Deretan Makna ​​Dekorasi Tahun Baru Imlek, Dianggap Membawa Keberuntungan - Part 1

Di bawah ini adalah beberapa dekorasi populer yang digunakan untuk menciptakan kemeriahan perayaan Imlek.

oleh Camelia diperbarui 18 Jan 2023, 12:00 WIB
Ilustrasi Tahun Baru Imlek 2020 | unsplash.com/@good_citizen

Liputan6.com, Jakarta Dalam mitologi China, setiap tahunnya saat perayaan Tahun Baru Imlek monster mengerikan Nian akan meneror desa. Nian akan memakan segalanya, dari nyamuk hingga manusia. Seiring berjalannya waktu, penduduk desa menyadari bahwa monster itu datang setiap 365 hari untuk membuat kekacauan sebelum menghilang kembali ke dalam hutan.

Jadi penduduk desa memutuskan bahwa pada hari itu, mereka akan menyiapkan pesta dan makan di hadapan leluhur untuk perlindungan. Setelah bertahun-tahun bersembunyi seperti ini, seorang pemuda muncul dengan ide untuk menggunakan petasan dan menakut-nakuti monster itu untuk selamanya.

Begitulah legenda asal usul Tahun Baru Imlek, juga dikenal sebagai Festival Musim Semi. Karena tujuannya adalah untuk menakut-nakuti Nian dan mencegahnya kembali, dekorasi yang dipasang saat imlek biasanya berwarna merah terang dan keras.

Warna merah banyak digandrungi oleh masyarakat Tionghoa pada umumnya karena melambangkan kebahagiaan dan keberuntungan. Di bawah ini adalah beberapa dekorasi populer yang digunakan untuk menciptakan kemeriahan perayaan Imlek, dilansir dari chinesenewyear.net, Rabu (18/1/2023):

2 dari 4 halaman

Paper cutting

Ilustrasi hiasan Imlek | unsplash - hiep dai

Paper cutting adalah kerajinan rakyat yang dapat dilihat di setiap musim, tetapi sangat menonjol selama Festival Musim Semi atau imlek. Biasanya terlihat di jendela, terjemahan literal namanya adalah "bunga jendela". Para pengrajin akan dengan susah payah membuat karya indah ini dan menempelkannya menggunakan lem.

Dekorasi ini biasanya berupa simbol dan kata-kata keberuntungan dan terbuat dari kertas merah. Gambarnya termasuk ikan, buah persik, biji-bijian, naga, burung phoenix dan banyak lagi. 

Beberapa, seperti ikan, adalah permainan kata untuk berkah. Lainnya, seperti naga dan buah persik, adalah simbol dari cerita rakyat dan legenda. Sebaliknya, biji-bijian dan gambar terkait mewakili harapan untuk panen yang baik.

3 dari 4 halaman

Dewa Pintu

Nantikan parade Barongsai yang seru dan meriah di Gran Melia Jakarta. / Foto: dok Gran Melia Jakarta.

Agama rakyat Tionghoa mencakup berbagai jenis dewa, serta tokoh sejarah yang dihormati (baik nyata maupun legendaris). Salah satunya adalah Dewa Pintu. Sesuai namanya, lukisan dewa-dewa ini ditempel di pintu utama sebuah rumah. Pintu masuk utama secara tradisional terdiri dari dua pintu, sehingga para dewa selalu tampil berpasangan.

Pemburu iblis paling terkenal Zhong Kui memiliki wajah yang menakutkan. Inilah mengapa semua dewa pintu memiliki mata yang marah, wajah yang bengkok, dan memegang senjata tradisional. Mereka siap melindungi keluarga dari setan atau roh apa pun.

Dalam cerita lain, Kaisar Taizong dari Dinasti Tang mendengar teriakan setan di malam hari. Dia memerintahkan dua jenderal untuk menjaganya di luar pintu. Tangisan itu tidak pernah terdengar lagi dan Kaisar memutuskan untuk menempelkan potret para jenderal di pintu.

Meski dekorasi ini tidak sepopuler zaman modern, beberapa daerah di China masih melakukan ini untuk membawa kedamaian dan keberuntungan ke dalam rumah tangga.

4 dari 4 halaman

Kata keberuntungan

Iustrasi Imlek (dok. pexels/Angela Roma)

Umumnya orang Tionghoa menghias rumah dengan menggantungkan kata-kata tertentu. Kata yang paling umum adalah fu, kebahagiaan dan nasib baik. Itu ditulis dengan kaligrafi di selembar kertas merah persegi. Ini kemudian dapat ditempelkan ke dinding, pintu atau jendela.

Fu sering dimasukkan ke dalam dekorasi lain, seperti potongan kertas dan lukisan. Sebagai permainan kata, banyak yang suka membalikkan fu. Kata untuk "terbalik" (倒 / Dào) adalah homofon dari "di sini" (到). Permainan kata ini melambangkan bahwa keberuntungan akan datang, atau sudah ada di sini.

Permainan cerdik ini tampaknya dimulai sebagai sebuah kecelakaan. Menurut cerita, para pelayan seorang pangeran mendekorasi manor untuk liburan dengan menempelkan fu ke semua pintu. Namun, karena buta huruf, salah satu fu berakhir terbalik. Pangeran sangat marah akan hal ini, menuntut mengapa mereka begitu ceroboh. Syukurlah, seorang pelayan bisa berpikir cepat dan mengarang penjelasan untuk permainan kata itu. "Saya selalu mendengar orang mengatakan bahwa Yang Mulia penuh dengan keberuntungan," katanya. "Dan sekarang, keberuntungan benar-benar ada di sini."

Tradisi-tradisi saat perayaan Tahun Baru Imlek (dok.Liputan6.com/Trie Yasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya