Asal-Usul Terbentuknya Sawah Jaring Laba-Laba di NTT, Disebut Paling Unik di Asia Pasifik

Sawah dengan penampakan mirip jaring laba-laba ini belakangan kembali viral. diketahui, sawah unik tersebut berada di Cancar, Manggarai, NTT

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Jul 2022, 13:00 WIB
Sawah jaring laba-laba di NTT. (Foto: FB Egild Ansga)

Liputan6.com, Semarang - Sawah dengan penampakan mirip jaring laba-laba ini belakangan kembali viral. Itu setelah foto sawah jaring laba-laba ini diunggah di dunia maya.

Adalah akun Egild Ansga yang mengunggahnya di grup Facebook Keindahan Nusantara. Egild Ansga menyematkan kepsen pendek, 'pesona sawah laba-laba di Desaku,,,cancar NTT'.

Sontak, unggahan ini menuai beragam komentar warganet. Hingga berita ini ditulis, unggahan itu juga telah direspons oleh lebih dari 2.500 pengguna Facebook.

Saking kepincutnya, sejumlah warganet bahkan mengaku ingin berkunjung langsung ke sawah jaring laba-laba, yang diketahui berada di Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT).

"Masya Allah indahnyaInsya Allah nanti saya kesana 👍👍👍," tulis akun Chanim.

"Seneng banget kali bisa main kesini diliat dari gambarnya hawanya sejuk dunia impian gua bisa tinggal di desa yang sejuk dan hijau pemandangannya di tambah suara burung 🐦🐦 berkicau,bayangkan betapa sempurnanya hidup ini ❤️," timpal akun Thanjung Dhamayantie.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Riwayat Terbentuknya Sawah Jaring Laba-Laba di NTT

Sawah yang ada di Kabupaten Manggarai itu dikategorikan sebagai persawahan unik di Asia Pasifik oleh Lonely Planet (buku panduan perjalanan terbesar di dunia).

Mengutip Indonesia.go.id, di Flores, NTT, bisa ditemui sejumlah lokasi sawah yang unik berbentuk jaring laba-laba atau disebut sebagai Lingko Lodok oleh masyarakat lokal.

Sawah unik ini ada di beberapa tempat di Kabupaten Manggarai, yaitu di Kecamatan Lembor Manggarai Barat, Kecamatan Ruteng Manggarai, dan di Kecamatan Lambaleda Manggarai Timur.

Bentuknya yang unik ternyata berkaitan dengan fungsi sawah dengan pola pengelolaan lahan secara adat oleh masyarakat Manggarai. Yaitu, bagian kecil berada di bagian tengah, lalu keluar semakin lama semakin lebar.

Mereka menyebutnya lingko, yakni sistem pembagian sawah yang merupakan lahan-lahan warga setempat yang difungsikan untuk memenuhi kebutuhan bersama. Nantinya, pembagian tersebut dilakukan oleh ketua adat (tu’a teno).

Sedangkan lodok adalah pusat dari lingko atau bagian tengah-yang berbentuk bundaran-dari persawahan yang berbentuk jaring laba-laba. Lodok yang menjadi titik pusat merupakan tempat warga Manggarai untuk mengadakan berbagai upacara adat.

 

 

3 dari 3 halaman

Adat Pembagian Warisan

Potret Air Terjun dan Kolam Pemandian Tiwu Wali di Kecamatan Reok, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. (dok. manggaraikab.go.id)

Ketua adat atau tu’a teno dan ketua kampung atau tu’a golo akan mendapatkan bagian sawah yang lebih besar dibanding yang lain. Tidak asal, pembagian lahan pertanian tersebut mengikuti rumus jari tangan yang telah disesuaikan dengan jumlah penerima tanah warisan dan garis keturunan.

Menurut rumus jari tangan atau rumus moso pembagian tanah diutamakan bagi petinggi desa dan keluarganya, diikuti rakyat biasa dari warga suku, lalu setelahnya baru dari rakyat luar suku.

Sistem pembagian sawah lingko lodok tidak asal dilakukan, sistem ini telah dilakukan sejak dahulu kala, sebelum adanya pembagian tanah secara nasional.

Zaman dahulu kala, ketika warga hendak membagi lingko, lodok atau titik pusatnya ditandai dengan kayu seukuran paha orang dewasa yang mereka sebut dengan haju teno atau kayu teno. Tepat di pusat lingko tersebut akan ditarik garis jari-jari lingkaran yang kemudian menjadi batas antarlahan.

Tim Rembulan

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya