OJK Kejar Target Literasi Keuangan Digital RI

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencermati tingkat literasi keuangan digital di Tanah Air yang masih minim.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 08 Sep 2022, 15:50 WIB
Tulisan OJK terpampang di Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Jakarta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencermati tingkat literasi keuangan digital di Tanah Air yang masih minim. Menurut catatan pihak otoritas, tingkat inklusi keuangan Indonesia baru mencapai level 76,9 persen pada 2019.

Sedangkan tingkat literasi keuangan masih relatif rendah di posisi 38,03 persen. Bahkan, indeks literasi digital masih 3,49 persen.

Direktur Literasi dan Edukasi Keuangan OJK, Horas VM Tarihoran, menilai tuntutan melek literasi keuangan digital saat ini jadi sebuah keharusan yang tak bisa diabaikan.

"Ternyata sekarang era digital berubah sangat cepat. Inovasi digital berubah sangat dinamis.Pertama-tama kita mengenal dunia digital ini langsung cara-cara lama tidak laku lagi. Belanja tradisional, konvensional, sudah tidak laku lagi. Semuanya sekarang online," dalam workshop Literasi Keamanan Digital Perbankan, Peduli Lindungi Data Pribadi yang digelar Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) dengan dukungan Bank Negara Indonesia (BNI), Jumat (19/8/2022).

Horas pun mengingatkan konsumen digital agar tidak berhenti belajar. Pasalnya, dunia virtual setiap hari terus menuntut adanya perubahan.

"Bahkan di dunia online pun perubahannya sangat cepat sekali, disruptif ke mana-mana. Kalau kita tidak kejar dengan literasi, tentu ini membuat banyak masalah di masyarakat kita," tegas dia.

Di sisi lain, ia mengungkapkan, OJK juga berhadapan dengan tuntutan konsumen yang semuanya ingin serba mudah, serba cepat, dan serba nyaman.

"Dunia bisnis menyikapi, tentu karena ini era digital, jadi butuh keamanan siber yang serba kompetitif, dibarengi dengan banyaknya orang yang menggunakan digitalisasi untuk menyalahgunakan data," tuturnya.

2 dari 3 halaman

OJK: 38 Persen Pengguna Akses Keuangan Rentan Diserang Kejahatan Siber

Indonesia menjadi salah satu negara yang rentan serangan kejahatan siber (Liputan6.com/Balgoraszky Arstide Marbun)

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mewanti-wanti para pengguna produk keuangan digital agar berhati-hati terhadap ancaman serangan siber. Pasalnya, tingkat literasi keuangan digital terhitung masih rendah.

Menurut catatan OJK, tingkat inklusi keuangan Indonesia baru mencapai level 76,9 persen pada 2019. Sedangkan tingkat literasi keuangan masih relatif rendah di posisi 38,03 persen. Bahkan, indeks literasi digital masih 3,49 persen.

Direktur Literasi dan Edukasi Keuangan OJK, Horas VM Tarihoran, meminta semua pihak perlu mewaspadai risiko keamanan siber yang terus terbuka, utamanya disebabkan oleh literasi digital masyarakat yang masih rendah.

"Sejauh ini, kita melihat ada sebanyak sekitar 38 persen dari masyarakat yang sudah mengakses produk keuangan yang rentan diserang oleh kejahatan siber," kata Horas dalam workshop Literasi Keamanan Digital Perbankan, Peduli Lindungi Data Pribadi yang digelar Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) dengan dukungan Bank Negara Indonesia (BNI), ditulis Kamis (8/9/2022).

 

3 dari 3 halaman

OJK Tak Bisa Sendiri

Petugas saat bertugas di Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Jakarta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Oleh sebab itu, Horas menyampaikan literasi keuangan tidak akan bisa ditingkatkan oleh OJK sendirian, diperlukan peran sektor jasa keuangan termasuk perbankan.

Terlebih, ada sekitar 3.100 lembaga jasa keuangan yang terdaftar di OJK dan sepertinya harusnya baru 40 persen yang memenuhi telah melakukan kegiatan edukasi minimal 1 kali setahun.

“Bank-bank besar seperti BNI melakukan kegiatan edukasi sudah lebih dari satu kali. Saya berterima kasih juga dengan kawan-kawan perbankan dan inklusi keuangan kita paling besar di perbankan, 73 persen ada di perbankan, maka wajar kalau kawan-kawan di perbankan yang melakukan kegiatan literasi," tuturnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya