).

Berikut 5 alasan nilai tukar Rupiah akan menguat di 2023 menurut Bank Indonesia:

1. Prospek pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat baik, di antaranya:

  • Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan IV 2022 tinggi sebesar 5,01% (yoy)
  • Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV 2022 mencatat surplus 4,7miliar dolar AS.
  • PMI-BI triwulan IV 2022 sebesar 50,06% atau berada pada fase ekspansi (indeks >50%)

2. Tekanan inflasi berlanjut turun

Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Januari 2023 tercatat rendah sebesar 0,34% (mtm) atau 5,28% (yoy), menurun dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 5,51% (yoy).

3. Imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) jangka pendek menarik

Imbal hasil SBN tenor jangka pendek meningkat 100 bps dibandingkan dari sebelum kenaikan BI7DRR pada Juli 2022. Di samping itu, Imbal hasil SBN tenor jangka panjang tetap terkendali.

4. Komitmen Bank Indonesia

BI berkomitmen untuk terus melakukan stabilisasi kurs melalui intervensi di pasar valas dengan transaksi spot, Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), dan pembelian/penjualan SBN di pasar sekunder.

5. Meredanya ketidakpastian pasar keuangan global

Keadaan ini memicu optimisme dari pasar global yang berdampak pada meningkatnya aliran masuk modal asing di pasar keuangan domestik. Ini tercermin dari investasi portofolio yang mencatat net inflows sebesar 6miliar dolar AS hingga 14 Februari 2023.

Reporter: Jessica Sheridan

2 dari 2 halaman

Rupiah Hari Ini

Pegawai menunjukkan mata uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Kamis (5/1/2023). Nilai tukar rupiah ditutup di level Rp15.616 per dolar AS pada Kamis (5/1) sore ini. Mata uang Garuda melemah 34 poin atau minus 0,22 persen dari perdagangan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada akhir perdagangan Kamis ini meningkat, ditopang oleh kondisi ekonomi Indonesia yang baik. Kurs rupiah pada Kamis ditutup naik delapan poin atau 0,05 persen ke posisi 15.192 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.200 per dolar AS.

"Secara umum, kondisi ekonomi Indonesia yang masih baik dapat mendukung rupiah untuk tidak melemah terlalu dalam," kata Ekonom Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto dikutip dari ANTARA.

Fundamental ekonomi Indonesia yang baik saat ini mendukung rupiah agar tidak melemah terlalu dalam, seperti ekonomi Indonesia yang mampu tumbuh di tengah ketidakpastian global dan inflasi yang menurun.

"Kalau dilihat secara year to date, rupiah menjadi salah satu mata uang dengan kinerja terbaik, dengan apresiasi 2,4 persen year to date," ujarnya.

Ekonomi Indonesia pada 2022 tumbuh sebesar 5,31 persen, lebih tinggi dibanding capaian 2021 yang mengalami pertumbuhan sebesar 3,7 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha transportasi dan pergudangan sebesar 19,87 persen.

Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) menurun secara tahunan menjadi 5,28 persen year on year (yoy) pada Januari 2023, dari 5,51 persen yoy pada Desember 2022.

Selain itu, neraca pembayaran Indonesia (NPI) mengalami surplus 4,7 miliar dolar AS pada triwulan IV 2022, meningkat dibandingkan dengan kinerja triwulan sebelumnya yang tercatat defisit 1,3 miliar dolar AS.

Kinerja NPI triwulan IV 2022 tersebut ditopang oleh surplus transaksi berjalan yang tinggi dan perbaikan defisit transaksi modal dan finansial.

 

Infografis Beda Rupiah 1998 dengan 2018 terhadap Dolar AS. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya