Facebook: Pandangan Medsos di Film The Social Dilemma Menyimpang

Menurut Facebook, film The Social Dilemma secara tidak adil telah menuding Facebook sebagai biang kerok atas masalah-masalah yang sebelumnya sudah ada di masyarakat.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 04 Okt 2020, 14:43 WIB
Film dokumenter The Social Dilemma yang menyoroti industri media sosial (Liputan6.com/ Agustin Setyo W)

Liputan6.com, Jakarta - Bulan lalu, sebuah film dokumenter berjudul 'The Social Dilemma' mulai ditayangkan di Netflix.

Film ini menyoroti bagaimana algoritma di platform media sosial (medsos) bekerja, membentuk perilaku pengguna yang tak bisa lepas dari gawai.

Terbaru, jejaring sosial terbesar di dunia, Facebook, memberikan tanggapan negatif atas film dokumenter besutan Jeff Orlowski itu.

Dalam tanggapannya, Facebook mengatakan film tersebut secara tidak adil telah menuding Facebook sebagai biang kerok atas masalah-masalah yang sebelumnya sudah ada di masyarakat. Bahkan Facebook beranggapan film itu bergantung pada berbagai sensasi untuk membuktikan argumennya.

"Alih-alih menawarkan pandangan yang berbeda pada teknologi, film ini memberikan pandangan menyimpang tentang bagaimana platform media sosial bekerja untuk menciptakan kambing hitam atas masalah masyarakat yang sulit dan kompleks," demikian respons Facebook, seperti tertulis di lamannya.

Facebook lebih lanjut mengatakan, pembuat film tidak memasukkan wawasan dari mereka yang saat ini masih bekerja atau pakar yang memiliki pandangan berbeda atas narasi yang dikemukakan.

"Mereka (pembuat film) juga tidak mengakui secara kritis upaya yang diambil perusahaan untuk mengatasi berbagai masalah yang mereka angkat. Sebaliknya, mereka mengandalkan komentar dari orang-orang yang tidak berada di dalam (perusahaan) selama bertahun-tahun," tulis Facebook.

Facebook menyajikan bantahan atas film 'The Social Dilemma' dalam dua lembar pdf. Ada tujuh butir hal yang disoroti Facebook sebagai respons atas film dokumenter itu.

2 dari 4 halaman

7 Bantahan Facebook

(ilustrasi/guim.co.uk)

Pertama, Facebook menekankan bahwa perusahaan membangun produknya untuk membuat nilai, bukan dengan tujuan membuat pengguna ketagihan.

Hal ini ditekankan dengan perubahan algoritma News Feed, menampilkan hal yang lebih berarti bagi interaksi pengguna. Menurut Facebook, perubahan ini berhasil mengurangi waktu aktif pengguna di platform hingga 50 jam.

Bantahan kedua adalah, Facebook berdalih pengguna bukanlah produk. "Facebook merupakan platform yang didukung iklan, artinya menjual iklan membuat kami menawarkan kemampuan untuk terhubung secara gratis," kata Facebook.

Pada film 'The Social Dilemma', memang secara eksplisit disebutkan bahwa pengguna menjadi produk yang dijual kepada pihak pengiklan agar perusahaan mendapatkan keuntungan.

Ketiga, Facebook mengklaim bahwa algoritma Facebook tidaklah gila. Menurut Facebook justru algoritma mereka membuat platform tetap relevan.

"Algoritma dan machine learning meningkatkan layanan kami, misalnya kami memperlihatkan ke pengguna apa yang relevan bagi mereka," kata Facebook.

3 dari 4 halaman

Privasi Pengguna

Mark Zuckerberg, Founder sekaligus CEO Facebook, banyak disalahkan sebagian pihak karena membiarkan penggunanya membagikan tautan berita hoax di Facebook. (Doc: Wired)

Keempat, perusahaan juga menyebut Facebook telah meningkatkan keamanan atas privasi pengguna.

"Terlepas apa yang disebutkan dalam film, kami memiliki kebijakan yang melarang bisnis mengirimi data sensitif tentang orang-orang, termasuk kesehatan pengguna, informasi atau nomor jaminan sosial melalui SDK. Kami tidak menginginkan data ini. Kami mengambil langkah-langkah untuk mencegah data sensitif dipakai," kata Facebook.

Kelima, Facebook menyebut pihaknya mengambil langkah untuk mengurangi konten yang bisa mengarah pada polarisasi (dan perpecahan).

"Kami mengurangi jumlah konten di platform kami yang bisa mengarah pada polarisasi. Misalnya tautan headline yang clickbait atau disinformasi," kata Facebook.

4 dari 4 halaman

Klarifikasi Atas Netralitas Pemilu

Facebok, Aplikasi Facebook. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Keenam adalah klarifikasi atas netralitas pemilu. Facebook menolak disebut sebagai platform yang turut mempengaruhi pemilu. Perusahaan mengklaim pihaknya berinvestasi untuk melindungi integritas pemilu.

Facebook mengakui pihaknya membuat kesalahan pada 2016. Untuk itu, Facebook menyebut, pihaknya membuat pertahanan yang kuat guna menghentikan penggunaan platform untuk mengintervensi pemilu.

Salah satunya dengan bekerja sama dengan lebih dari 100 jaringan untuk menentukan interaksi yang tidak autentik di platformnya. Facebook juga menciptakan Ad Library berisi keterangan mengenai iklan di Facebook bisa dilihat semua orang.

Ketujuh, tentang disinformasi, Facebook mengatakan, pihaknya berupaya memerangi kabar palsu, disinformasi, dan konten berbahaya dengan bantuan jaringan cek fakta global.

(Tin/Isk)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya