Penyakit Akibat Polusi Udara Perparah Kondisi Pasien Corona

Penyakit kronis akibat polusi udara berkontribusi pada penurunan sistem imunitas tubuh.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Jun 2020, 20:30 WIB
Aktivitas tim medis saat menangani pasien dalam pengawasan (PDP) virus corona atau COVID-19 di ruang isolasi Gedung Pinere, RSUP Persahabatan, Jakarta Timur, Rabu (4/3/2020). Sebanyak 10 dari 31 pasien yang dipantau dan diawasi RSUP Persahabatan merupakan pasien rujukan. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Guru Besar Ilmu Kesehatan Lingkungan FKM UI, Budi Haryanto mengatakan penyakit kronis akibat polusi udara berkontribusi pada penurunan sistem imunitas tubuh. Bahkan bisa memperparah jika terpapar virus corona.

"Penyakit kronis akibat polusi udara berkontribusi terhadap penurunan sistem imunitas tubuh," kata Budi dalam webinar YLKI bertajuk 'Dampak Sosial Ekonomi Polusi Udara di Jakarta', Jakarta, Sabtu (27/6).

Seluruh pasien Covid-19 di Filipina memiliki penyakit bawaan yang mayoritas terkait polusi udara. Orang-orang dengan penyakit bawaan berbasis polusi udara di India paling rentan meninggal karena Covid-19.

Budi menyebut, berdasarkan Studi Harvard, NEJM April 2020 menuliskan risiko kematian pasien Covid-19 4,5 kali lebih banyak di wilayah polusi PM2,5. Data 2002-2009 PM 2,5 di 3080 Kabupaten/Kota atau 98 persen populasi di Amerika Serikat menunjukkan 15 persen mereka yang terpajan PM 2,5 jangka panjang lebih mungkin meninggal karena Covid-19.

Lalu, 12 persen kematian akibat Covid-19 di Italia terjadi di daerah tinggi polusi udara. Sedangkan seluruh Itali secara keseluruhan sebesar 4,5 persen.

Kemudian sebanyak 83 persen kematian Covid-19 terjadi di wilayah tingkat pencemar No2 tinggi di Italia, Prancis, Spanyol dan Jerman.

"European Public Health Alliance menyatakan polusi udara mengurangi peluang seseorang bertahan hidup dari wabah corona,"kata dia.

Suatu negara dengan tingkat polusi udara tinggi, kata Budi harus mempertimbangkan faktor risiko tersebut dalam persiapan pengendalian Covid-19. "Karena polusi udara meningkatkan angka kematian yang tinggi," pungkasnya.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Menko Luhut: Dampak Corona, GDP Negara Baru Pulih dalam 5 Tahun

Menko Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan memberi paparan saat rapat koordinasi membahas pengembangan kendaraan listrik nasional di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (29/11). Langkah ini sebagai upaya menekan emisi gas buang. (Liputan6.com/JohanTallo)

Menteri Koordinator bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, dampak penyebaran Virus Corona membuat ekonomi suatu negara baru bisa pulih setelah 5 tahun. Hal tersebut sesuai dengan pembahasan Menko Luhut dengan World Bank.

"Saya bicara dengan World Bank dampak dari pandemi Corona ini bisa sampai 5 tahun baru bisa pulih kembali income ataupun GDP suatu negara," ujar Menko Luhut dalam diskusi online, Jakarta, Selasa (2/6).

Menko Luhut mengatakan, Virus Corona telah menimbulkan perlambatan ekonomi secara global. Indonesia sendiri mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi hingga 2,9 persen pada kuartal-I 2020.

"Kalau kita lihat perlambatan ekonomi global, bagaimana China turun, Indonesia juga sampai sekarang masih bersyukur di 2,9 persen di kuartal pertama. tetapi kita harus hati hati juga jangan sampai turun lagi di bawah 0. Sedangkan Singapur juga sudah turun -2,2 persen. Jadi semua negara kena dampak Covid," jelasnya. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya