Bisnis Makanan di Jepang Bangkrut Massal Selama Pandemi COVID-19

COVID-19 memberi dampak buruk bagi bisnis restoran. Jepang mencatat rekor restoran bangkrut selama pandemi.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 13 Des 2020, 09:00 WIB
Orang-orang yang mengenakan masker melintas di sebuah jalan di Nagoya, Jepang, pada 10 Desember 2020. Jepang mengonfirmasi 2.810 kasus harian COVID-19 pada Rabu (9/12) ketika negara itu berjuang untuk meredam lonjakan infeksi terbaru. (Xinhua/Du Xiaoyi)

Liputan6.com, Tokyo - Bisnis makanan dan restoran di Jepang ramai-ramai bangkrut akibat pandemi COVID-19. Jenis restoran yang paling banyak bangkrut adalah restoran khas Jepang atau ramen.

Angka itu diketahui berdasarkan survei dari Tokyo Shoko Research. Ada total 792 perusahaan yang bangkrut tahun ini. Mereka adalah perusahaan yang utangnya minimal mencapai 10 juta yen (Rp 1,3 miliar).

Kyodo melaporkan, Sabtu (12/12/2020), porsi terbesar perusahaan yang bangkrut adalah tempat makan: 192 kuliner khas Jepang, kemudian diikuti 184 kafetaria dan restoran, lalu 162 adalah bar jenis izakaya.

Angka 792 perusahaan itu nyaris mengalahkan rekor tahun 2011 setelah gempa Tohoku. Saat itu jumlah perusahaan bangkrut mencapai 800.

Ada kemungkinan rekor itu bakal dilewati, sebab kasus COVID-19 masih melonjak di Jepang. Beberapa daerah diminta menutup usaha makan mereka lebih awal.

*(1 yen = Rp 136)

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 4 halaman

Osaka Paling Terdampak

Cincin Olimpiade terlihat di Taman Laut Odaiba, Tokyo, Jepang (17/7/2020). Olimpiade Tokyo akan digelar di arena yang sama dengan mengikuti jadwal yang hampir tidak berbeda dari yang direncanakan sebelum ajang tersebut ditangguhkan akibat pandemi COVID-19 pada Maret lalu. (Xinhua/Du Xiaoyi)

Prefektur Osaka mencatat kebangkrutan tertinggi di antara tempat makan. Tercatat, ada 146 tempat makan yang bangkrut di Osaka, kemudian diikuti Tokyo dengan 129, dan Aichi sejumlah 76.

Berdasarkan data Kyodo per 11 Desember, kasus COVID-19 di Osaka adalah yang tertinggi kedua di Jepang. Totalnya 24.192 kasus.

Angka itu belum mencakup usaha kecil yang bangkrut.

Bagi perusahaan yang bangkrut dengan utang di bawah 10 juta yen, totalnya ada sekitar 2.400 yang bangkrut.

Apabila perusahaan bisa meminjam utang dengan bunga nol persen, ternyata tidak terlalu membantu restoran. Pasalnya, pengusaha tetap butuh uang untuk membayar upah, sementara pemasukan berkurang.

3 dari 4 halaman

Jepang Akan Gratiskan Vaksin COVID-19

Presiden Joko Widodo bersama Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga (kiri), sama-sama mengenakan masker sebagai upaya mencegah penyebaran Covid-19, mendengarkan lagu kebangsaan saat upacara penyambutan di Istana Bogor, 20 Oktober 2020. (Laily Rachev/Indonesian Presidential Palace via AP)

Pada awal Desember 2020, parlemen Jepang mengesahkan aturan vaksin gratis bagi penduduk untuk meredam Virus Corona COVID-19. UU itu diloloskan oleh Dewan Penasihat (Sangiin) di parlemen.

Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga telah berjanji untuk mengamankan vaksin bagi sekitar 126 juta warga Jepang pada 2021.

Dilaporkan Kyodo, Rabu 2 Desember 2020, UU itu merupakan revisi dari aturan vaksinasi sebelumnya. Belum jelas apakah warga asing di Jepang turut mendapat vaksin gratis.

Jepang telah memesan vaksin COVID-19 dari Pfizer, Moderna, dan AstraZeneca. Anggarannya mencapai 671,4 miliar yen (Rp 90,7 triliun).

Aturan baru ini mendesak agar semua penduduk divaksin, meski begitu pemerintah mengizinkan individu menolak jika keampuhan dan keselamatan vaksinnya belum cukup terbukti.

Apabila vaksin COVID-19 memberikan efek samping, pemerintah Jepang turut akan membiayai ongkos perawatan. Biayanya akan ditanggung bersama dengan pemasok vaksin.

4 dari 4 halaman

Infografis COVID-19:

Infografis 4 Tips Penderita Diabetes Hindari Penularan Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya